Arella dan Sarah duduk di sebuah kafe yang baru saja dibuka di daerah dekat kampus Sarah. Interior kafenya estetik, dengan tanaman hijau di mana-mana, membuat suasananya terasa nyaman. Arella memesan matcha latte, sementara Sarah memilih cappuccino.
"Arel," Sarah memulai, menatap temannya dengan pandangan usil. "Gue serius nih, kapan terakhir kali lu ngobrol sama Reyhan?"
Arella hanya mendengus. "Ngapain sih lu bawa-bawa dia? Gue sama dia biasa aja, gak ada apa-apa."
"Yakin?" Sarah menaikkan alisnya, tapi sebelum Arella sempat membalas, seorang pelayan melintas membawa nampan penuh minuman.
Tiba-tiba, tanpa sengaja, seorang perempuan berdiri terlalu dekat dengan pelayan itu, menyebabkan salah satu gelas hampir terjatuh. Pelayan itu buru-buru menstabilkan nampannya, tapi si perempuan menoleh dengan ekspresi kesal.
"Maaf, Mbak," kata pelayan itu dengan gugup.
Arella, yang baru menyadari siapa perempuan itu, membeku di tempat. Wajah itu terlalu familiar—Yasmin.
Sarah juga melihatnya dan langsung menggenggam tangan Arella di bawah meja. "Arel, itu Yasmin, kan?" bisiknya.
Yasmin tampak bingung sejenak sebelum matanya bertemu dengan Arella. Sesaat, dia terlihat terkejut, tapi kemudian dia menyunggingkan senyum kecil yang terkesan dibuat-buat.
"Arella? Lama gak ketemu," sapa Yasmin, mendekati meja mereka.
Sarah langsung memasang ekspresi tidak ramah, tapi Arella berusaha tetap tenang. "Iya, udah lama banget," jawab Arella, suaranya datar.
Yasmin melirik Sarah, lalu kembali menatap Arella. "Gue gak tahu kalau lu sering nongkrong di sini. Gue juga baru pertama kali ke sini, sih."
Arella hanya mengangguk. Situasi ini mulai terasa aneh, dan dia tidak tahu harus berkata apa.
Yasmin tampaknya menyadari kecanggungan itu, tapi tetap melanjutkan, "Gimana kabar lu? Sama Nauval masih deket?"
Pertanyaan itu langsung membuat Arella terdiam. Sarah yang akhirnya menjawab, "Kita lagi ngopi, Yasmin. Ada apa?"
Yasmin tertawa kecil, jelas menyadari dirinya tidak diterima. "Gak ada, cuma mau nyapa aja. Enjoy your coffee, ya," katanya sambil melangkah pergi.
Setelah Yasmin menjauh, Arella menghela napas panjang. "Kenapa harus dia, sih? Gue udah cukup tenang selama ini."
Sarah menggelengkan kepala. "Gue rasa ini bukan kebetulan. Yasmin emang punya radar buat bikin hidup lu ribet."
Arella hanya bisa memutar gelas matcha latte-nya dengan cemas. Kejadian kecil itu membuatnya kembali teringat pada konflik lama yang berusaha dia lupakan.
***
Arella mencoba mengabaikan detak jantungnya yang mendadak terasa lebih cepat. Yasmin memang sudah lama tidak muncul di kehidupannya, tapi kehadirannya kali ini terasa seperti hantaman keras ke dinding pertahanan yang Arella bangun selama bertahun-tahun.
Sarah, yang melihat wajah Arella mulai berubah, menyentuh lengannya. "Arel, santai. Dia gak bisa nyakitin lu lagi."
Arella mengangguk pelan, tapi matanya tetap mengarah ke arah Yasmin yang kini sedang berdiri di antrean kasir. Seolah merasa diawasi, Yasmin menoleh lagi, dan untuk sesaat, pandangan mereka bertemu.
"Dia sengaja, gue yakin," gumam Sarah sambil melipat tangannya di depan dada.
Arella mengalihkan pandangannya. "Gue gak mau drama. Gue cuma pengen ngobrol santai sama lu hari ini."
"Ya, tapi kalau dia dateng buat gangguin lu, lu gak bisa cuma diem aja," balas Sarah tegas.
