hai hai haiiii
bralens kembaliiii
panggil aku kabos yaaa
selamat membacaaaa
B R A L E N S
"Alza," panggil Chika saat melihat tadi Alza masuk ke perpustakaan jadi dia ikutin. Alza menoleh dengan senyumannya melihat Chika.
"Chika, sini duduk." Alza menepuk kursi di sebelahnya lalu Chika dengan cepat duduk di sana, tak lupa dengan senyumannya.
"Udah lama gue gak ketemu sama lo, lo ke mana aja? Kok gue cariin di kelas lo gak ada?" tanya Chika memulai pembicaraannya.
"Oh gue emang gak masuk seminggu ini. Izin, ada urusan," jawab Alza dengan tenang tanpa mengalihkan perhatiannya pada Chika.
"Alza," panggil Chika melihat Alza yang hanya fokus pada bukunya.
"Alza," panggil Chika lagi mmebuat Alza menoleh.
"Kenapa?" tanya Alza menaikkan sebelah alisnya.
Chika tersenyum senang melihatnya, selama beberapa minggu terakhir ini Chika jarang sekali melihat Alza lagi, Chika jadi kangen dengan Alza.
"Makasih ya," ujar Chika membuat kening Alza berkerut.
"Buat apa?" tanya Alza.
"Kemaren lo udah beliin gue kalung kan, tapi gue belum sempat makaikan liontinnya terus pasang ke leher gue karna lupa terus." Chika terkekeh membuat Alza juga ikut terkekeh.
"Iya deh, besok kalau udah dipasang lihatin ke gue ya," kata Alza membuat Chika mengangguk antusias.
Berada di sekitar Alza terasa sangat menyenangkan bagi Chika. Alza yang selalu membalas dan merespon perkataan Chika dengan candaannya yang membuat Chika jadi melupakan masalahnya.
"Ka," panggil Alza saat Chika menatap lurus ke depan dengan tatapan kosong.
"Iya Alza."
"Lo beneran bukan Meiza, Ka?" tanya Alza dengan suara lemah dan tatapan teduh menatap Chika.
Chika terdiam sebentar lalu menggeleng. "Bukan Za, lo salah orang."
Alza menghembuskan mafas lemah dengan bahu yang menurun. "Gue merasa kalau dia itu lo Ka, kalian sama persis."
Tangan Chika perlahan naik mengelus punggung Alza. "Sabar ya Za. Gue yakin lo pasti bakalan ketemu sama dia suatu saat nanti. Memang lo suka sama dia? Sampai sedih banget?" tanya Chika dengan hati-hati.
Alza menoleh pada Chika lalu tersenyum mantap. "Iya Ka, gue suka sama dia, bahkan mungkin udah cinta mati."
Mendengar itu hati Chika nyeri. Ternyata Alza yang dia kira suka padanya suka pada orang lain yang Chika sendiri tidak tau itu siapa.
Chika berusaha menetralkan mukanya dan tersenyum paksa. "Pasti lo bakal ketemu dia suatu saat nanti, gue jamin," ujar Chika menyemangati Alza.
"Lo gak ada niat atau gak ada suka sama orang lain selain dia?" tanya Chika lagi setelah lama terdiam.
Alza menoleh padanya lalu menggeleng lemah yang membuat Chika jadi terdiam menatap cowok itu dengan perasaan yang tidak dapat dijelaskan.
"Engga ada Ka, gue gak tau kenapa gue gak bisa suka orang lain selain dia. Tapi Ka, gue berharap Meiza itu lo."
Chika menggigit bibir bawahnya gugup. Jika Meiza itu adalah dia, Chika tidak akan merasa iri jika Alza menyukai orang. Karna Alza itu tidak suka siapapun kecuali seorang Maiza. Alza sangat setia dalam mencintai seseorang. Meiza begitu beruntung bisa dicintai oleh orang seperti Alza.
Tapi tidak, Chika bukan Meiza, Chika ya Chika. Dan dia juga tidak merasa pernah dekat dengan Alza sebelumnya. Tapi saat menatap mata Alza itu, hati Chika langsung dag dig dug ser.
"Gue juga berharap gitu Za." Ingin sekai Chika mengucapkan itu, tapi tidak. Dia tidak ingin Alza tau kalau sebenarnya Chika suka dengannya karna percuma saja, Alza sukanya dengan Meiza.
"Gue bukan Meiza Al." Balasan dengan nada yang tidak semangat keluar dari mulut Chika. Panggilan yang berbeda-beda untuk Alza. Tadi Za sekarang Al.
Chika kembali menarik tangannya dan melipatnya di depan meja. "Lo gak ke kelas Al?" tanya Chika mengalihkan topik pembicaraan.
"Gue disuruh Bu Rani di sini dulu buat belajar pelajaran yang seminggu gue lewatkan, nanti baru ke kelas," jawab Alza dengan melihat buku yang ada di depannya.
"Eh maaf ya Za, gue jadi ganggu lo." Chika merasa bersalah telah mengganggu waktu belajar Alza yang sangat sedikit itu. Harusnya dia tidak mengajak Alza bercerita tadi.
"Gapapa, gue malah senang bisa lo temenin di sini," balas Alza dengan senyumannya mampu membuat Chika ikut tersenyum kaku. Chika merasa agak canggung berbicara dengan Alza, entah mengapa.
Chika melihat botol minum satu liter Alza yang ada di pojok meja. "Lo minum banyak juga ya Za, gak gembung apa minum sebanyak itu?" tanya Chika. Chika memang suka minum, tapi tidak sampai sebanyak itu dia minum.
"Biar sehat Ka, banyak minum kan buat tenaga juga. Biar gak gampang lelah, biar fokus juga," jawab Alza dengan cepat.
Chika mengangguk mengiyakan apa yang Alza katakan. "Iya sih, tapi gue jarang lihat cowok minum sebanyak itu. Paling minumannya yang berwarna."
Alza hanya tersenyum sayu membalas apa yang Chika katakan. Ia lalu mengambil botol itu lalu meminumnya. Setelah itu ia kembali fokus pada bukunya.
"Yaudah deh Al, gue keluar dulu ya," pamit Chika karna merasa tidak ada topik yang ingin dibahas lagi entah kenapa.
"Kan belum bel, sini aja dulu temenin gue," pinta Alza membuat Chika tak jadi beranjak dari duduknya.
"Tapi gue ganggu lo jadinya Al."
"Engga kok Ka, lo bukan pengganggu. Malahan gue senang lo bisa di sini."
B R A L E N S
hai hai haiii
gimana kabarnya niiii
gimana part iniiii
follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalmafollow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander@rajaallaver
@biancakejora@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng@kenziearkanaaa
@aryaaalvaroo
@gladysclaristaini amora
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...