hai hai haiii
panggil aku kabos ya
absen dulu pake minuman yang kalian sukaaa
selamat membaca yaa
B R A L E N S
"Kenapa lama?" tanya Kevin yang sedang bersandar di pintu masuk dengan melipat kedua tangan di depan dada.
Chika menoleh pada Kevin. "Tadi Alza ngajak makan dulu," jawab Chika apa adanya.
"Kan bisa makan di rumah. Tadi gue udah bilang jangan pulang malam, kenapa lo gak ngerti juga. Besok gue gak akan bolehin lo pulang sama Alza lagi," kata Kevin membuat Chika membulatkan mata sempurna.
"Kok lo gitu sih? Hidup-hidup gue kenapa lo yang ngatur?!" balas Chika tak terima seraya berjalan ke dalam rumah.
Tadi Hara mengatakan kalau malam ini ada urusan dengan suaminya, jadi yang ada di rumah saat ini cuma Kevin dan Chika. Sementara Galang sedang melepas rindu bersama teman SMAnya
"Gue gak mau terjadi apa-apa lagi sama lo Ka," ucap Kevin mengikuti jalan Chika.
"Tapi gak dengan ngekang gue juga Vin, gue punya hidup, gue punya tujuan. Hidup gue bukan lo yang ngatur," sarkas Chika menghentikan langkahnya dan menghadapkan badannya ke arah Kevin.
"Ka, lo tau gue khawatir, apa lagi dengan lo pulang malam-malam gini Ka. Lo gak ngerti kekhawatiran gue?" tanya Kevin pada Chika.
Chika yang sudah capek dan Kevin yang sangat khawatir dengan keadaannya membuat suasana makin mencekang dan memanas.
"Udah ah, gue capek." Chika berjalan meninggalkan Kevin yang sedang mengacak-acak rambutnya frustasi.
"ANJING!" umpatnya yang mampu Chika dengar.
Kevin berjalan ke luar rumah tapi Chika langsung menahan tangannya. "Jangan pergi lagi ke markas itu!" peringat Chika dengan penuh penekanan.
"Lo gak ada hak larang-larang gue, hidup-hidup gue kenapa lo yang ngatur," ujar Kevin dingin dan datar, matanya tidak ingin menatap Chika.
Chika menghembuskan nafas. "Gue khawatir sama lo Vin."
"ITU YANG GUE RASAIN KA, LO NGERTI KAN GIMANA RASANYA KHAWATIR." Suara berat yang membentak dari Kevin mempu membuat Chika menunduk takut.
Akhir-akhir ini Kevin sering membentak Chika, entah karna apa. Tapi dulu Kevin tidak pernah membentak Chika seperti ini.
"Maaf Pin, Epin jangan marah-marah lagi, Ika takut," cicit Chika dengan mata yang menatap ke bawah, dia sangat takut dengan amarah Kevin itu.
Nafas Kevin memburu, mendengar Chika seperti itu dengan bahu yang bergetar membuat rasa bersalah menyelimutinya. Ia langsung membawa Chika ke dalam dekapannya.
"Maaf," ujarnya dengan sangat merasa bersalah. Tangis Chika pecah saat berada di pelukan cowok itu.
"Kenapa sih akhir-akhir ini lo selalu marah-marah. Marah aja sekarang sama gue, lampiaskan semuanya sama gue," ujar Chika tanpa membalas pelukan Kevin.
Dari nadanya Kevin dapat mendengar Chika sangat takut sekaligus terluka. Bahkan cewek itu tak mau membalas pelukan Kevin. Kevin sangat merasa bersalah dengan membentak Chika.
Ini semua karna perasaan sialan itu. Kenapa perasaan itu harus ada di antara Kevin dan Chika. Kenapa dia harus menaruh perasaan pada Chika.
"Maafin gue Ka, maaf." kevin mencium puncak kepala Chika berkali-kali dan mengelus rambut panjangnya untung menenangkan cewek itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
BRALENS [COMPLETED]
Teen Fiction(PART MASIH LENGKAP) Ini kisah Chika, cewek pencinta segala hal yang berkaitan dengan warna biru. Suka berteriak keras, ketawanya besar yang pastinya akan mengganggu ketenangan dan kenyamanan orang yang mendengarnya. Ini juga kisah Kevin, cowok hum...