Langit pagi terlihat mendung ketika Arella berdiri di depan pintu rumah bersama Ayah, Bunda, dan Kevin. Udara dingin menyelusup masuk, seakan mencerminkan suasana hati mereka yang berat menghadapi perpisahan ini. Hari ini adalah hari keberangkatan keluarga Arella ke luar negeri, meninggalkannya untuk sementara waktu. Arella berusaha menenangkan diri, meskipun hatinya terasa kacau seperti badai yang bergemuruh.
"Arel, kamu jaga diri baik-baik di sini," pesan Ayah sambil merapikan anak rambut Arella. Suaranya terdengar berat, tatapannya penuh kasih dan kekhawatiran yang tak mampu ia sembunyikan.
Arella mengangguk pelan, mencoba tersenyum meski matanya berkaca-kaca. "Iya, Ayah. Arel janji bakal baik-baik aja. Kalian juga hati-hati di sana, ya."
Bunda menarik Arella ke dalam pelukannya yang erat, hangat, tapi terasa seperti selimut yang perlahan dilepaskan. "Kalau ada apa-apa, jangan sungkan cerita sama Bunda. Ingat, Arel nggak sendiri. Sarah dan keluarganya pasti akan bantu."
Kevin, yang biasanya ceria dan penuh canda, kali ini hanya diam. Ia memeluk kakaknya dengan sangat erat, seolah tidak ingin melepaskannya. "Kak, aku bakal kangen banget sama kamu. Kalau ada apa-apa, telepon aku, ya."
Arella tersenyum kecil sambil mengusap kepala Kevin. "Iya, Kev. Kamu juga jangan bandel di sana. Jangan bikin Ayah sama Bunda repot, oke?"
Mereka akhirnya berpisah dengan berat hati di bandara. Arella menyaksikan keluarganya masuk ke ruang keberangkatan hingga sosok mereka hilang dari pandangan. Perasaan hampa menyerang hatinya. Kosong. Namun, ia tahu dirinya harus kuat. Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk keluarganya yang memercayainya tetap aman di sini.
***
Arella tiba di rumah Sarah beberapa jam kemudian. Ibunda Sarah menyambutnya dengan senyum ramah, menyentuh pundak Arella dengan lembut. "Arel, anggap rumah ini rumah kamu juga, ya. Jangan ragu untuk bilang kalau butuh apa-apa."
Sarah yang sudah menunggu di ruang tamu langsung berdiri dan memeluk Arella erat. "Gue senang banget lu di sini, Rel. Kita bisa lebih sering bareng sekarang."
Arella tersenyum kecil, merasa sedikit lega. "Thanks, Sar. Gue harap nggak bakal ngerepotin lu sekeluarga."
"Ngerepotin apaan? Justru ini seru! Gue udah bikin jadwal buat kita masak bareng, nonton film, dan lain-lain. Pokoknya, lu nggak bakal bosan di sini," jawab Sarah sambil tersenyum lebar, mencoba mencairkan suasana hati Arella.
Meski Arella berusaha menyesuaikan diri, rasa cemas itu tetap ada. Teror yang ia alami sebelumnya masih membayangi pikirannya. Dan ketakutan itu semakin nyata ketika keesokan harinya, sebuah paket misterius tiba di rumah Sarah.
Paket itu tidak memiliki pengirim. Saat Arella membuka kotaknya dengan tangan gemetar, ia menemukan sebuah foto dirinya. Di balik foto itu, ada tulisan dengan huruf besar, seperti dicetak dengan printer:
"Aku tahu kamu di mana. Kamu nggak akan pernah aman."
Arella merasa tubuhnya melemas. Keringat dingin mengalir di pelipisnya. Ia bergegas menunjukkan foto itu kepada Sarah. "Sar, ini nggak bisa gue diemin. Gue harus kasih tahu Reyhan."
Sarah mengernyitkan dahi, menatap foto itu dengan ngeri. "Rel, lu yakin ini nggak cuma prank? Tapi... kalau serius, gue setuju. Reyhan pasti bisa bantu kita.
***
Reyhan tiba di rumah Sarah sore itu dengan wajah penuh kekhawatiran. Begitu melihat Arella, dia langsung menghampirinya dan memeluknya erat tanpa berkata apa-apa. Pelukannya terasa seperti tameng, mencoba melindungi Arella dari apa pun yang mengancamnya.
"Gue di sini, Rel. Lu aman," ucap Reyhan lembut.
Arella mencoba menahan air matanya, tapi rasa takut yang terus menghantuinya terlalu besar untuk dilawan. "Han, gue nggak tahu harus gimana lagi. Ini semua makin menyeramkan. Gue takut mereka bakal nyakitin gue atau orang-orang di sekitar gue."
Reyhan menatap Arella serius, tangannya menggenggam pundaknya dengan mantap. "Gue bakal cari cara buat melindungi lu. Kalau perlu, kita lapor polisi. Tapi sekarang, yang paling penting, lu tetap tenang. Gue nggak bakal ninggalin lu."
Sarah duduk di sofa, mencoba menenangkan dirinya sambil menggenggam tangan Arella. "Rel, kita di sini buat lu. Apa pun yang terjadi, lu nggak sendiri, oke? Lu kuat, Rel. Kita bisa lewatin ini."
"Gue nggak mau orang lain terluka karena gue," gumam Arella pelan. "Sar, Han, gue beneran bersyukur punya kalian. Kalau kalian nggak ada, gue nggak tahu gimana harus hadapin semua ini."
***
Malam itu, mereka bertiga duduk di ruang tamu, mencoba menyusun rencana. Reyhan mengusulkan untuk meningkatkan keamanan rumah Sarah, sementara Sarah mengusulkan agar mereka menghubungi polisi untuk mencari tahu siapa pengirim paket itu. Namun, suasana menjadi lebih tenang ketika pembicaraan mereka bergeser ke kenangan masa lalu.
"Lu inget nggak, Sar, waktu kita masih sekolah? Lu yang ngajarin gue buat berani tampil di depan kelas pas lomba pidato itu," kata Arella sambil tersenyum kecil. "Gue beneran takut banget waktu itu."
Sarah tertawa kecil, mencoba mencairkan suasana. "Ya ampun, gue inget banget! Lu hampir mau kabur dari panggung kalau gue nggak narik lu balik. Tapi liat, lu malah menang juara dua!"
Reyhan menyimak dengan penuh minat. "Serius, Rel? Gue nggak nyangka lu pernah sepenakut itu. Sekarang, lu kayak... nggak bisa dibendung."
Arella tertawa kecil, meskipun rasa takut masih membayanginya. "Semua karena Sarah. Kalau bukan dia, gue mungkin nggak akan berani nyoba apa-apa."
Sarah menyikut Arella pelan. "Apaan sih, Rel. Lu yang hebat. Gue cuma nge-push sedikit."
Percakapan itu sedikit mengurangi ketegangan yang ada. Namun, ketika malam semakin larut, Arella tidak bisa mengabaikan bayangan gelap di pikirannya. Teror itu masih ada, mengintai dari kegelapan. Dan ia tahu, ini baru permulaan dari sesuatu yang jauh lebih besar.

KAMU SEDANG MEMBACA
REL & HAN (END)
Dla nastolatkówReyhan Alexander adalah cowok tampan dengan kepribadian yang bikin banyak cewek terpikat. Sebagai anak dari seorang pengusaha sukses, Reyhan sering terlihat menikmati hidup dengan caranya sendiri. Dia suka melakukan hal-hal spontan seperti keliling...