hai hai haiii
bralens kembaliii
panggil aku kabos
selamat membacaaa
B R A L E N S
Tawa-tawa Chika yang biasanya besar dan memenuhi kelas juga rumah sudah mengilang semenjak sebulan yang lalu. Dan juga Kevin dan Chika tidak pernah lagi bersama semenjak Kevin menyatakan perasaannya pada Chika sebulan yang lalu.
Chika berjalan dengan lemah ke perpustakaan. Tadi dia sudah chat Alza dan ternyata Alza sudah ada di perpustakaan menunggu Chika. Kemaren Alza memang tidak datang ke sekolah makanya Chika tidak dapat menemukannya.
Chika membuka pintu perpustakaan dan berjalan ke tempat dia dan Alza kemaren bertemu. Chika menarik kursi samping Alza dengan senyumannya.
"Hai," sapa Chika membuat Alza menoleh.
"Hai, Chi-Meiza?" Alza terdiam melihat Chika. Tapi pandangannya bukan ke arah Chika, melainkan ke kalung yang Chika gunakan.
"Meiza? Gue bukan Meiza Al, gue Chika," kata Chika membenarkan ucapan Alza.
"Engga Ka, lo itu Meiza, lo benar-benar Meiza, Ka," bantah Alza dengan sangat serius.
"Bukan Alza, gue Chika. Di sini gak ada Meiza Al," protes Chika lagi.
"Kalung ini Ka, kalung ini buktinya." Alza menunjuk kalung yang Chika gunakan membuat Chika ikut menoleh ke arah kalung itu juga.
"Ini kalung yang lo beliin kemarin Al, ini gue Chika." Chika menolehkan kepalanya ke arah Alza dengan sangat serius.
"Liontin ini Ka, liontin ini gue kasih sama Meiza. Liontin ini persis sama kayak yang gue kasih ke Meiza, Ka. Gue gak bohong. Lo benar-benar Meiza."
Alza langsung menarik Chika ke dalam pelukannya dan mengecup puncak kepala Chika bertubi-tubi. Chika yang dipeluk merasa sesak nafas karna terlalu reflek.
"Maiza, gue kangan banget sama lo Za. Lo kenapa pergi gak bilang bilang sih? Kenapa juga gue harus nunggu lama? Gue kangen banget sama lo Za," kata Alza dengan sangat senangnya.
"Al-Al, gu-"
"Biarin gini dulu Za, gue kangen banget sama lo," potong Alza menutup matanya merasakan aroma parfum Chika.
Chika ingin mengatakan pada Alza bahwa dia ini bukan Meiza, tapi Chika. Bahkan Chika tidak pernah mendengar nama Meiza sebelumnya. Tapi dia hanya tidak ingin membuat Alza sedih, dengan begini Chika dapat melihat kebahagiaan Alza walau bukan karna dia.
"Al," panggil Chika pelan. Alza tersadar lalu melepas pelukan mereka.
"Lo kenapa gak bilang sama gue kalau lo itu Meiza, Ka?" tanya Alza dengan lembut membekap pipi Chika dengan kedua tangannya.
"Al, gue bukan Meiza, gue Chika," bantah Chika menggelengkan kepalanya kecil.
"Enggak Ka, liontin lo Ka. Liontin lo sama kayak liontin yang gue kasih ke Meiza dulu. Sama persis Ka," kata Alza memegang liontin yang Chika kenakan.
"Liontin kayak gini di dunia ini banyak Al, bukan cuma satu ini," ucap Chika lagi kembali meyakinkan Alza bahwa dia bukan Meiza.
"Gak mungkin Ka, liontin itu ibu gue yang buat." Alza memaksakan pendapatnya berusaha untuk mengatakan yang sebenarnya pada Chika.
"Ibu lo?" tanya Chika yang mulai merasa curiga.
Alza mengangguk penuh semangat. "Iya Ka, ibu gue. Ibu gue pembuat kalung-kalungan gitu, dan gue minta liontin yang beda buat lo, Ka," ujar Alza lagi.
Chika meluruskan badannya dan meletakkan tangannya di atas meja. "Engga Al, ini mama gue yang belikan."
Chika tidak pernah merasa menganal Alza sebelumnya. Dan liontin ini ia dapatkan dari kotak peninggalan Mama dan Papanya.
"Bukan Ka, ini gue yang kasih, bukan Mama lo." Chika tak menjawab perkataan Alza itu. Dia jadi bingung sendiri siapa yang memberikan ini. Perkataan Alza sangat meyakinkan.
"Lo benar-benar gak ingat gue Ka?" tanya Alza membuat Chika menggeleng.
"Engga Al, gue cuma mau lo Alza yang gue temuin waktu gue mau makan sama Kevin," balas Chika menoleh sedikit ke arah Alza lalu kembali meluruskan kepalanya ke depan.
"Apa lo pernah lupa ingatan Ka?" tanya Alza hati-hati. Chika menolehkan cepat kepalanya ke arah Alza.
"Ada Al." Alza menghembuskan nafas pasrah. Ternyata benar yang ia pikirkan selama ini. Chika bukan tidak mengenalnya, hanya saja semua memori itu hilang entah ke mana.
Alza terkekeh. "Pantesan lo gak ingat sama gue lagi Za. Gue Alta, sahabat kecil lo. Sebenarnya gue mau ngingetin lo sama hal yang sering kita lakukan dulu tapi gue takut memori lo makin gak bagus Za, semoga suatu hari nanti lo bakalan ingat sama gue, sama semua yang kita lewatin," tutur Alza tersenyum penuh artin ke arah Chika.
"Altanya Meiza bakalan selalu jagain Meiza walaupun udah ditinggal pergi," ujar Alza dengan kekehan.
Chika menarik sudut bibirnya. Kalau memang Alza sahabat kecilnya itu artinya Alza juga menyukainya bukan. Chika sangat bahagia kalau itu terjadi.
"Boleh peluk?" tanya Chika sangat hati-hati.
Alza mengangguk dengan semangat. "Apa sih yang gak boleh buat Meiza."
Alza melebarkan tangannya dan langsung mendapat serangan pelukan dari Chika. "Kalau lo benar-benar teman kecil gue jadi lo-"
"Gue suka sama lo Za," sambung Alza dengan cepat memotong perkataan Chika.
"Sebenarnya gue ju-"
"Juga suka sama gue, gue udah tau itu," potong Alza lagi dengan kepedean tingkat dewa.
"Gue sayang sama lo Za, jangan tinggalin gue lagi ya."
B R A L E N S
hai hai haiii
gimana kabarnya niii
gimana juga part ini
follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalmafollow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander@rajaallaver
@biancakejora@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng@kenziearkanaaa
@aryaaalvaroo
@gladysclaristaini beby
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...