Sambil sedikit berlari dan sambil meregangkan otot-ototnya, Bintang berjalan menuju pasar kecil yang berada di ujung jalan sana. Langit belum terlalu terang, karena matahari belum muncul. Jadi masih ada beberapa bintang-bintang yang bersinar diatas sana.
Ini adalah kebiasaan Bintang sejak dulu, bangun pukul lima pagi dan bergegas kepasar sebelum bahan-bahan masakan yang segar sudah habis. Dia membeli beberapa sayur-sayuran, ayam, ikan, dan bumbu dapur untuk keperluan beberapa hari kedepan. Setelah selesai, barulah Bintang kembali kerumah.
Ditinggal oleh Mamanya sejak umur lima tahun, dan harus mengurus Papanya yang sakit-sakitan, membuat Bintang menjadi anak mandiri yang pintar melakukan apapun sendirian. Termasuk urusan masakan. Memang siapalagi yang akan memasak makanan kalau bukan Bintang?.
Pagi ini masakan Bintang sederhana saja. Ayam dan goreng dan cah kangkung, kesukaan Papa. Dia menata makanan yang sudah dia masak dipiring, menghangatkan nasi. Lalu baru setelahnya mandi dan berganti baju.
Tepat jam tujuh pagi, Bintang sudah selesai membersihkan tubuhnya dan berganti baju menggunakan seragam SMA Merpati. Dia memanggil Papa yang juga sudah bangun dan sedang menyapa burung-burung peliharaannya.
Sejak Papa sakit dua tahun lalu, Bintang selalu berusaha agar dia dan Papanya bisa sarapan bersama. Sesibuk apapun Bintang. Karena dulu saat Papanya masih menjadi seorang pilot, sangat amat jarang Bintang bisa sarapan bersama Papa.
"Gimana, Pa? Enak?" Tanya Bintang.
Papa tersenyum dan mengangguk. "Kayak biasa, selalu enak."
Bintang juga tersenyum.
Selesai sarapan dan memastikan Papa baik-baik saja dikamar, barulah Bintang bisa berangkat sekolah. Biasanya Bintang akan naik angkot untuk kesekolah, tapi pagi ini sepertinya berbeda karena didepan rumah Bintang sudah ada Adnan yang tersenyum sambil melambai ke arahnya.
"Ojek, neng?" Tanya Adnan.
Bintang tersenyum. "Ngapain?"
"Mau jemput Bintang Cyrenia."
"Emang gue minta buat dijemput?"
"Enggak, tapi gue mau."
"Dan gue gak mau."
"Beneran gak mau, Bin?"
Bintang tertawa menatap wajah memelas Adnan, "Iya udah gue mau. Itung-itung buat ngirit ongkos."
Adnan bersorak dalam hatinya, "Ya udah ayo naik, nanti telat."
Bintang memakai helm dan langsung naik ke atas motor Adnan.
"Bin, lo inget gak kejadian dua bulan lalu waktu lo nolong gue yang kecelakaan."
Bintang terdiam sebentar lantas mengangguk. "Inget, kenapa?"
"Itu pertama kalinya gue ketemu sama lo."
Bintang diam sebentar lantas tersenyum tipis.
----
Brak!
Tiba-tiba seorang perempuan dengan rambut bergelombang dan mata melotot, menepuk dengan keras meja Bintang. Membuat seisi kelas termasuk Bintang terkejut bukan main.
Bintang menatap perempuan bernama Amelia Aliza yang sekarang berdiri didepannya itu. Semua orang tau, bahkan Bintang juga tau, cepat atau lambat Amel akan melabrak Bintang. Semua orang sudah tau bahwa Adnan Gerdapati lebih dulu mengincar Amel disbanding Bintang. Tapi sekarang malah Bintang yang dikejar-kejar oleh Adnan, dan tentu saja Amel tidak terima.
![](https://img.wattpad.com/cover/278815971-288-k195645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Dua dan Bintang
Teen FictionNama laki-laki itu Adnan Gerdapati Maharaja, laki-laki paling tampan dan populer seantero SMA Merpati. Dia juga adalah ketua geng Dionysus, salah satu geng motor yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki reputasi mengerikan. Adnan dicap sebagai ana...