RH| 10 PERMOHONAN REYHAN

34 22 5
                                    

Siang itu, Arella sedang duduk di ruang tamunya sambil membaca buku ketika tiba-tiba teleponnya berdering. Nama Reyhan terpampang jelas di layar. Dengan santai, Arella mengangkat panggilan tersebut. 

"Kenapa, Han?" tanya Arella sambil meregangkan tubuhnya. 

Suara Reyhan terdengar agak ragu, namun penuh harap. "Arel... gue mau minta tolong sama lo. Tapi, lo janji dulu nggak bakal langsung nolak." 

Arella mengernyit, merasa ada sesuatu yang tidak biasa. "Tolong apa? Kalau lo minta gue bantu balapan lagi, jawabannya nggak." 

Reyhan tertawa kecil. "Bukan itu, Arel. Ini lebih... ehm, personal." 

"Ngomong saja, Han," sahut Arella, setengah penasaran, setengah malas meladeni drama Reyhan. 

"Arel, lo mau nemenin gue kondangan?" Reyhan akhirnya berkata, suaranya terdengar pelan tapi jelas. 

Arella langsung terdiam, kemudian meletakkan bukunya. "Kondangan? Lo serius? Kenapa harus gue?" 

Reyhan menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab. "Karena ini kondangan mantan gue, Arel. Dan... gue butuh teman biar nggak kelihatan sendirian di sana." 

Arella mengerutkan kening. "Mantan? Yang mana lagi? Aurora bukan, kan?" godanya, berusaha menahan tawa. 

"Bukan, lah!" Reyhan terdengar kesal. "Ini Alia, yang dulu gue pacarin waktu SMA." 

Arella terdiam, mencoba mencerna permintaan itu. "Han, lo gila ya? Kenapa gue? Kenapa nggak orang lain? Gue nggak ada hubungannya sama mantan-mantan lo." 

Reyhan menghela napas panjang. "Karena gue nyaman sama lo, Arel. Gue butuh lo untuk nemenin gue kali ini aja. Please..." 

Arella ingin menolak mentah-mentah, tetapi ketika mendengar nada memohon dari Reyhan, ia merasa sedikit tersentuh. Reyhan jarang sekali meminta sesuatu dengan nada seperti itu. "Gue... gue nggak tahu, Han. Ini kayaknya aneh banget." 

Reyhan terus memohon. "Arel, lo sahabat gue. Gue cuma butuh lo buat bikin gue nggak merasa canggung di sana. Lo tahu kan gimana nggak enaknya menghadapi mantan yang nikah duluan? Gue cuma mau ini berlalu dengan cepat." 

Setelah beberapa detik hening, Arella akhirnya menghela napas berat. "Oke. Tapi gue cuma nemenin lo. Jangan minta yang aneh-aneh." 

"Yes! Gue tahu lo nggak bakal ninggalin gue," seru Reyhan penuh semangat. 

***

Keesokan harinya, Reyhan datang ke rumah Arella membawa beberapa barang. Salah satunya adalah sebuah kotak besar berisi kertas kado. 

"Arel, tolong bungkusin ini buat kado pernikahan, ya," kata Reyhan sambil menyerahkan kotak tersebut. 

Arella menatapnya dengan mata menyipit. "Lo serius? Gue jadi teman kondangan, sekarang gue juga jadi tukang bungkus kado?" 

Reyhan hanya terkekeh. "Ayo dong, Arel. Lo kan jago ngerapiin segala macam. Gue percaya hasil bungkusan lo bakal keren." 

Arella mendesah, tapi akhirnya mengambil kotak itu dan mulai membungkusnya dengan teliti. Reyhan duduk di sofa sambil memperhatikan, sesekali tersenyum melihat ekspresi serius Arella. 

"Gue kayaknya harus bayar jasa lo, nih," canda Reyhan sambil menyandarkan tubuhnya. 

Arella menoleh dengan tatapan tajam. "Bukan jasa, Han. Ini karena lo memohon. Ingat itu." 

Reyhan hanya tertawa kecil. Setelah Arella selesai membungkus kado, Reyhan mengeluarkan sebuah tas dari belakang kursinya. 

"Ini buat lo," katanya sambil menyerahkan tas tersebut pada Arella. 

REL & HAN  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang