hai hai haiii
kembali lagi dengan bralens
panggil aku kabos yaaaa
selamat membacaaaa
B R A L E N S
"Sini gue bantu Vin." Saat Chika hendak memegang tangan Kevin, cowok itu langsung menghempaskannya kasar.
Chika menoleh heran pada Kevin. "Vin, jangan keras kepala, lo masih lemah."
"Gue bukan cowok lemah kayak apa yang lo bilang. Dan lo gak perlu pegang-pegang gue," sarkas Kevin seraya turun dari brankarnya perlahan.
Kevin sudah diperbolehkan pulang hari ini setelah sepuluh hari di rumah sakit. Itu semua juga atas paksaan Kevin karna dia sangat bosan berada di ruangan itu.
"Kevin, biar gue bantu. Nanti lo jatuh kan sa-"
"GAK USAH!"
Chika langsung menepi mendengar kemarahan Kevin. Di dalam ruangan itu hanya ada mereka berdua karna ayah dan bunda sedang mengurus administrasi sekarang.
Kevin berjalan dengan memegang kepalanya dan berpegangan pada dinding lalu memegang pintu. Sebenarnya dia belum sepenuhnya sembuh, tapi karna dia sangat bosan, jadi dia lebih memilih untuk pulang saja dan akan kontrol setiap hari.
"Sttt." Rintihan Kevin membuat Chika khawatir, tapi dia takut kalau dia mendekat Kevin akan marah dan dia malah bertambah sakit nanti.
Kevin duduk di samping sofa dekat pintu dengan menyandarkan kepalanya ke sofa dan mata yang ia tutup. Dia dari tadi menunggu Prilla tapi cewek itu belum juga datang, entah kemana dia pergi.
"Kevin."
Panjang umur, Prilla masuk lalu menghampiri Kevin dan membuat Chika jadi terdiam di tempat ia berdiri.
Kevin lalu membuka matanya lalu membenarkan duduknya. "Dari mana aja? Kenapa lama?" tanya Kevin membuat Prilla tersenyum.
"Kangen ya?" goda Prilla terkekeh di akhir kalimatnya.
"Memang gak boleh kalau gue kangen sama lo?" tanya Kevin juga terkekeh, malahan dia melupakan kepalanya yang sedikit sakit.
Chika yang ada di sana seperti menjadi obat nyamuk melihat kedua orang itu. Melihat Prilla dan Kevin seperti itu rasanya kesal, marah, cemburu, emosi, dan ingin menangis. Ya Chika iri, tapi iri sebagai saudara.
Abangnya sudah peduli pada orang lain dan melupakan dirinya sebagai adek yang selalu menjaganya. Peran Chika sudah tergantikan oleh Prilla yang hanya orang baru.
"Udah makan belum?" tanya Prilla pada Kevin.
Kevin menggelengkan kepalanya lemah. "Belum," jawabnya.
"Kenapa belum sih, gimana mau sehat kalau belum makan gini?" omel Prilla seperti emak-emak yang sedang marah kalau anaknya yang sakit tidak makan.
"Maunya disuapin lo. Soalnya suapannya enak banget."
Chika mengalihkan perhatiannya ke arah lain, lebih baik dia membersihkan semua barang-barang Kevin dari pada harus mendengarkan percakapan mereka yang akan membuatnya tambah iri.
"Yaudah gue suapin, janji habisin?" Prilla mengulurkan jari kelingkinya di depan Kevin dengan senyuman.
"Janji." Kevin membalas uluran tangan itu dan tersenyum.
Prilla berdiri lalu mengambil makanan yang ada di atas nakas Kevin lalu duduk kembali di tempatnya tadi.
"Aaaa." Kevin menerima suapan Prilla dengan sangat lahap. Senyuman cowok itu juga terlihat sangat lebar yang dilemparkan hanya pada Prilla.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...