Begitu bel pulang berbunyi nyaring, Adnan langsung keluar kelasnya, tidak mempedulikan teriakan dari teman-temannya. Dengan senyum mengembang dan tangan yang menggenggam erat kotak bekal makanan milik Bintang, laki-laki itu menuju kelas Bintang.
Namun langkah Adnan terhenti saat menatap seorang laki-laki berkacamata yang sudah ada didepan kelas Bintang sekarang. Senyumnya yang sejak tadi terkembang langsung memudar begitu melihat laki-laki bernama Gaydan itu. Tatapan Adnan langsung berganti dengan tatapan tajam.
Adnan melangkah mendekati Gaydan, "Ngapain?" Tanyanya tanpa basa-basi.
Gaydan melirik Adnan yang berdiri disebelahnya sekilas lantas memajukan dagunya dan menunjuk Bintang yang baru saja keluar dari kelas bersama Jia dan Kayla.
"Ngapain lo disini?" Tanya Adnan tanpa basa-basi.
Ketika melihat Bintang, raut wajah Adnan langsung berubah menjadi ceria. Dia kemudian tersenyum. "Nih, gue balikin. Makasih ya makan siangnya!"
Bintang tersenyum dan mengangguk. "Sama-sama."
"Ya udah kalo gitu ayo pulang." Ajak Adnan seperti biasa.
"Nan." Panggil Bintang membuat Adnan menghentikan langkahnya dan menoleh.
"Kenapa? Ada yang tinggal?"
"Gue gak bisa pulang bareng lo hari ini."
Adnan yang tadinya sudah akan melangkah pergi langsung menghentikan langkahnya. Tubuh laki-laki itu sempurna menghadap Bintang dengan raut wajah yang sulit di artikan. Terkejut, mungkin.
"Gue pulang bareng Gaydan karena mau nganter dia beli buku." Jawab Bintang sambil tersenyum.
Adnan terdiam beberapa saat, kemudian dia menatap sekilas Gaydan yang membenarkan letak kacamatanya.
"Gapapa, kan?" Bintang bertanya.
Adnan sangat ingin melarang perempuan itu dan berkata bahwa Gaydan pasti bisa sendiri dan lebih baik Bintang bersamanya. Tapi siapa Adnan? Adnan tidak memiliki hak apa-apa saat ini.
"Tapi besok berangkat terus pulang bareng gue, ya." Ujar Adnan.
"Siap!" Jawab Bintang. "Kalo gitu gue duluan, ya!"
Adnan hanya tersenyum sambil terdiam saja menatap Bintang yang sekarang berjalan bersama Gaydan. Tangannya terkepal! Harusnya dia yang ada disamping Bintang sekarang.
Dan kejadian itu terus berulang selama satu minggu. Bintang tidak bisa datang atau pulang bersama Adnan karena harus mengantar Gaydan. Gaydan yang hendak pergi membeli kucinglah, hendak menjenguk saudaranya yang sakit, hendak mengantar Ibunya lah, atau alasan apapun yang membuat Bintang tidak bisa menolak.
Dan tau apa yang paling menyebalkan dan membuat Adnan frustasi? Fakta bahwa Adnan tidak bisa melarang Bintang untuk menemani Gaydan kemanapun. Dia bukan siapa-siapanya Bintang, Adnan dan Bintang tidak memiliki hubungan apapun. Dan dia tidak bisa melarang Bintang.
Saat disekolah pun, Adnan tidak bisa mendekati Bintang karena selalu ada Gaydan. Gaydan seolah menjadi tembok tebal yang memisahkan dia dan Bintang. Dan Adnan benci itu.
Dulu, dimana ada Bintang disitu ada Adnan. Dan sekarang dimana ada Bintang disitu ada Gaydan.
"Gaydan kayaknya populer banget ya. Kemaren ada cewek yang nembak dia terus dia tolak." Diantara kelima orang laki-laki yang duduk dimeja pojok kantin ini, Ananda Haikal adalah orang yang menduduki posisi paling atas sebagai laki-laki yang senang menjulit dan bergosip.
"Seriusan?!. Yah tapi wajar sih soalnya dia ganteng." Selanjutnya posisi kedua ditempati oleh Bayu Pratama Santoso.
"Ah enggak deh, masih gantengan gue." Dan ya, yang ketiga adalah Farel Athalla. Dia sekarang sedang menatap Gaydan yang baru memasuki area kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Dua dan Bintang
Roman pour AdolescentsNama laki-laki itu Adnan Gerdapati Maharaja, laki-laki paling tampan dan populer seantero SMA Merpati. Dia juga adalah ketua geng Dionysus, salah satu geng motor yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki reputasi mengerikan. Adnan dicap sebagai ana...