"CHIKAA," teriakan Nasya menggelegar di seluruh penjuru kelas. Cewek bertas coklat polos itu masuk ke kelas dengan sedikit berlari menghampiri Chika di bangkunya.
Nasya, cewek berambut sepunggung, pencinta novel, pemalas belajar, selalu kena hukum oleh guru yang mengajar. Tidak pernah jera di hukum karna baginya itu dunianya.
"Apa sih Sya, teriak teriak aja, baru pagi," komen Chika sedang menyalin buku Amora. Hari ini mereka ada tugas dengan Pak Bayu, fisika.
Chika si cewek pencinta warna biru yang suka teriak gak jelas di kelas, dia pengheboh suasana kelas yang kadang membosankan. Ketawanya yang besar bisa membangunkan teman sekelasnya yang kadang tidur.
"Novelnya udah dapat." Nasya mengeluarkan novel yang di ambilnya kemarin dari rumah Galvin lalu menyodorkannya di depan Chika.
"Kok bisa?" tanya Chika heran, ia berhenti menulis dan fokus pada Nasya.
"Bisa lah, apa yang Nasya gak bisa?" ujar Nasya sombong lalu duduk di bangkunya dan melihat buku Amora juga Chika di atas meja.
"Anjir fisika gue lupa buat." Nasya cepat cepat mengeluarkan buku dan pensil dari tasnya lalu mengambil buku Amora.
"Ck, gue duluan Sya, lo baru datang." Chika menggeserkan buku itu lagi di depannya.
"Bedua elah Ka," protes Nasya dan menggeserkan sedikit buku itu padanya agar bisa di lihat berdua.
Itulah kebiasaan dua cewek itu. Jika ada pekerjaan rumah, maka mereka akan melihatnya dari Amora, tidak ingin mengerjakannya sendiri. Malas.
"Beb," panggil Chika pada Beby yang ada di depannya, ia mencolek bahu Beby dengan penanya.
"Lo udah siap kan Ka?" tanya Nasya. Chika mengangguk.
"Yaudah gue semua ya." Nasya menggeser seluruh buku itu padanya dan menyalin sisa yang belum ia selesaikan.
"Beb," panggil Chika lagi pada Beby. Beby berdeham lalu berbalik badan.
"Apa?" tanyanya malas. Cewek berbando biru itu menghembuskan napas gusar lalu menatap Chika yang hanya tersenyum.
Beby, cewek dengan bando yang selalu ia kenakan itu selalu saja jutek. Bawaannya memang selalu sinis dan malas bicara, juga malas jika di ajak ke kanti yang katanya sumpek dan banyak orang itu.
"Kenapa Ka? Gak jelas banget," kata Beby memutar bola matanya malas lalu ingin kembali menghadap ke depan tapi Chika menghalangi tangannya.
"Beby, Bang Deren nyariin kemarin, kenapa gak di ladenin terus sih?" tanya Chika menopang kepalanya dengan kedua tangan. Beby mengendus sebal lalu kembali menghadap depan tanpa menjawab pertanyaan Chika.
"NASYAAA, MINTA PRNYA DOONG, GANTIAAAN," pinta Welli dengan menggeser kursi ke sebelah Nasya. Cowok berambut kriting itu juga selalu menyontek dengan Amora.
"Bertiga dong," ujar Yauvi dan mengambil kursi untuk duduk di sebelah Welli. Nasya memutar bola matanya malas lalu meletakkan buku itu di tengah tengah mereka.
"Ganggu aja," sindir Nasya.
"Kan ini buku Amora, bukan buku lo," komen Welli sambil terus menulis.
"Biarin, suka suka gue dong, kan Amora kawan gue," kata Nasya dengan kesal.
"Amora juga kawan gue kok," ujar Welli dengan bangganya.
"Mana mau Amora berteman sama orang yang gak punya modal kayak lo, minum minta sama gue, pena minjam sama gue, penghapus gue lo hilangin, pensil gue patah patah karna lo, gak ada modal banget lo!" seru Nasya tak terima karna dia tertindas oleh Welli.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...