24. BRALENS🇧🇯

240 115 123
                                    

hai hai haiii

bralens kembali lagi niiii

panggil aku kabos yaaaaa

selamat membacaaaa

B R A L E N S

"Dok, gimana keadaan Kevin?"

"Alhamdulillah operasinya berjalan lancar, kita hanya menunggu beberapa waktu pasien untuk sadar," ujar Dokter itu membuat Hara dan yang lainnya menghembuskan nafas lega.

"Boleh saya masuk dok?" tanya Hara.

"Boleh, tapi bergantian ya Bu." Hara tersenyum dengan menghapus air matanya lalu masuk ke ruangan Kevin dengan menitipkan tasnya pada Chika.

"Kevin gapapa kan dok?" kali ini Charles yang bertanya.

"Tidak apa-apa, dia orang yang kuat, hanya saja sepertinya saat dia sadar nanti, kepalanya akan sangat sakit," balas dokter itu.

Deren dan yang lainnya mengangguk. "Baik dok, terimakasih."

"Sama-sama, saya permisi dulu."

Chika tersenyum bahagia seraya duduk di bangku memegang tas Hara. Akhirnya Kevin selamat, walaupun tidak sepenuhnya selamat, yang penting Kevin sudah melewati masa-masa kritisnya.

Yang harus mereka lakukan sekarang adalah berdoa dan memohon agar Kevin cepat sadar dan bisa kembali menjalani aktivitas seperti biasanya.

"Chika, kamu mau masuk juga?" tanya Hara setelah dia keluar dan menghampiri Chika yang sedang duduk.

"Mau Bun." Chika berdiri lalu masuk ke dalam ruangan Kevin dengan langkah pelan.

Melihat Kevin terbaring lemah di brankarnya itu sangat membuat Chika sakit. Seolah-olah sakit yang Kevin rasakan juga bisa ia rasakan.

"Kevin," panggil Chika dengan duduk di samping kursi sebelah brankar Kevin.

"Pasti lo kesakitan ya Vin?" tanya Chika meski ia tau tidak akan ada jawaban dari orang yang ditanya.

Chika terkekeh sinis. "Bodoh gue nanya, udah tau sakit banget lah," balasnya sendiri dengan air mata yang semakin deras mengalir.

"Sakit badan, sakit hati juga." Chika meletakkan tangannya di dada Kevin dengan pelan.

"Gue tau gue salah Vin, harusnya gue gak jauhi lo, harusnya gue bantuin lo, bantuin lo buat hilangan perasaan itu Vin, tapi gue gak tau gimana caranya Vin. Gue udah anggap lo sebagai Abang gue sendiri, malahan lebih dari Bang Galang."

Chika menarik nafas membuat isakannya terdengar. "Vin salah gak sih kalau gue gak suka sama lo? Salah gak sih kalau semua hal yang lo lakuin ke gue itu gue anggap perhatian seorang abang ke adeknya? Salah gak sih kalau gue nganggap lo cuma sebatas abang?" tanya Chika dengan suara serak.

Entah siapa yang ingin menjawab, tapi Chika berharap Kevin mendengarkannya. Chika hanya ingin tidak ada perasaan apapun yang ada di antara dia dan Kevin.

"Gue tau perasaan lo itu gak salah Vin, gue tau. Tapi gue gak tau harus gimana Vin, posisi gue yang salah. Ada di antara adek dan orang spesial di hidup lo. Gue salah Vin, gue yang salah," lanjut Chika lagi.

Chika lalu mengarahkan tangannya ke pipi Kevin dan mengelusnya lembut. "Gue bodoh banget ya Vin, bisa-bisanya marah sama orang sebaik lo. Bisa-bisanya menghindar dari orang yang selama ini jagain gue, perhatiin gue, selalu ada di samping gue," gerutu Chika pada dirinya sendiri.

"Vin, kalau lo mau marah, lo bisa marah Vin, marah aja sama gue Vin, lo bisa pukul gue, bisa bentak gue, bisa hindarin gue tapi tolong Vin, bangun ya Vin. Gue gak tau gimana ke depannya kehidupan gue. Lo orang yang berharga di hidup gue Vin. Lo itu salah satu orang spesial di hidup gue," lanjut Chika lagi.

"Bisa gak sih gue menghilang dari bumi Vin? Bisa gak sih kita ganti posisi? Gue pingin coba gimana rasanya jadi lo. Gimana sulitnya jadi lo Vin. Gue mau coba gimana rasanya suka kayak lo suka ke gue?"

"Vin, orang sebaik lo gak cocok sama gue yang gini Vin, gue cuma bisa kasih lo luka karna gue gak suka sama lo. Gue-gue gak suka sama lo Vin, gue juga gak bisa maksa Vin, tapi gue harus apa Vin? Kasih tau gue Vin," ujar Chika lagi.

Pastinya Kevin tak mendengar semua yang Chika katakan, semua pertanyaan, pernyataan dan keluh kesah yang ia pendam.

"Kevin, gue tau lo orang yang kuat. Gue yakin lo pasti bakalan cepat sadar dan gue bakalan perbaiki semuanya Vin. Dan gue harap lo bisa bantu gue biar suka juga sama lo." Chika memaksakan senyumannya.

Ia membasaki bibirnya dengan lidah lalu berdiri dari duduknya. Saat ia ingin keluar, ia teringat sesuatu. Chika berbalik badan lalu mencondongkan badannya ke muka Kevin.

"Selamat pagi Epin." Chika mencium pipi Kevin seperti yang biasanya ia lakukan walau sudah berminggu-minggu dia tidak pernah menyium pipi Kevin lagi.

Walaupun hari tidak pagi lagi, tapi malam, tapi kata-kata itu yang selalu ia lontarkan setelah mencium pipi Kevin setiap hari.

"Cepat sembuh ya Epin, Ika nungguin Epin." Chika lalu mencium pipi Kevin yang satu lagi dengan sedikit lama.

Setelah itu Chika bangkit dan menghapus air matanya. "Jangan lama-lama tidurnya ya, Ika kangen Epin."

"Selamat malam Epin, tidur yang nyenyak hari ini ya. Besok pagi jangan lupa bangun, biar Ika gak lama nunggunya. Biar kita bisa makan bareng lagi."

B R A L E N S

hai hai haiiii

gimana kabar kaliannnn

semangat terus yaaaaa

follow ig aku yaaa
@fitriasalmadong
@fitriasasalma

follow ig mereka jugaa yaaa
@resvagos
@alanagabriellaa
@algaraalexander

@rajaallaver
@biancakejora

@salqueenamelody
@reyvanogalaxyca

@stellavalenciaa
@latasyasahrez
@achaauristela

@galvinravael
@kiaraanastasyaaaaa

@tessakalila
@albarasamudra
@regalcomel
@langitwilliam

@airinshanata
@arabellakeanaa
@sahirakinara

@gerlanadinata
@rezviankeano
@ininatanganteng

@kenziearkanaaa

@aryaaalvaroo
@gladysclarista

ini beby

ini beby

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
BRALENS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang