The Peak of The Selection of Stars School and Black Dance
📖 Jangan Berhenti Membaca di Bagian Ini 📖
***"Kak Asha mana?" Suara Langit membuat Avel yang serius dengan PS-5nya kini sempurna melepas stick ps dari tangannya, ia melompat girang melihat kehadiran Langit yang dirasa tiba-tiba namun memang sudah dinanti-nanti kehadirannya sejak kemarin.
"Kak Langit ke rumah kok nggak bilang Avel dulu? Dari kemarin Avel nungguin kakak ke sini, tapi nggak ke sini-sini." Langit menundukan badannya, mengelus puncak kepala Avel, bocah yang saat ini menduduki bangku elementary school itu memang sangat dekat dengannya.
"Kak Langit bilang kok sama kak Asha, emang kak Asha nggak bilang?" Avel menggelengkan kepalanya polos.
"Mau ke mana kok rapi?" tanya Avel, Langit mengembangkan senyumnya. "Ada acara sekolah, Avel nggak belajar?"
"Permisi." Suara perempuan berusia sekitar tiga puluh tiga tahun memecahkan percakapan di antara Langit dan Avel, ia menggunakan setelan kemeja berjas rapih dengan sanggul di kepalanya.
"Mrs Nindi," sambut Avel, ia mencium tangan Mrs Nindi. Mrs Nindi adalah guru les privat Avel yang datang setiap malam untuk membantu ia belajar, jam liburnya seperti orang kerja pada umumnya, yaitu Sabtu dan Minggu. Langit mengikuti Avel, mencium punggung tangan Mrs Nindi.
"Waktunya belajar sayang," ucap Mrs Nindi memamerkan deretan giginya yang rapi, seorang perempuan berlari tergopoh dari arah dapur dengan celemek masih menggantung di lehernya.
"Aduh atuh maaf Mrs Nindi, saya nggak bisa salim, lagi masak untuk Avel," ucap si perempuan, Mrs Nindi segera mengibaskan tangannya. "Nggak papa, Avel mau makan dulu atau belajar dulu?"
"Kalau makan dulu boleh?" tanya Avel sopan, Mrs Nindi mengangguk.
"Yasudah, saya lanjutkan masaknya dulu, ya." Ia adalah Margareth, biasa dipanggil Mba Areth oleh Avel dan Asha, suster yang mengurusi Avel sejak Mba Miska pulang kampung tiga tahun yang lalu. Suster yang menjaga dan menemani Avel dari mulai bangun tidur hingga tidur lagi, teman bagi Avel jika Asha-sang kakak memang tidak ada waktu untuknya.
"Mrs Nindi mau minum apa?" Seorang wanita paruh baya keluar dari pintu dapur, ia mengangguk sopan pada guru privat Avel. "Eh, ada Den Langit," ucapnya menambahi, Langit kembali menumpahkan senyumnya.
"Masuk ke kamar aja Den, Ashanya di kamar," imbuh si perempuan baruh baya itu lagi-Bi Eina.
"Saya teh hangat aja, Bi," jawab Mrs Nindi, setelah itu Langit berpamitan untuk menuju kamar Asha.
"Asha ..." panggilnya, ia mulai mengetuk pintu bewarna putih di hadapannya, di sana tertulis "Welcome Oxford University Asha, you can do it!"
"Asha ...." panggilnya lebih keras karena tidak ada sambutan dari sang empunya nama.
Ceklek
Daun pintu yang hendak saja dipegang ia urungkan, justru ia memundurkan langkahnya, seorang gadis dengan rambut kuncir kuda dan curly di ujungnya menyambut. Gadis itu anggun dengan dress baby blue pemberiannya terlihat memamerkan bulan sabitnya.
"Langit, nggak usah memamerkan wajah bak pangeran yang sok kaget gitu, deh. Gue aneh, ya?" tanya Asha sembari menutup pintu kamar.
Langit mengerjapkan matanya beberapa kali sembari menatap Asha kagum. "Gue kira bajunya bakal kegedean."
KAMU SEDANG MEMBACA
Darkside: Nightmare
Teen Fiction● H I A T U S ● ➡️ WAJIB DIBACA ⬅️ ⚠️Rate 17+⚠️ "Dalam pekatnya hitam, aku hidup." "Tidak ada jalan keluar kecuali percepat selesaikan." Genre: Teenfiction-Thriller-Family ⚠️Warning Section⚠️ Jangan mencoba mencari siapa pemeran utama di da...