Tepat satu hari setelah memutuskan untuk tidak lagi ikut ambil bagian dalam dongeng indah yang Adnan bangun itu, Bintang segera berangkat ke Jogja, memulai misi barunya tanpa Adnan. Dia harus cepat-cepat pergi dari kota ini sebelum semuanya terasa menyakitkan. Bintang ingin secepatnya pergi dari Jakarta.
Sore ini, sambil diantar oleh Jia, Kayla, Gaydan dan Ken, Bintang meninggalkan kota kelahirannya ini. Kota yang telah membesarkannya ini. Kota yang juga telah mempertemukannya dengan Adnan.
"Hati-hati ya disana, Bin, gue bakal rindu banget sama lo." Jia dan Kayla memeluk sahabat kesayangannya itu.
Bintang membalas pelukan Jia dan Kayla secara bergantian, dia sedikit tersenyum karena melihat wajah lucu Jia dan Kayla yang sedang menangis. Bintang tidak menangis sama sekali. Air matanya sudah kering, yang tersisa hanyalah kesedihan dihatinya.
"Kalian juga jaga diri ya. Kalo ada apa-apa hubungin gue aja. Gue masih sahabat kesayangan kalian kok."
Mendengar perkataan Bintang, tangis Jia dan Kayla semakin keras. Mereka harus melepas Bintang pergi karena sudah tidak ada yang Bintang tunggu di kota ini. Bintang sudah melepaskan semuanya, sudah rela, sudah ikhlas.
Gaydan menatap sahabat perempuan satu-satunya itu, sahabat kesayangannya. "Jaga diri baik-baik disana, Ren. Gue bakal kesana kalo gak sibuk. Kalo ada apa-apa bilang aja." Ujar Gaydan.
Bintang mengangguk. "Gue tunggu lo di Jogja." Ujarnya.
Mereka berdua berpelukan. Ini adalah kali pertamanya Gaydan memeluk Bintang setelah 3 tahun. Karena terakhir kali dia memeluk Bintang adalah saat Gaydan harus pergi ke NY untuk melanjutkan sekolahnya disana.
Ken menatap Bintang yang sejak tadi menoleh ke arah pintu masuk. "Adnan gak bakal dateng. Pesawatnya juga jam segini." Jawab Ken.
Bintang tersenyum kemudian mengangguk, "Gue tau."
Begitu panggilan terakhir untuk pesawat yang menuju Jogja terdengar, Bintang langsung menggandeng tasnya. Sekali lagi berpamitan pada keempat orang yang mengantarnya sore ini. "Gue pamit, ya. Gue pasti pulang kok." Ujar Bintang.
"Hati-hati, Bin, kalo ada yang gangguin lo bilang ke gue!" Teriak Jia.
Bintang tertawa sambil melambaikan tangannya dan terus berjalan. Untuk terakhir kalinya dia menoleh kebelakang, siapa tau ada Adnan disana. Tapi Adnan tidak mungkin berada disini, Adnan pasti sudah sangat kecewa dengan Bintang.
Hari ini, Bintang akan meninggalkan Jakarta. Memulai misi baru tanpa laki-laki yang dia sayangi itu.
----
Di waktu yang sama, bandara yang sama, namun tempat keberangkatan yang sama Adnan juga sedang bersiap untuk berangkat menuju London, seperti keinginan Papanya, seperti keinginan Bintang. Adnan pernah bilang bukan, bahwa apapun keinginan Bintang akan selalu dia turuti, termasuk yang satu ini.
Meski rasanya sangat berat bagi Adnan untuk meninggalkan kota yang telah membesarkannya selama ini. Terlebih di kota inilah untuk pertama kalinya Adnan bertemu dengan Bintang.
"Jaga diri lo baik-baik, Nan." Farel berkata sambil menepuk pundak Adnan.
"Jangan lupa pulang lo." Haikal tertawa.
"Cariin gue bule ya, Nan." Bayu juga ikut tertawa.
"Kalo ada apa-apa, bilang aja sama gue." Ucap Aksara.
"Emangnya kalo ada apa-apa sama Adnan lo mau langsung ke London, Sar?" Tanya Haikal.
"Engga sih. Basa-basi doang."
Adnan tersenyum tipis.
"Jaga diri lo baik-baik, bro." Ujar Biru.
Adnan hanya mengangguk saja. Diliriknya pintu masuk yang ada diujung sana, siapa tau tiba-tiba ada keajaiban, siapa tau tiba-tiba Bintang berlari dan memintanya membatalkan keberangkatannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Dua dan Bintang
TeenfikceNama laki-laki itu Adnan Gerdapati Maharaja, laki-laki paling tampan dan populer seantero SMA Merpati. Dia juga adalah ketua geng Dionysus, salah satu geng motor yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki reputasi mengerikan. Adnan dicap sebagai ana...