4O

312 80 3
                                    

Masih sama seperti hari-hari sebelumnya, hari ini ada Airi yang jagain Abel di RS. Cuma Airi, karena udah pasti Jaydan kerja. Ini hari rabu, btw.

Seusai nyuapin Abel dan naruh nampannya ke atas nakas, Airi kembali duduk dikursi samping brankar yang ditempati adeknya itu. Tangannya bergerak mengupas apel tanpa diminta.

"Kamu lagi kenapa sih akhir-akhir ini?"

Abel mengernyit bingung "Kenapa gimana?"

"Ya kamu kenapa akhir-akhir ini beda banget? Jadi pendiem, suka ngelamun, susah makan, terus nggak mau dijengukin pula"

"Masa sih? Enggak ah. Perasaan mbak aja kali itu." ucap Abel enteng sembari ngebuka mulut. Nerima suapan apel dari Airi.

Airi mendecih "Pasti lagi berantem kan kamu sama Jay?"

Bodohnya, Abel menoleh panik "Ng-gak. Kata siapa lagi itu?"

"Ya nebak aja" Airi ikut menyuap apel yang dikupasnya "Setelah kamu sadar, Jay berhari-hari kan nggak kesini. Padahal sebelum kamu sadar aja dia betah banget nungguin kamu disini"

"Mana tiap hari kerjaannya nanyain kamu mulu ke mbak sama mas. Tapi giliran disuruh jenguk kesini, ada aja alesannya. Bilangnya sibuk lah, banyak tugas, capek sekolah blablabla"

"Beneran lagi sibuk mungkin? Kan kelas dua belas udahan"

"Halaahh, baru aja kemaren mbak lihat statusnya lagi futsalan sama temennya. Mana ada sibuk kayak gitu?"

"Ya berarti yang dia maksud tuh sibuk futsalan emang. Bukan urusan sekolah"

Airi masih mencibir. Belum puas kayaknya.

"Lagian dua hari lalu, pas temen-temen kamu masuk buat pamit pulang, nggak jadi jenguk kamu karena kamunya tidur, udah bangun kan itu kamu sebenernya? Cuma pura-pura masih tidur gara-gara tau ada Jay juga"

Mau ngelak pun, lidah Abel kerasa kelu. Pun Airi lebih dulu berkata lagi "Mbak tuh sempet mergokin kamu melek. Udah. Nggak perlu ngelak lagi. Mbak udah tau"

"Itu tuh yang katanya nggak berantem?"

Abel memilih bungkam sambil menatap ke arah lain.

"Kenapa lagi sih kalian? Sering banget berantem, jodoh tau rasa" ejek Airi yang seketika bikin Abel mengalih atensi ke arahnya. "Iiihh siapa juga yang berantem sih?? Orang dibilang enggak juga" sungutnya.

"Enggak berantem tapi marahan iya?"

Belum sempet Abel menjawab, lagi-lagi Airi bertanya "Kenapa? Marah kamu gara-gara Jay bocorin rahasia kamu ke mbak?"

Nah. Kicep kan Abel.

"B-bukan gitu, mbak. Aku cuma... kesel aja. Kesel karena dia ingkar janji sama aku"

"Ingkar janji ya?" Airi senyum tipis "Padahal mbak loh yang maksa dia hari itu, supaya dia ceritain semua hal yang dia tau tentang kamu. Dia mungkin akan tetep keep rahasia kamu ini kalo nggak diawali sama Runa yang serahin hp kamu ke mbak dan bilang kalo kamu lagi diteror"

"Mbak bersyukur dia paham situasi. Dia tau ini bisa aja lebih membahayakan kamu kedepannya kalo dia tetep diem dan terpatok janjinya sama kamu."

"Dan ternyata bener. Cerita dia itu berkaitan sama apa yang terjadi sama kamu sekarang. Dia membantu jalannya proses penyelidikan kasus kamu secara nggak langsung"

"Mbak naikin masalah ini ke meja hijau?"

"Belum. Untuk saat ini masih anak buah masmu yang selidiki."

"Kenapa harus diselidiki lagi? Bukannya udah jelas dia pelakunya?"

Airi menggeleng "Itu kan soal teror. Sedangkan kasus tabrak lari dan yang nguntit kamu malem itu? Kan belum."

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang