52

336 70 5
                                    

Dikarenakan musim ujian yang udah berlalu beberapa minggu lalu, sekarang anak kelas 12 berganti disibukkan sama kegiatan wisuda yang akan digelar beberapa hari lagi. Beberapa kali mereka kedapatan bolak-balik ke sekolah buat ngurus berkas ini itu yang berkaitan sama kelulusan.

Dihari wisuda dilaksanakan—Sabtu tepatnya, entah kenapa siswa-siswi diharuskan datang lebih dulu ketimbang para wali murid. Bikin Jay beralih nyamperin Abel, padahal niatnya mau bareng mamanya sekalian.

Sekarang masih jam 7 pagi. Masih ada sekitar satu jam lagi sebelum jam kumpul yang udah ditentuin pihak sekolah, jadi Jay santai-santai aja waktu Jaydan bilang adeknya masih siap-siap.

Seperti biasanya, selagi nunggu Abel selesai, Jay bakal ngobrol-ngobrol dulu sama kakak ipar cewek itu. Sesekali nyahutin ocehan Cilla yang semakin jelas karena usianya yang udah menginjak 4 tahun.

"Gimana kemarin hasil SNMPTN? Lolos nggak?"

Waduh. Padahal Jay lagi berusaha hilangin rasa kecewanya loh, malah diingetin.

Lihat respon Jay yang cengengesan, Jaydan udah bisa nebak sendiri. Tangannya bergerak nepuk bahu yang lebih muda "Haha nggak apa-apa, nggak apa-apa. Belum rezeki berarti. Tenang, masih ada SBM kan?"

"Duh enggak lagi deh, mas kayaknya"

Jaydan mengernyit "Kenapa?"

"Enggak lah. Capek mikir. Jalur mandiri aja udah, biar cepet kata mami" jawabnya yang diakhiri kekehan. Jaydan ikut terkekeh.

"Kasihan otakku, mas. Nanti meleduk kelamaan dipakai. Kapasitas otakku mah nggak kayak Abel, sekali nyoba langsung lolos. Eh, Abel lolos kan, mas?"

Jaydah menggaruk tengkuk "Lolos sih. Tapi kan—–"




"Iiiihhh!! Udah. Nggak mau, nggak mau"

"Heh! kurang, ini pasang bulumata dulu"

"Astagaaaa, mbak. Aku tuh wisuda, bukan mau nikahan. Ngapain heboh banget"

Keduanya sontak mengalih atensi ke dalam rumah. Dan setelahnya keluarlah sosok Abel dengan dress kebaya modern warna abu yang sibuk nutup muka pakai sebelah telapak tangannya. Diikuti Airi dibelakangnya.

"Kenapa lagi sih?" tanya Jaydan halus.

"Ini nih adek kamu" Airi berusaha narik tangan Abel "Iiihhh kenapa ditutupin sih?"

"Nggak mau ah! Malu."

"Malu kenapa? Airi ngedandaninnya kayak badut ya pasti?"

Airi mendelik nggak terima "Enak aja! Ya nggak lah. Cantik ini tuh, makanya lepasin" gerutunya sambil narik paksa tangan Abel, dan itu berhasil. Abel sampai mendengus kesel dibuatnya.

"Waahhh" Jaydan beranjak dari duduknya "Siapa nih? Kenapa adek mas berubah jadi secantik ini?"

Abel nepuk bahu Jaydan pelan sambil dengus "Apaan sih mas!"

"Loh bener. Cantik kok. Banget malah. Iya kan, Jay?"

Baik Jaydan, Airi, maupun Abel sama-sama menoleh ke arah yang disebut. Sedangkan orangnya malah cengo nggak jelas kayak orang bego.

Tanpa sadar Abel berdecak terus buru-buru cium tangan kedua kakaknya buat pamit "Jangan telat pokoknya" peringatnya singkat terus jalan ke halaman.

Karena nggak mendapati langkah seseorang mengikuti, Abel berbalik "Ngapain masih bengong sih? Ayo cepet berangkat!"

"Hah? Oooh iya-iya ayo"





;,

Sampai diparkiran hotel dan turun dari mobil, Abel masih aja sibuk nutup mukanya. Dimobil juga sama, sampai Jay berkali-kali mendengus geli.

SOLITUDE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang