hai hai haiiii
panggil aku kabos yaaaa
kembali lagi dengan bralens
selamat membacaaaa
B R A L E N S
"Ka," panggil Kevin saat Chika berjalan di depannya, cewek itu bahkan tak menganggap Kevin ada. Sudah tiga hari semenjak kejadian itu Chika tak mau bicara padanya.
Kevin ternyata salah besar telah menyatakan semuanya. Dan Chika juga tak mengerti dengan perasaannya, harusnya cewek itu mengerti kalau perasaan itu tak bisa dipaksakan, dia tumbuh dengan sendirinya.
Kevin menghembuskan nafas lemah saat Chika dengan cepat masuk ke kamarnya tanpa melihat bahkan untuk melirik saja tidak. Saat Kevin ingin masuk ke kamar itu ternyata Chika menguncinya.
"Ka, gue tau lo gak mau bicara sama gue lagi, tapi kali ini dengarin gue Ka, gue mau pergi dan Ayah sama Bunda lagi gak ada di rumah, lo bisa jaga diri kan Ka?" tanya Kevin.
Setelah beberapa detik tak ada juga balasan dari cewek itu. Kevin menghembuskan nafas panjang, kalau seperti ini Kevin tidak akan tenang perginya, pasti fikirannya akan selalu tertuju pada Chika.
Kevin bersandar pada pintu itu lalu mendongkakkan kepalanya ke atas. Tidak ada suara juga dari dalam sana. Entah apa yang Chika lakukan di dalam sana.
"Ka, gue tau gue salah Ka, tapi gue mohon jangan gini Ka, jangan diamin gue Ka, gue gak bisa," keluh Kevin masih dengan posisinya.
Sedangkan Chika sedang duduk dengan punggung yang bersandar di pintu dan tangan yang memeluk lututnya. Ia hanya mendengarkan apa yang Kevin katakan, tak berniat membalasnya.
Sebenarnya Chika gak kuat harus selalu mendiamkan Kevim, tapi Chika hanya ingin perasaan Kevin itu hilang, agar kecanggungan ini segera berakhir. Hanya itu yang bisa Chika lakukan.
"Gue gak akan tenang kalau pergi kayak gini Ka, gue mohon lo balas pertanyaan gue Ka. Lo bisa jaga diri lo di rumah?" tanya Kevin lagi.
Tetap tidak ada balasan dari orang di dalam sana, itu membuat Kevin tak bisa berbuat apapun. Chika sepertinya memang benar-benar tidak mau menjawab.
Kevin berjalan dengan pelan ke kamarnya, ia tidak bisa pergi hari ini, lebih baik dia di rumah saja dari pada nanti terjadi sesuatu pada Chika.
Kevin membuka laci mejanya lalu mengeluarkan satu album besar yang isinya memang khusus untuk fotonya dengan Chika.
Tiga hari tidak dekat dengan Chika saja dia merasa kosong dan hampa, bagaimana kalau besok Chika pacaran atau menikah dengan orang lain, Kevin tidak bisa membayangkan itu.
Tapi sepertinya keadaan menolak, Kevin harus segera menghapus perasaan ini. Entah bagaimana caranya tapi Kevin harus melakukannya.
Chika yang berada di dalam kamar beranjak dari duduknya lalu membuka laci nakasnya. Di sana terdapat beberapa barang kenangan orang tuanya juga album yang berisi beberapa foto dia juga orang tuanya.
Chika membuka album itu lalu melihatnya satu-persatu, sudah lama ia tidak melihat album ini, Chika rindu dengan orang tuanya.
Tanpa diminta, air mata mengalir di pipi mulusnya. Chika segera menghapus air mata itu, Kevin bilang Chika tidak boleh sedih karna jika dia sedih maka orang tuanya juga akan sedih.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...