BAGIAN 21

58 7 2
                                    

Biasakan vote sebelum membaca, jangan lupa komen dan share setelah itu. Thank you.

Enjoy.

***

Perhatikan perbuatanmu sendiri. Apa yang dilakukan dengan sadar atau tanpa, bisa menjadi bumerang pada waktunya.

📖 Jangan Berhenti Baca di Bagian Ini 📖

***

Camel mengerutkan dahinya sembari duduk di atas wastafel menatap partner kerjanya. Sudah beberapa kali Ayunda memoles, menghapus, memoles, menghapus lipstik merah marun yang ia pakai. Sampai ketiga teman yang lain berujung pamit lebih dulu menuju ruang kerja, Ayunda benar-benar seperfeksionis itu.

"Selain lo perfeksionis, gua tau niat bulus lo." Camel turun dari wastafel dengan menghentakan kakinya keras di ujung lantai. 

"Ups, jangan membongkar rahasia negara." Ayunda menaruh lipstiknya kembali ke dalam tas kosmetik yang ia bawa setelah merasa bibirnya sempurna tertutupi isi benda kecil itu.

"Langsung ke ruang rapat, mister Arah udah dateng!" Camel dan Ayunda berpapasan dengan ketiga temannya yang lari tergopoh-gopoh menaiki eskalator.

Camel dan Ayunda berpandangan sejenak, lalu dengan segenap kesadarannya mereka segera berlari menyusul ketiga temannya, bisa gawat jika barang telat semenit, bahkan telat sedetikpun perkara kecil bisa menjadi besar jika sudah dibahas Arah.

Bangku ruang rapat terisi penuh. Arah sedang dibantu menggunakan dasi oleh Melani. "Pemandangan busuk yang mengotori mata gue. Harusnya gue yang di sana, Cam," bisik Ayunda pada Camel.

"Itu mah gue, lo sama aja kayak Melani, nggak pantes." Mendengar percakapan Ayunda dan Camel. Callista menimpali Ayunda dengan menatapnya tajam.

"Baik. Tuan Damien kembali menyerahkan rapat kali ini kepada saya dan mari kita mulai rapat siang ini." Arah berdiri gagah di depan layar proyektor, sementara Melani membuka bagian presentasi yang akan dipaparkan.

Sekitar tiga puluh menit Arah menjelaskan mengenai proyek yang harus mereka persiapkan dengan sangat matang, terutama mereka hanya mempunyai waktu sekitar satu bulan setengah untuk eksekusi. Alas mendorong satu koper besar ke sisi Arah, diangkatknya ke atas meja.

"Untuk pengembangan software Team M sudah berjalan delapan puluh lima persen dan untuk keperluan yang dibutuhkan kita sudah siap seratus persen." Alas membuka resleting koper, diperlihatkannya kepada seluruh anggota yang saat ini mengikuti meeting.

Arah mengambil ipadnya, diberikannya pada Melani. "Silakan diceklis apakah sudah lengkap?"

Melani melaksanakan tugasnya dengan gesit, lalu kembali menyerahkan ipad pada Arah. "Atas pertimbangan dari Black Main dan atas laporan dari Team L, kita ada jadwal pertemuan dengan mereka. Yang mewakili adalah saya sendiri, Kai dan Ayunda." Sabit mengembang sempurna di sudut bibir Ayunda, gadis itu meremas gemas tangan Camel disebelahnya.

Alas menatap Arah, seakan mengetahui apa isi pikiran Alas, lelaki itu menepuk bahu Alas. "Kamu selesaikan pengembangan software kamu bersama Team M."

"Alat baru?" Merasa ada yang janggal dari dalam koper, Arah mengambil satu benda berukuran kecil, "lipstik pacar kamu?" Arah menujukannya pada Alas, sementara Alas justru menangkis tangan Arah cepat.

"Itu bukan lipstik, Mister."

DOR

Alas meringis. Terlambat sudah, tangan Arah sudah lebih dulu menekan alas bawah lipstik. Guci berukuran besar di sudut ruangan pecah berhamburan, mereka sama-sama menutup telinga, sementara Alas membungkukan setengah badannya, Arah menaruh kembali benda kecil itu ke dalam koper.

Darkside: NightmareTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang