RH| 30 SAHABAT YANG MENENANGKAN

4 3 0
                                    

Arella duduk sendiri di tepian pantai, matanya memandangi laut yang tenang, tetapi pikirannya jauh dari kedamaian. Setelah kepergian Sarah, ada ruang kosong di hatinya yang tak mudah diisi, meski dikelilingi oleh tawa keluarga dan teman-temannya. Setiap langkah yang dia ambil seakan terasa berat, setiap desahan angin membawa kerinduan akan sahabatnya yang sedang berada jauh di sana.

Rasanya seperti ada yang hilang, dan dia tak tahu bagaimana mengisinya. Meskipun dia tahu bahwa Sarah butuh waktu dan ruang untuk keluarganya, perasaan kosong itu tidak mudah diabaikan. Dia berpikir apakah dia telah melakukan cukup banyak untuk sahabatnya, ataukah ada sesuatu yang lebih yang harus dilakukan.

Reyhan, Dimas, Jovano, Fariel, dan David datang menghampiri, membawa makanan dan minuman, mencoba menghibur Arella. Namun, tak ada kata-kata yang bisa sepenuhnya mengalihkan pikirannya dari Sarah.

"Sar, kalau lu tahu, kita semua nunggu kabar dari lu," kata Dimas sambil duduk di sebelah Arella, memberikan perhatian lebih dari biasanya. "Tapi gue ngerti banget kok, apa yang lu rasain. Kadang kita nggak bisa kontrol semuanya, terutama masalah keluarga."

Arella hanya mengangguk lemah, tatapannya masih tertuju pada laut yang tak berujung. "Gue cuma berharap semuanya cepat baik-baik aja, ya," jawabnya, meski ada rasa cemas yang masih menggerogoti hatinya. "Gue... gue cuma merasa nggak enak ninggalin Sarah sendirian."

Fariel yang duduk di sisi lain memberi senyum tipis. "Kadang, yang bisa kita lakuin adalah ngasih ruang dan waktu buat mereka. Sarah pasti ngerti kok, Arel."

David yang duduk di ujung lain menatap Arella dengan mata yang penuh pengertian. "Arel," katanya pelan, "Gue tahu lu ngerasain berat, tapi kita semua ada di sini buat bantu lu, nggak cuma Sarah yang butuh dukungan. Lu juga, kan?"

Arella tersenyum tipis, merasa sedikit terhibur oleh perhatian David yang jarang terlihat, namun begitu berarti. "Makasih, David," jawabnya, suara serak. Ia merasa kata-kata David masuk langsung ke dalam hatinya. Dia tahu teman-temannya peduli, meskipun perasaan hampa itu masih terus menggantung.

Reyhan yang melihat Arella masih termenung, mengajak dia untuk ikut bermain bola pantai bersama teman-temannya. "Ayo, Arel. Ini kesempatan kita buat lepas sebentar," kata Reyhan sambil tersenyum lebar, matanya penuh dorongan.

Arella tersenyum, meski masih terasa hambar. "Oke, Han. Gue coba," jawabnya.

Dia berdiri dan bergabung dengan mereka, mencoba membuang jauh-jauh kecemasannya. Begitu bola pantai melayang ke arahnya, Arella menendangnya dengan keras, melepaskan sedikit rasa gelisah yang bertumpuk. Mereka semua mulai berlarian, tertawa, dan saling menggoda. Tidak ada yang sempurna, tapi tawa mereka bisa mengusir kekosongan yang ada dalam diri Arella.

David ikut bermain dengan serius, meskipun tidak secerdas Jovano atau Fariel, dia tetap memberi energi positif pada kelompok itu. "Ayo, Arel, lu pasti bisa lebih baik dari itu!" seru David sambil melompat untuk menangkap bola. Arella merasa lebih terhubung, lebih hidup.

"Ini seru banget," kata Jovano dengan tawa terbahak-bahak. "Meskipun bola ini kayaknya nggak ngerti aturan, ya." Semua orang tertawa mendengar celotehan Jovano.

