hai hai haiiii
bralens kembaliii
panggil aku kabos yaaaa
selamat membacaaaa
B R A L E N S
"Prilla-Prilla, lo suka gak sama Kevin?" tanya Charles yang sedang duduk dengan mata yang terus menonton televisi.
"Hmm, gimana ya?" Bukannya menjawab Prilla malah kembali bertanya, tapi bertanya pada dirinya sendiri.
"Kan lo yang rasain La, masa lo gak tau sih," komen Deren melihat Prilla dari tadi berfikir dan belum menjawab.
"Gimana ya? Gue bingung," balas Prilla melihat Kevin yang juga sedang menatap dirinya.
"Vin, maaf ya," kaya Prilla pada Kevin.
"Maaf kenapa?" tanya Kevin bingung, keningnya berkerut dengan tangan yang berada di atas perut.
"Kan gue baru putus, dan jadi orang ngira lo itu pelarian gue, jadinya ya gitu."
"Kalau gitu gue juga minta maaf dong. Kan gue sukanya sama Chika, tapi malah lari ke lo."
"Yaudah impas dong," kata Prilla dengan senyuman.
Teman-teman Kevin yang lain menatap aneh ke dua orang itu, bukannya merasa tersakiti karna menjadi pelarian, mereka malas senyum-senyum tidak jelas.
"Aneh banget sih kalian, senyum-senyum gak jelas gitu," komen Aiger bergidik ngeri melihat Kevin dan Prilla yang saling pandang dengan senyuman.
"Lagi kasmaran gak sih, atau kerasukan hantu ngesot?" timpal Charles berdiri dari tidurnya dengan muka longor.
"Hantu ngesot hantu ngesot. Suster ngesot yang ada woi, kalau bilang itu yang benar dong." Deren menonjor belakang kepala Charles dengan tidak santai.
Krek
"Woi kepala gue bergeser anjir," protes Charles memegang kepalanya yang sedikit bergeser dari tempatnya.
Deren terlalu kuat memukul kepalanya mengalibatkan kepalanya bergeser dan bunyinya juga besar.
"Eh Les, maap Les, gue gak sengaja. Sini gue bawa ke dokter yok, aduh kan, kalau putus kepala lo kan bahaya," keluh Deren merasa sangat bersalah tapi mukanya menahan tawa.
"Kalau putus gue mati, dan gue bakalan gentayangin lo!" seru Charles dengan tangan kiri memegang rambutnya dan tangan kanan memegang dagunya.
"Jangan dong Les, nanti gak tenang gue tidur kalau lo gentayangin. Gue mau tidur tenang. Nanti lo ketawa ketawa di kamar gue kan ngeri," rengek Deren dengan sangat takut dan merinding.
"Lo jahat Ren, sakit banget ni, gimana gue jalannya nanti? Gimana ni Ren?" tanya Charles mendramalisir keadaan. Sebenarnya kepalanya tidak terlalu sakit lagi sekarang.
"Vin, gue mau nanya deh Vin," kata Aiger mulai serius. Ia berjalan dan duduk di samping Kevin yang masih terkapar lemah di brankar.
"Nanya apaan?" tanya Kevin menolehkan kepalanya ke arah Aiger.
"Eh tunggu dulu, bantu gue duduk dulu," pinta Kevin menjulurkan tangannya ke depan. Aiger dengan cepat membantu Kevin untuk duduk bersandar di kepala brankar.
"Gue mau nanya soal kecelakaan lo Vin," ujar Aiger memulai pembicaraan.
Charles dan Kevin yang masih beradu bacot jadi menghentikan bacotan mereka dan fokus pada Kevin juga Aiger.
"Kenapa?" tanya Kevin dengan tangan yang memegang kepalanya yang berbalut perban putih.
"Lo sebelum kecelakaan kenapa? Kata Reskar lo marah-marah Vin?" tanya Aiger memulai pertanyaannya. Ia mencari posisi ternyaman untuk mendengarkan semua yang ingin Kevin ceritakan.
Kevin berfikir sejenak. Apa sebaiknya dia menceritakan semuanya pada teman-temannya ini? Kevin menoleh pada Charles, Deren, Galvin dan Aiger juga Prilla yang menatapnya serius.
"Vin, lo gak mau cerita?" tanya Deren yang sudah sangat penasaran.
"Atau lo gak ingat?" lanjut Charles dengan muka yang khawatir. Ia berdiri lalu duduk di brankar kaki Kevin.
"Woi, runtuh nanti, badan lo besar bego." Deren berdiri dari duduknya lalu menarik Charles untuk kembali duduk di sebelahnya.
"Enak aja besar, lo tu yang besar. Gue langsing gini dibilang besar," protes Charles tidak terima dengan pernyataan yang Deren lontarkan padanya.
"Heh enak aja lo bilang gue besar. Body gue seksi gini lo bilang besar. Badan lo tu yang selebor," cetus Deren juga tidak terima dengan apa yang Charles katakan.
"Woi, kalian bisa diam gak sih? Kalian sama-sama besar, udah deh."
"ENAK AJA YA LO! BADAN LO TU YANG BESAR." Charles menunjuk Aiger dengan muka yang sangat marah.
"Woi, kalian mau dengar gak sih? Kok malah ngurus besar badan," celetuk Kevin yang sudah kesal.
"Eh maap Vin, lanjuuuut."
"Jadi tu di rumah gue berantem sama Chika," kata Kevin memulai pembicaraannya.
"APA?! BERANTEM SAMA CHIKA!?" teriakan Charles yang sangat besar itu mengganggu kenyamanan mereka yang sedang mendengar cerita Kevin.
"Diam dodol."
"Lanjut Vin."
"Kalian kan tau hubungan gue sama Chika gak bagus. Dan waktu itu gue minta maaf sama dia soal semuanya, tapi Chika gak mau bicara sama gue, dia gak mau lihat gue. Bahkan hubungan kami kayak gak kenal jadinya," lanjut Kevin dengan kepala yang ia tundukkan.
Kevin menghembuskan nafas panjang. "Karna itu emosi gue gak terkontrol, gue ke luar pergi ke markas dan lampiaskan kekesalan gue pake samsak."
"Terus Reskar pas banget lihat gue waktu mau ke luar markas, dan gue memang gak bawa helm dari rumah karna benar-benar gak kepikiran buat bawa helm gue karna pikiran gue cuma buat Chika waktu itu."
"Terus ya gitu, gue gak lihat lampu merah yang pas lagi merah waktu gue jalan. Ya gitu jadinya."
"Bantu gue jauh dari Chika tolong."
B R A L E N S
hai hai haiiii
gimana kabarnya niii
gimana part iniii
semangat kalian
follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalmafollow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander@rajaallaver
@biancakejora@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng@kenziearkanaaa
@aryaaalvaroo
@gladysclaristaini amora
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...