Sebelum Arella sempat merespons, Yasmin tiba-tiba muncul kembali di meja mereka, membawa segelas kopi di tangannya. "Boleh duduk sebentar?" tanyanya tanpa menunggu jawaban.
Sarah mendesis pelan, tapi Yasmin sudah menarik kursi dan duduk. Arella menatap Sarah seolah meminta bantuan, tapi Sarah hanya mengangkat bahu, memberikan sinyal bahwa ini adalah keputusan Arella.
"Arella," Yasmin memulai, suaranya terdengar lebih pelan dan, anehnya, sedikit bergetar. "Gue tahu mungkin ini tempat yang salah untuk ngomong, tapi gue cuma mau bilang... gue nyesel."
Kata-kata itu seperti bom yang meledak di kepala Arella. Dia tidak menyangka Yasmin akan berkata seperti itu. Selama ini, Yasmin selalu bersikap seolah dia tidak melakukan kesalahan apa pun.
Sarah menatap Yasmin tajam. "Nyesel soal apa, Min? Nyesel ngerebut Nauval? Nyesel bikin Arel sakit hati?"
"Sarah," potong Arella, mencoba meredam ketegangan.
Yasmin menunduk, menghindari tatapan Sarah. "Gue gak minta maaf untuk diterima. Gue cuma pengen lu tahu kalau gue sadar gue salah. Gue gak seharusnya ngelakuin itu ke lu, Arel."
Arella menelan ludah, berusaha menjaga suaranya tetap stabil. "Kenapa sekarang? Kenapa gak waktu itu, pas semuanya masih berantakan?"
Yasmin mengangkat bahu kecil. "Mungkin karena gue terlalu egois waktu itu. Gue kira gue gak butuh minta maaf. Tapi ternyata gue salah. Gue ngerasa... gue gak bisa terus hidup kayak gini, ngerasa bersalah sama lu."
Sarah mendengus, jelas tidak percaya. "Oh, jadi sekarang lu mau bersih-bersih hati, gitu? Setelah semuanya udah selesai? Gampang banget."
Arella mengangkat tangannya, menghentikan Sarah sebelum dia melanjutkan. "Yasmin," katanya dengan suara pelan, tapi tegas. "Gue gak tahu apa yang bikin lu ngomong ini sekarang, tapi gue udah cukup berusaha move on. Gue gak butuh penjelasan lu atau permintaan maaf lu. Gue cuma pengen hidup gue tenang, tanpa ada drama dari masa lalu."
Yasmin mengangguk pelan, tapi ada air mata yang mulai menggenang di matanya. "Gue ngerti. Gue gak akan gangguin lu lagi."
Dia bangkit dari kursi tanpa berkata apa-apa lagi, meninggalkan Arella dan Sarah dalam keheningan.
Sarah, yang masih terlihat kesal, membuka mulutnya untuk berbicara, tapi Arella menghentikannya. "Udah, Sarah. Gue capek."
Sarah menghela napas panjang dan meraih tangan Arella. "Oke, gue ngerti. Tapi kalau dia muncul lagi, lu gak boleh ngadepin dia sendirian, oke?"
Arella hanya mengangguk. Dalam hati, dia tahu kejadian ini belum sepenuhnya selesai, tapi untuk saat ini, dia hanya ingin menikmati kopinya yang hampir dingin.
***
Hai hai
Gimana kabarnya?
Semoga sehat-sehat ya
Maaf kalo ceritanya masih berantakan dan masih banyak typo, alur yang kacau.
Dan terimakasih buat yang udah mau baca dan vote
Love you all
Semoga cerita ini bisa menghibur kalian semua
Ambil yang baik dan buang yang buruk ya guysSalam hangat
Alenaf19
_22 Januari 2023

KAMU SEDANG MEMBACA
REL & HAN (END)
Подростковая литератураReyhan Alexander adalah cowok tampan dengan kepribadian yang bikin banyak cewek terpikat. Sebagai anak dari seorang pengusaha sukses, Reyhan sering terlihat menikmati hidup dengan caranya sendiri. Dia suka melakukan hal-hal spontan seperti keliling...