EPILOG🇭🇰

519 69 289
                                    

hai hai haiii

selamat datang di epilog bralens

part akhir dari bralens yaaa

panggil aku kabos yaa

selamat membacaaa

B R A L E N S

"Beby sayang." Beby yang ada di kantin langsung mendapat pelukan dari belakang oleh mantannya itu.

"Deren lo apa-apaan sih?" tanya Beby yang merasa risih karna suara besar Deren yang mengundang seluruh pasang mata yang ada di kantin menatap dirinya.

Deren merendahkan sedikit badannya meletakkan kepalanya tepat di samping pipi Beby. Ia melihat Beby dari ujung matanya.

"Gini aja sayang, sebentar aja. Gue kangen banget sama lo Bey," ujar Deren dengan suara rendah membuat jantung Beby berdetak tak karuan.

Tidak menolak, bahkan tangan Beby berjalan dan memegang tangan Deren yang memeluk dirinya dan mengelusnya.

Rindu, sangat rindu bahkan. Setelah semua yang mereka lalui berdua kenapa harus seperti ini akhirnya?

"Maaf Der," lirih Beby dengan pandangan menatap lurus ke depan. Dia tak mempedulikan lagi semua tatapan yang tertuju padanya.

Kevin yang juga mengikuti Deren ke kantin kelas 11 duduk di sebelah Chika. Ia menopang kedua tangannya dan menolehkan kepalanya untuk melihat muka cantik pacarnya itu.

"Kevin mau gak?" tanya Chika menawarkan bakso yang ingin ia suapkan pada Kevin. Kevin mengangguk dengan antusias.

"Mau lah, apa sih yang enggak. Apalagi kalau disuapin sama pacar," ujarnya membuat pipi Chika bersemu merah.

Chika lalu menyuapkan Kevin dengan pelan lalu setelah mendapat suapan, Kevin mengambil alih sendok itu.

"Sekarang gantian, biar gue yang suapin lo." Chika membuka mulutnya menerima suapan Kevin dengan sangat semangat.

"Makasih Kevin," katanya dengan mulut yang penuh dengan bakso.

"Alvin, suapin juga dong, pinta Nasya pada Galvin, pacarnya. Galvin langsung mengambil sendok Nasya dan memberinya suapan.

"Masa dikode dulu baru peka sih," gerutu Nasya dengan suara kecil tapi mampu Galvin dengar.

"Maaf deh, yaudah ntar aku suapin lagi sampai habis ya." Galvin mendekatkan badannya ke arah Nasya dan mencolek pelan hidung pacarnya itu.

"Gak mau," kata Nasya dengan nada cuek, pura-puranya dia merajuk kesal.

Galvin langsung menarik Nasya ke dalam pelukannya dan mengelus rambut Nasya. "Maaf ya, aku gak pernah peka. Tapi ingat satu hal, kamu cuma punya aku Sya, bukan orang lain."

Nasya tersenyum mendengarnya, ia menengadahkan kepalanya dan menatap Galvin dari bawah. "Sayang Alvin."

"Sayang lo juga."

"Lo mau juga digitukan?" tanya Aiger pada Amora yang merupakan pacarnya. Aiger tau pasti Amora tidak akan mau mengode Aiger karna dia malu.

Amora tersenyum lalu menggeleng. "Gak usah Kak, gapapa," tolaknya dengan suara lembut khasnya yang membuat Aiger jadi gemas sendiri.

"Yaudah. makan berdua sama gue ya, biar gue suapin aja." Aiger mengambil alih mangkok Amora dan melihatnya sebentar.

"Gue cek dulu, manatau ada sianidanya." Ucapan Aiger jtu membuat Amora tertawa.

"Kakak kenapa sih? Mana ada sianidanya. Aneh-aneh aja," komennya lalu kembali tertawa.

"Gue gak mau pacar gue pergi dari gue, jadi semuanya harus diperiksa dulu." Amora langsung menghentikan tawanya mendengar itu. Dia terdiam dengan muka Aiger yang semakin dekat dengannya.

BRALENS [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang