39. BRALENS🇻🇮

238 80 119
                                    

hai hai haiii

bralens kembali lagi iniiii

panggil aku kabos okeee

selamat membacaaaa

B R A L E N S

Chika berlarian di lorong sekolah ingin mencari Alza karna ingin memperlihatkan kalungnya pada Alza. Ia juga ingin menghindari bullyan-bullyan sebelum bertemu dengan Alza.

Tapi sudah lima belas menit mencari, Alza belum juga ia dapatkan. Di perpus tidak ada, di taman juga tidak ada, apalagi di kantin.

Chika menghembuskan nafas panjang dan berjalan dengan cepat ke kelasnya, lebih baik dia di kelas bersama Beby dari pada harus mendapatkan bullyan lagi dari teman yang bukan sekelas dengannya.

Kalau Chika di kelas, dia akan aman. Teman-teman sekelasnya tidak ada yang dendam padanya karna mereka tau Chika sedah berubah tidak seperti dulu lagi. Tapi hanya saja jika di luar kelas dia dibully habis-habisan.

Chika duduk di kursinya dengan Beby di kursi depan. Ia membuka bukunya dan membaca-bacanya sekilas. Tidak ada yang ingin ia lakukan, dan dia juga tidak tau mau ngapain.

Chika berjalan ke meja depan dan duduk di samping Beby. Melihat cewek itu sibuk dengan novelnya. Bahkan karna novel itu dia tidak pernah ingin keluar kelas.

"Beb, lo gak bosan apa?" tanya Chika pada Beby membuat cewek itu menurunkan sedikit novelnya dan melihat Chika.

Ia menggeleng pelan. "Engga, kenapa?" tanya Beby dengan tangan yang masih memegang novel.

"Gue bosan Beb, mau ke luar tapi takut," kata Chika dengan pelan. Teman-temannya sudah tau dibully saat ini oleh orang-orang, tapi mereka kadang membantu juga jika melihat.

"Sini aja sama gue, ngapain ke luar, gak ada yang mau dilihat juga di luar," balas Beby lalu kembali fokus pada novelnya.

"Gak capek apa mata lo lihat tulisan terus? Gak lelah apa tu mata?" tanya Chika yang sudah merasa kesal dengan Beby, Chika aja tidak tahan jika harus membaca sebanyak itu.

Beby dan Nasya sama saja, suka membaca novel. Bahkan novel-novel Galang yang banyak itu Nasya yang meminjamnya. Sampai-sampai pernah hilang satu yang membuat Galang sangat marah dan menjadikan Chika juga Nasya babu seminggu.

"Lo belum rasakan Ka, coba deh lo rasakan gimana enaknya baca novel pasti lo gak akan bilang capek," kata Beby.

Chika menyerit. Enak? Bahkan membaca satu kalimat aja kepala Chika langsung pusing tak tentu arah. Chika akui dia memang tidak suka membaca. Apalagi harus membaca sebanyak itu.

"HAI PENGHUNI NERAKA." Teriakan dari si pengganggu kelas kembali Chima dengar. Welly dan Yauvi masuk dengan minuman merah berplastik di tangannya. Ada Nasya juga di belakang mereka.

Tumben Nasya dan dua cowok itu akur, biasanya mereka tidak pernah pergi bersama. Selalu saja kelahi karna Welli selalu menggangu Nasya.

"Sini uangnya," pinta Nasya saat Welli sudah duduk di kursinya.

"Nasya baik, ini kan cuma seribu, ya ikhlasin aja ya," elak Welli dengan senyuman paksannya.

"Lo gimana sih Well, lo bilang mau ganti nanti di kelas. Sekarang udah di kelas ni, sini ganti." Nasya kembali menjulurkan tangannya di depan Welli.

"Lo juga Vi," lanjut Nasya menjulurkan tangannya yang satu lagi di depan Yauvi.

"Nasya yang baik hati, tidak sombong dan rajin menabung jadinya banyak uang, lo baik dong sekali ini, anggap aja ini traktiran lo," kata Welli lagi ingin memuji Nasya dengan alasan tidak membayar uang seribu itu.

"Gue udah tau gue baik, tapi gue gak mau tau! Pokoknya lo harus ganti uang gue. Setiap hari gini bangkrutlah gue. Uang kemaren aja belum lo ganti," ungkit Nasya pada hari sebelumnya dan hari-hari lainnya lagi yang sudah lewat.

"Eh-eh, kok bawa-bawa hari kemaren sih? Hari ini ya hari ini, kemaren gak masuk hitungan," protes Welli sambil terus menyerupu minuman merahnya.

Sementara Yauvin hanya dian saja dari tadi, tidak mempedulikan mereka berdua. Lebih baik dia menghabiskan minuman orennya.

"Gak masuk hitung, utang lo sama gue banyak. Belum lagi minuman gue yang setiap hari lo habiskan," komen Nasya dengan kesal.

Welli dan Yauvi selalu saja tidak tepat janji. Mereka cowok aneh dan ngeselin yang pernah Nasya temui setelah Galvin. Bahkan mereka tak rela hidup Nasya tenang sehari saja.

Selalu saja mengganggu dan mencuri barang-brang Nasya. Entah itu mencuri coklat kesukaan Nasya yang ada di bawah meja, mencuri minuman dari botol Nasya.

"Nasya, lo kan baik, kenapa diungkit-ungkit lagi sih yang itu. Udah deh ikhlaskan aja, seribu doang ya."

"Lo hitung lah, setiap hari seribu seratus hari udah seratus ribu bego!" seru Nasya sambil memukul meja Welli dengan kesal.

"Gak ada ya, gue hitung utang lo udah tiga puluh tujuh ribu sama yang ini, dan lo Yauvi, lo dua puluh sembilan ribu. Kalau kalian gak bayar gue aduin ke mak kalian biar kena cerepet," final Nasya lalu berjalan ke bangkunya dengan kesal.

"Sadis amat jadi cewek, gue doain gak laku," umpat Welli di kursinya.

"Biarin, yang penting uang gue balek, gak peduli sama kutukan lo itu. Doa lo juga gak bakal terkabul, kan lo bukan anak soleh" balas Nasya dengan sangat ngegas.

"Sialan memang kampret."

B R A L E N S

hai hai haiiii

gimana kabar kalian niiii

gimana part iniii

follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalma

follow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander

@rajaallaver
@biancakejora

@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca

@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela

@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa

@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam

@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara

@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng

@kenziearkanaaa

@aryaaalvaroo
@gladysclarista

ini kevin

ini kevin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRALENS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang