Arella sedang mengatur tumpukan buku di rak ketika suara ketukan keras terdengar dari pintu apartemennya. Dia melirik jam di dinding—baru pukul tiga sore. Siapa yang datang tanpa kabar? Dengan langkah cepat, dia menuju pintu, dan begitu dibuka, terlihat Reyhan bersama teman-temannya—Jovano, Dimas, Fariel, dan David. Mereka berdiri dengan senyum lebar sambil membawa tas plastik besar dan beberapa kotak.
“Surprise!” seru Jovano, mengangkat kedua tangannya seperti pahlawan di film aksi.
Arella mengangkat alis. “Apa-apaan ini? Lo salah apartemen kali.”
“Enggak dong. Kita dateng buat bantu lo,” jawab Reyhan santai sambil mengangkat tas yang dia bawa. “Ini camilan buat lo yang, gue yakin, belum sempet masak.”
“Dan ini dekorasi biar tempat lo nggak kelihatan kayak ruang tunggu rumah sakit,” tambah Dimas, mengangkat kotak besar di tangannya.
Arella mendesah. “Gue bisa handle sendiri, tahu. Kalian cuma bakal bikin berantakan.”
“Terlalu terlambat buat itu,” Jovano menyahut sambil melangkah masuk tanpa izin. “Kami udah di sini, dan kami nggak akan pergi sampai tempat ini berubah jadi apartemen paling keren di gedung ini.”
Tanpa menunggu jawaban, mereka berlima mulai sibuk. Jovano dan Dimas langsung ke dinding untuk memasang poster, berdebat kecil soal posisi yang pas. Fariel dan David mengambil tugas mengurai lampu hias yang kusut, sementara Reyhan malah duduk santai di sofa, memperhatikan kekacauan itu dengan senyum kecil.
“Rey, lo nggak mau bantu?” Arella bertanya, menyilangkan tangan di dada.
“Gue pengamat,” jawab Reyhan ringan. “Lo tahu kan, gue lebih jago kasih arahan daripada kerja fisik.”
Arella memutar mata, tapi senyuman kecil muncul di wajahnya. Reyhan memang selalu punya cara untuk terlihat santai di tengah kekacauan.
Setelah beberapa saat, apartemennya mulai berubah. Lampu hias tergantung di sudut ruangan, memberikan cahaya lembut yang hangat. Poster-poster estetis menghiasi dinding putih yang sebelumnya kosong, dan tanaman kecil menghiasi meja makan serta rak.
“Jadi gimana?” tanya Dimas sambil melipat tangan di dada, puas melihat hasil kerja mereka.
Arella menatap sekeliling. “Lumayan. Tapi lo lupa bersihin kekacauan yang kalian bikin.”
“Makanya, lo harus bersyukur punya kita,” sahut Jovano santai.
Tiba-tiba, David mendekati Arella sambil membawa sebuah tanaman kecil. Itu kaktus mungil dengan pot keramik putih. “Ini buat lo,” katanya, menyerahkan tanaman itu.
Arella menatapnya bingung. “Kaktus? Lo serius?”
David mengangguk. “Dia gampang dirawat, kayak lo bilang nggak suka ribet. Tapi kaktus itu kuat, tahan di tempat yang sulit. Gue rasa dia cocok buat lo.”
Ada jeda sejenak sebelum Arella menjawab, “Thanks, David. Tapi kenapa lo tiba-tiba perhatian banget?” Dia mencoba bercanda, tapi suara David terdengar tulus.
“Kadang pindah itu nggak gampang, Arel. Tapi lo nggak sendiri,” ucap David sambil tersenyum tipis—senyuman yang belum pernah Arella lihat sebelumnya. Senyuman itu hangat, seperti mencoba meyakinkannya bahwa segalanya akan baik-baik saja.
Arella merasakan dadanya menghangat. David biasanya cuek dan jarang menunjukkan perhatian seperti ini. Tapi kali ini, dia benar-benar membuat Arella merasa dihargai.
“Gue bakal inget,” jawab Arella pelan.
Sementara itu, Jovano, Dimas, dan Fariel sudah mulai membereskan kekacauan yang mereka buat. Reyhan akhirnya bangkit dari sofa, membantu mengangkat kardus kosong ke dekat pintu. Sebelum mereka pergi, Reyhan sempat menepuk pundak Arella.
“Lo kuat, Arel. Kalau ada apa-apa, ingat, lo punya kita,” katanya dengan nada serius yang jarang dia gunakan.
Setelah mereka semua pergi, apartemen menjadi sunyi. Arella duduk di sofa, menatap kaktus kecil di meja di depannya. Dekorasi yang teman-temannya bawa memang sederhana, tapi berhasil membuat apartemen ini terasa lebih hidup.
Senyuman David terlintas di pikirannya, meninggalkan kesan yang anehnya hangat. Untuk pertama kalinya sejak pindah, Arella merasa tempat ini bisa jadi awal baru yang menyenangkan.

KAMU SEDANG MEMBACA
REL & HAN (END)
Dla nastolatkówReyhan Alexander adalah cowok tampan dengan kepribadian yang bikin banyak cewek terpikat. Sebagai anak dari seorang pengusaha sukses, Reyhan sering terlihat menikmati hidup dengan caranya sendiri. Dia suka melakukan hal-hal spontan seperti keliling...