Saat mereka berhenti sejenak, Arella duduk di pasir, mengelap keringat di dahinya. "Gue nggak tau kenapa, tapi gue ngerasa lebih ringan sekarang," ujarnya, sambil tersenyum lelah.

David duduk di sebelahnya, menepuk punggungnya. "Makanya, Arel. Kadang kita cuma butuh teman buat ngelewatin hari-hari berat kayak gini."

Reyhan yang duduk di samping Arella, melihat ke arah laut dan berkata, "Pernah nggak lu pikirin, Arel, kalau semua yang kita lewatin ini bakal jadi kenangan yang berarti suatu hari nanti?"

Arella memandang Reyhan, merasa ada kedekatan yang mulai terjalin. "Gue tahu. Tapi kadang rasanya nggak cukup." Dia menunduk, sedikit cemas dengan perasaan yang membebani hatinya. "Kayak ada yang kurang, Rey. Lu ngerti nggak?"

Reyhan menatapnya dengan intens, "Gue ngerti banget, Arel. Semua orang pasti pernah merasa kayak gitu. Cuma, kadang kita cuma butuh waktu buat nyadar kalau semua yang terjadi itu bagian dari perjalanan."

Arella mengangguk pelan. "Mungkin gue cuma butuh waktu buat menerima semuanya," katanya, lebih pada diri sendiri. "Gue nggak bisa terus-terusan mikirin hal yang nggak bisa gue ubah."

***

Besoknya, Arella dan teman-temannya kembali bersama keluarga Arella untuk liburan di pantai. Suasana yang awalnya terasa berat mulai sedikit menghangat. Melihat anak-anak kecil berlarian, tertawa riang, membuat Arella merasa ada secercah kebahagiaan yang perlahan datang.

David mendekat dengan tawa khasnya. "Ayo, Arel, jangan diem aja, lu harus ikut seru-seruan juga. Jangan terlalu banyak mikirin hal yang gak bisa kita kendaliin."

Arella tersenyum, dan mereka semua mulai bermain lagi, termasuk Reyhan yang mengajak Arella untuk berlari di sepanjang pantai. Semua canda tawa itu terasa lebih berarti dengan kehadiran mereka.

"Kadang kita cuma butuh keseruan kayak gini buat ngelupain semua beban," kata Fariel sambil melemparkan bola ke arah Arella. "Bukan berarti kita lupa, tapi seenggaknya bisa buat kita lihat hal-hal dari sisi yang lebih ringan."

"Aku setuju," tambah Dimas, yang sedang berlari mengejar bola yang hampir terjatuh ke laut. "Kita harus bisa nikmatin hidup, walaupun ada aja yang nggak sesuai rencana."

Ketika sore datang, Arella duduk kembali di tempat yang sama, di ujung pantai. Reyhan dan David datang menghampirinya, keduanya duduk di sebelahnya.

"Arel," David mulai berbicara pelan, "gue ngerti kalau ini bukan waktu yang mudah buat lu. Tapi gue yakin, Sarah juga butuh dukungan yang sama seperti yang lu beri. Semua bakal baik-baik aja."

Arella menatap mereka, merasa lebih ringan karena kata-kata mereka. "Gue cuma berharap semuanya cepat baik-baik aja, dan dia gak ngerasa sendiri."

Reyhan menatap ke arah laut, lalu kembali menatap Arella. "Kadang kita perlu sedikit waktu buat nyadar, Arel. Semua akan baik-baik aja, kok."

Arella mengangguk pelan, hatinya sedikit lebih tenang. Meskipun kerinduan terhadap Sarah masih ada, dia merasa lebih kuat karena teman-temannya ada di sisinya, memberinya dukungan yang tak terucapkan.

"Han," kata Arella pelan. "Gue yakin, setelah ini, semuanya akan jadi lebih baik."

Dan saat itu, di pantai yang tenang, Arella merasa sedikit lebih damai, siap untuk menghadapi hari-hari ke depan.

***

haloo guys

semoga kalian semua dalam keadaan sehat dan selalu happy ya

tetap setia menunggu part-part selanjutnya ya

okee love you all💖

salam hangat

alenaf19

_20 Oktober 2023

REL & HAN  (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang