47

328 71 12
                                    

Tangan Jay bergerak narik tuas rem begitu mobilnya berhenti ditempat tujuan. Menatap pemandangan menyejukkan didepannya sebentar setelahnya beralih natap pemandangan yang lain.

"Bel" panggilnya pelan. Tapi sampai panggilan ketigapun Abel nggak kunjung menoleh ke arahnya.

Melepas seatbeltnya, Jay mencondongkan tubuh, melihat seksama wajah cewek itu lebih deket.

Dari napas teraturnya, Jay bisa menyimpulkan kalo Abel tidur. Tanpa sadar tangannya bergerak ke atas, nyingkirin beberapa helai anak rambut ke belakang telinga cewek itu.

Kalo kalian pikir Abel ketiduran karena capek nangis selama dijalan, kalian salah. Abel bahkan sama sekali nggak nangis. Diperjalanan kerjaannya cuma ngelamun sambil nyenderin kepala disandaran kursi. Nggak ada satupun kata yang terucap dari bibirnya sejak tadi dan sekarang cewek itu malah berakhir ketiduran gini.

Jay menghela napas pelan. Sedikit nurunin jendela disisi Abel karena niatnya dia mau ke toilet sama beli beberapa snack dan minuman di warung deket-deket sini. Jadi setelah mencabut kunci, Jay buru-buru keluar dari mobil dan menutup pintunya pelan.

Mungkin ada kali lima belas menitan dia pergi, dan pas mau balik lagi ke mobil matanya malah nggak sengaja lihat bayangan Abel yang sepertinya tengah menangis tersedu dari kaca spion.

Ngurungin langkah, Jay memilih bergeser. Berdiri disisi kanan belakang mobil supaya Abel nggak sadar sama keberadaannya.

Karena kaca yang sempet diturunkannya tadi, dari sini Jay bisa denger jelas suara isakan pilu Abel. Jay berdiri diem sambil nunggu cewek itu selesai lampiasin emosinya.

Setelah merasa nggak denger suara isakan lagi, Jay berjalan memutar buat ngebuka pintu penumpang depan.

Bibirnya tersenyum begitu lihat raut muka Abel yang kayaknya kaget lihat kedatangannya.

Didepan pintu yang kebuka, Jay berjongkok tepat disamping cewek itu "Feel better?"

Bukannya jawab, Abel malah berkedip-kedip lucu. Masih dengan mata sembab dan hidung memerah bikin Jay nggak bisa nahan kekehannya.

"Ngaca dulu" suruhnya.

"Kenapa? Jelek?"

Tanpa memutus pandangan, Jay menggeleng "Lucu"

"Lucu, kayak badut maksudnya?"

Jay cuma senyum terus ngebuka tutup botol air mineral yang dibelinya tadi, setelahnya dikasih ke Abel.

Abel nerima botolnya. Hampir diminum tapi tangannya malah ditahan. Sontak Abel natap Jay dengan pandangan bertanya.

Jay meraih selembar tisu yang ada diatas dashboard terus disodorin ke Abel lagi "Lap dulu, nanti meler masuk ke botol malah--AHAHAHA" dia hampir beranjak berdiri begitu lihat Abel hampir menyiramnya pakai air dibotol yang dipegangnya.

"Bisa nggak sih sehari aja nggak rese?!" sungut Abel yang bikin tawa Jay makin kenceng.

"Nggak. Enggak akan bisa" sahut Jay sambil julurin lidahnya ngejek.

Abel mendengus kesel terus balik ngadep depan tanpa hirauin Jay yang sibuk ngusap sudut matanya yang berair.

Gitu doang masa bengek. Receh banget heran-_-

"Nah gini dong, bagus" Abel noleh cepet sambil natap Jay tajam "Kalo marah ya lampiasin. Jangan malah diem, dipendem sendiri kayak tadi."

"Ih? Siapa juga yang marah?!"

"Elo tadi" sahut Jay "Diem, ngadep ke jendela, ngelamun sampai ketiduran, apa tuh namanya kalo bukan mendam sendiri?"

Abel melipat bibir, nggak tau harus jawab apa.

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang