39

268 76 11
                                    

Hal yang pertama kali Abel tanyain setelah sadar adalah keberadaan kakaknya. Selain takut kakaknya khawatir, Abel juga takut kalo Airi tau. Tau akan semua hal yang dia sembunyiin selama ini.

Karena itu, setelah Tara pamit keluar buat manggil dokter. Atensinya beralih ke Jay yang juga lagi menatapnya.

Iya. Dua cowok itulah yang pertama kali Abel lihat begitu buka mata. Mereka udah dateng dari pagi buat gantiin Airi dan Jaydan yang ngakunya mau ngurus anak-anak dulu.

"Hp gue mana?" tanyanya. "Rusak atau enggak?"

"Masih nyala. Runa yang temuin kemaren, terus langsung dikasih Mbak Airi"

"Juga..."

Abel berharap cemas nunggu Jay ngelanjutin ucapannya. Matanya sama sekali nggak lepas dari cowok itu.

"Lo lagi diteror orang kan? Mbak Airi tau itu setelah ngecek isi hp lo"

Abel menghela napasnya gusar. Kenapa hpnya nggak rusak aja sih?

"Cuma itu kan yang Mbak Airi tau?"

Mendapati Jay yang mengangguk ragu, Abel memicing "Jangan bilang lo juga kasih tau Mbak Airi tentang semua yang lo tau"

Walaupun nggak dapet respon, Abel udah bisa nebak kok jawabannya apa. Bibirnya berdecih, "Semudah itu lo ingkar janji?"

"Bukan gitu, Bel. Gue sama sekali nggak bermaksud untuk—"

"Lo itu udah janji sama gue untuk nggak ngasih tau apapun yang terjadi ke Mbak Airi. Tapi nyatanya apa? Lo bocorin kan? Terus sekarang lo bilang nggak bermaksud? Huh, are you kidding me?"

Jay bahkan sampai harus duduk dipinggir brankar sambil menahan tangan Abel yang terus menepis cekalannya.

"Hei, tenang dulu. Gue bisa jelasin semuanya"

"Apa lagi yang kurang jelas? Lo mau kasih pembelaan? Atau apa?"

"Dengerin dulu," Jay hela napasnya pelan "Gue tau gue salah karena udah ingkar janji. Tapi gue juga nggak bisa tinggal diem, apalagi setelah lihat lo sampai kayak gini."

"Gue yakin semua ini berkaitan sama apa yang gue tau, makanya gue nggak ragu untuk kasih tau Mbak Airi. Nggak mungkin gue lakuin ini tanpa alasan"

Lagi-lagi Abel berdecih "Lo pasti nggak tau kan, apa alasan gue nutupin semuanya dari kakak gue sendiri?" dia senyum tipis "Gue kasih tau"

"Lo tau kan kerjaan mama gue kayak gimana?" kepalanya noleh sebentar ke Jay sebelum balik natap kosong ke depan "Mama kayak gitu dari gue SD. Dan selama itu, cuma Mbak Airi yang selalu rawat dan jagain gue."

"She's everything for me. Gue sayang banget sama dia, makanya gue nggak mau bikin dia khawatir. Udah cukup gue bergantung ke dia selama ini."

"Sekarang gue udah gede. Gue harus bisa hadapin masalah gue sendiri. Gue nggak boleh bikin Mbak Airi terus-terusan terfokus sama gue"

"Terlebih dia udah punya keluarga kecilnya sendiri sekarang. Anak-anaknya lebih butuh perhatian itu ketimbang gue"

"Gue udah terlalu banyak ngerepotin Mbak Airi selama ini. Jadi gue rasa, selagi gue masih bisa handle masalahnya, dia nggak perlu tau apa yang lagi gue hadapin."

"Emang salah kalo gue berpikir kayak gitu?"

Helaan napas Abel kian memberat.

"Dua tahun lebih kita temenan dan sedeket ini, ternyata nggak bikin lo paham sedikitpun ya gimana posisi gue?"

"Lo nggak ragu untuk ingkar janji, bahkan setelah gue mohon-mohon sampai segitunya ke elo supaya nggak bocorin semuanya ke Mbak Airi"

Ngelihat airmata Abel yang luruh melewati pipi, Jay makin ngerasa bersalah. Dirinya sesalah itu ya emang?

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang