O1

3.6K 278 11
                                    

Pukul 6.45 pagi, kaki Abel melangkah pelan memasuki ruang 24. Ruang kelas yang bakal dihuninya selama kurang lebih seminggu ke depan.

Cewek itu juga nggak kaget waktu menangkap sosok yang dikenalinya duduk di meja baris ketiga, kedua dari kanan––dari pintu.

"Halo, Bellll, ketemu lagi!"

Abel geleng-geleng sih tapi nggak begitu heran karena itu Jay yang emang anaknya suka random gitu.

Terlebih Abel juga udah lebih terbiasa setelah kira-kira 2 kali dalam satu tahun dia jadi deskmatenya Jay selama tes. Dan ini udah ketiga kalinya.

"Kangen nggak sama gue?" tanya cowok itu setelah Abel bener-bener duduk disebelahnya

Kedua mata Abel memicing ke arah Jay, "Waras lu?"

Jay cengengesan "Nggak jawab, berarti iya nih huehehe"

Tangan yang sedari tadi ditahan buat nggak noyor kepala anak orang pagi-pagi gini akhirnya lepas landas "Kangen matalu kangen. Yang ada bosen gue ngelihat lo mulu tiap tes"

"Nggak boleh gitu dong, Bel" Jay muter duduknya ngadep ke Abel "Ini tuh sama aja kayak simulasi tau nggak?"

Abel naikin alisnya bingung, maksudnya?

"Simulasi, kan kalo kita udah masuk ke jenjang yang lebih serius hidupnya bakal sama-sama terus"

Jay pagi-pagi bukannya otak fresh malah makin ngaco. Terus Abel tanggepannya juga malah makin ngadi-ngadi

"Maksudnya, gue majikan terus lo... tukang kebun, gitu?"

"Ganteng gini yakali tukang kebun elah. Jadiin Su––"

"––Supir? Okay! Lo nanti tinggal dateng ke rumah gue. Nggak usah bawa cv juga nggak apa-apa, langsung gue terima jadi supir gue" potong Abel sambil nyengir. Ngeledek dia hehe

Sedangkan Jay, cowok itu udah mau protes. Tapi nggak jadi karena guru pengawas yang muncul dari arah pintu sambil bawa berkas soal dan jawaban PTS dihari pertama ini.

Seperti biasa, kegiatan selalu diawali dengan doa. Dan setelahnya barulah pengawas ngebagiin lembar soal dan jawaban ke murid-murid.

Karena pengawas cuma ngebagiin dibagian paling depan, otomatis murid harus pada ngoper ke belakang, nggak terkecuali Taraka–orang didepannya, begitu juga Abel ke orang dibelakangnya.

"Bel, Bel"

Abel yang baru selesai ngoper lembar tadi ke belakang noleh waktu Tara manggil. "Apa?"

"Jangan lupa gue ya"

Abel berdecih sebentar sebelum ketawa

"Serius, Bel, inget contekin gue ya? Yang soal bacaan-bacaan aja, yang lain nggak usah nggak apa-apa deh"

Abel cuma dehem sebagai jawaban.

"Nanti majuin dikit ya lembar jawaban lo? Biar gue bisa lihat sendiri jawabannya"

"Yee tendang juga nih" sebel Abel yang malah bikin Tara ketawa sebelum akhirnya balik ngadep ke depan.

Lebih dari setengah jam ngerjain, Abel baru dapet setengah dari 40 soal yang ada.

Karena materi yang diujikan dijam pertama ini bahasa, kayak biasa pasti banyak banget bacaannya.

Jujur aja, Abel sebenernya males juga bacanya. Tapi ya mau nggak mau harus dibaca kan supaya bisa dapet jawaban pastinya?

Tara udah ngegantung ke dia gini masa Abel malah ngasal? Kan Abel sebagai manusia yang baik budiman berbudi pekerti luhur juga nggak mungkin menjerumuskan temennya ke pilihan yang nggak bener.

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang