RH| 08 PERASAAN

38 25 3
                                    

Setelah kemenangan yang memacu adrenalin itu, Arella berdiri di garis finish, napasnya terengah-engah, namun dia merasa seperti baru saja memenangkan lebih dari sekadar balapan. Revano mendekat, wajahnya yang biasanya penuh dengan senyum sinis sekarang terlihat lebih serius. Ada sesuatu dalam pandangannya yang berbeda—sesuatu yang mungkin tak terungkapkan sebelumnya.

Arella, meskipun masih merasa gemetar, mencoba tetap tenang. "Lo janji, kan?" tanyanya, suara sedikit terputus-putus karena masih terpengaruh kegembiraan.

Revano mengangguk pelan, matanya tak lepas dari Arella. "Ya, janji tetap janji. Lo menang, Arel." Dia merogoh kantong jaketnya dan mengeluarkan beberapa lembar uang tunai, kemudian memberikan satu lolipop yang Arella lihat sebelumnya di tangan Revano. "Ini untuk lo."

Arella menerima uang dan permen itu, meskipun sejujurnya, dia merasa ada yang lebih penting daripada sekadar uang dan permen yang diinginkannya. Perasaannya jadi campur aduk—antara kemenangan yang menggetarkan dan ketegangan yang belum selesai.

Revano melihat Arella dengan tatapan yang penuh arti, lalu berkata, "Gue nggak nyangka lo bisa seserius itu dalam balapan. Gue kagum."

Arella hanya tersenyum tipis, tidak tahu harus berkata apa. "Gue nggak tahu kenapa gue tiba-tiba berani," jawabnya pelan, matanya menatap Revano, yang kini berdiri agak jauh dari dirinya, tampak jauh lebih tenang dari sebelumnya.

Namun, sebelum Arella sempat berlama-lama merenung, dia merasa tatapan Reyhan yang tajam mengarah padanya. Arella berbalik, dan Reyhan berjalan mendekat dengan langkah cepat, wajahnya terlihat tegang dan khawatir.

"Arel, lo baik-baik aja?" tanya Reyhan dengan suara agak parau, ekspresinya khawatir meskipun dia mencoba untuk tetap tenang.

Arella tersenyum lebar, mencoba menghilangkan ketegangan. "Gue baik-baik aja, Rey. Lo nggak perlu khawatir. Gue menang kok."

Reyhan menghela napas lega, namun masih terlihat ada kekhawatiran di matanya. "Tapi itu berbahaya, Arel. Gue nggak suka lo ikut campur, apalagi dengan balapan kayak gini."

Arella menatapnya, lalu mengalihkan pandangannya ke Revano yang kini berada sedikit lebih jauh, seperti memberi mereka ruang. "Gue cuma... gue cuma mau tahu. Gue janji, Han, gue nggak akan tanya soal lo dan Revano lagi."

Reyhan menatap Arella dengan tatapan yang sulit dibaca, namun dia hanya mengangguk pelan. "Gue nggak suka lo ikut campur masalah gue, Arel. Tapi... gue ngerti kenapa lo ngelakuin ini."

Arella mengangguk, merasa ada sedikit ketegangan yang mereda. "Gue  cuma mau lebih mengerti, Han."

Namun, meskipun ada pemahaman yang tercipta antara mereka, Arella masih merasakan ada yang mengganjal. Dia masih ingin tahu lebih banyak tentang hubungan Reyhan dan Revano—kenapa ada begitu banyak ketegangan di antara mereka. Apa yang sebenarnya terjadi di masa lalu mereka?

Revano, yang kini kembali mendekat, berkata dengan nada lebih santai, "Kalau lo mau tahu lebih banyak, Arel, gue nggak keberatan ngobrol nanti. Tapi, kita bisa ngobrol dengan cara yang lebih... santai."

Arella merasa tersentak mendengarnya. Ada sesuatu dalam nada Revano yang terdengar jujur, meski tak sepenuhnya dia bisa percaya. "Oke," jawabnya singkat, berusaha tidak terlalu terpancing.

Tapi sebelum Arella sempat berbicara lebih jauh, Reyhan sudah menarik tangannya. "Arel, kita pulang," katanya, nada suaranya lebih tegas, dan Arella tahu, Reyhan benar-benar khawatir padanya.

"Ya, ya," jawab Arella, sedikit kecewa karena dia belum mendapatkan jawaban yang dia inginkan. Namun, dia tahu saat ini bukan waktunya untuk menanyakan lebih lanjut.

Di perjalanan pulang, suasana di antara Arella dan Reyhan terasa sedikit canggung. Reyhan tampak merenung, dan Arella tidak tahu apakah dia harus berbicara atau diam saja. Namun, dia akhirnya memutuskan untuk memecah keheningan.

"Han, kenapa lo dan Revano bisa seperti itu?" tanya Arella dengan suara pelan, matanya menatap ke jalan yang mereka lalui.

Reyhan tersenyum tipis, tetapi kali ini senyum itu terasa lebih berat. "Lo nggak perlu tahu, Arel. Itu masa lalu yang udah lama banget."

Arella menatap Reyhan, masih merasa penasaran, tetapi dia tahu, mungkin ada saatnya dia akan mendapatkan jawabannya. Namun, saat itu bukan sekarang.

Mereka kembali ke markas, dan Reyhan tampak sedikit lebih santai setelah melihat Arella kembali dengan selamat. Namun, suasana malam itu tetap terasa berat, dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Apa yang terjadi antara Reyhan dan Revano? Mengapa balapan itu begitu penting? Dan apa yang sebenarnya ada di balik hubungan mereka yang tegang?

Arella tahu satu hal: perjalanan ini baru saja dimulai.

Hello guys..

Maaf lama up nya terlalu banyak tugas dari sekolah.

Jangan lupa vote dan follow ya 🌈

Maaf kalo masih banyak typo dan ceritanya yang gak jelas🥺

Semoga cerita ini menghibur🤗 jangan lupa share ke temen-temen kalian biar makin banyak yang baca Rel & Han.

Alenaf19 ✨

-24 Agustus 2021

REL & HAN  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang