32

330 80 2
                                    

Hari-hari Abel selama hampir tiga bulan ini menduduki kelas 12 menurutnya sungguh sangat suram.

Gimana nggak suram. Setiap harinya Abel selalu dibikin stress sama semua hal. Kayak, stress mikirin pelajaran, chairmate-an sama Satria yang cerewet minta ampun, terus nanggapin Runa yang semakin hari gilanya semakin menjadi, juga nanggapin Jay yang semakin rese mau itu disekolah ataupun dirumah.

Iya. Jay tentu udah sekolah lagi, bahkan udah nggak perlu pakai armsling lagi walaupun setiap minggunya masih harus kontrol ke rs.

Oh—satu lagi. Ketambahan Juno yang ngejar dia lagi sejak sebulan belakang.

Ngejarnya tuh ya bukan yang terang-terangan gitu sih. Cuma kayak yang, caper aja gitu. Keluar kelas kemana izinnya ke Abel dengan alasan–wakil ketua kelas. Terus butuh barang apa pinjemnya ke Abel, padahal kayak orang dikelas tuh bukan cuma Abel doang loh. Kenapa harus dirinya terus yang dirusuhin? Sampai Abel jengah sendiri nanggapinnya.

Tapi ya mau gimana lagi. Abel cuma nggak mau temen sekelasnya pada tau hal yang dialaminya sama Juno sekarang. Makanya terpaksa Abel jabanin.

"Bel, lo mau nitip apa?"

"Hah?" Abel ngelepas earphonenya.

"Gue mau nemenin Runa ke toilet, mau titip jajan apa gitu nggak? Kan sekalian lewat kantin" tawar Lena.

"Um, enggak usah deh"

Lena ngangguk kemudian berlalu pergi bareng Runa. Ninggalin Abel ditaman pinggir lapangan, yang lagi sibuk baca novel Dear Nathan punya Lena sambil dengerin musik lewat earphone.

Sejujurnya, Abel nggak terlalu suka sih genre kayak gini. Cuma dia iseng aja pengen baca, jadinya dipinjem.

Abel refleks hembusin napasnya begitu space kosong kursi yang didudukinya telah diduduki seseorang. Tanpa melirik pun Abel tau siapa pelakunya.

Napasnya kian jengah begitu merasa bahunya diketuk pelan. Terpaksa ngebuka earphonenya "Apa lagi?"

Pelakunya nyengir.

"Kalo lo mau ngerusuhin gue, please jangan hari ini ya, Jun. Besok-besok aja. Skip dulu hari ini. Gue lagi nggak mood"

"Lo lagi nggak mood? Waaah pas banget, Bel" seru Juno sambil ngambil sesuatu dari balik tubuhnya.

"Gue juga nggak mood makan, Jun"

"Yaaahh, sekali aja deh, Bel. Ini redvelvet cake buatan mama gue loh. Makan dong sesuap"

Abel mengerjap "Tapi lo kan tau gue sukanya tiramissu"

"Tapi itu bukan berarti lo nggak suka dan nggak bisa makan redvelvet kan?" Abel diem.

"Setelah lo makan sesuap, gue bakal pergi deh. Janji nggak akan gangguin lo hari ini. Gimana?"

"Bener ya?"

"Iyaaa"

Abel meraih garpu kemudian menyuap sesendok cake yang udah dipotongnya. Dua kali. Supaya orangnya seneng dikit hehe.

"Udah kan?"

Juno senyum lebar. Dia nutup kotak bekalnya terus berlalu pergi. Barulah setelahnya Abel kembali masang earphone dan ngelanjutin acara me timenya.



;,

Kelas 12 IPS 3 disiang hari setelah dzuhur ini kosong alias jamkos. Mereka cuma dikasih tugas karena gurunya mendadak berhalangan hadir. Alhasil kondisi ricuh bener-bener nggak bisa dihindarin.

Terbukti sekarang, ada yang lagi ghibah, ada yang lagi nonton film, mabar, ke kantin dan lainnya. Pokoknya pada kocar kacir gitu.

Abel dan sekomplotannya termasuk dikategori mabar. Tapi enggak, cuma cowok aja yang pada mabar. Yang cewek mah dengerin musik sambil ngecharger, tapi masih sama dibagian belakang kelas biar bisa goleran.

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang