9 : A Wound

62 20 3
                                    

Ketika Bintang selesai sarapan, sebuah pesan masuk ke ponselnya. Dari Adnan. Pesan itu berbunyi bahwa Adnan sangat menyesal tidak bisa bersama Bintang datang kesekolah hari ini. Dan bagi Bintang itu tidak masalah, toh dia bisa ke sekolah dengan angkot seperti biasa.

"Pa, Cyren berangkat dulu ya." Pamit Bintang sambil mencium kedua pipi Papanya itu.

Papa tersenyum sambil mengangguk. "Cari pacar ya."Pesan Papanya.

Bintang terkekeh, "Kan Cyren punya Papa, ngapain masih cari pacar?"

Setelah berpamitan, Bintang langsung keluar dari rumah. Berjalan beberapa meter untuk sampai ke jalan raya dan langsung mendapatkan angkot yang memang biasanya menjadi kendaraan untuk Bintang bisa sampai kesekolah.

Perjalanan dari rumah ke sekolah sekitar 15 menit, dan itu sudah termasuk dengan macetnya Jakarta kala pagi hari. Sesampainya disekolah, Bintang langsung masuk kelas.

"Nontonin apa?" Tanya Bintang pada kedua temannya yang sedang fokus menonton sesuatu diponsel mereka.

"Anak Dionysus kemarin balapan sama anak Zeus." Jawab Kayla.

"Zeus?" Tanya Bintang.

"Iya, geng motor yang jadi musuh bebuyutan Dionysus."

Bintang hanya ber-oh saja.

"Udah gue bilangin sama Ken buat gak usah ikut-ikut begituan, masih aja dia ikut! Gue aduin ke nyokapnya baru tau rasa tu anak!" Omel Jia.

Kayla dan Bintang hanya terkekeh saja.

"Lo gak ngelarang Adnan, Bin?" Tanya Kayla.

Bintang menoleh pada Kayla. "Buat apa?"

"Lah apanya yang buat apa?"

"Buat apa gue ngelarang dia?"

"Ini kan bahaya buat Adnan, Bin."

"Kayla, pertama gue bukan siapa-siapanya Adnan. Kedua itu hobinya ya dan itu urusan dia. Ketiga, orangtuanya aja gak ngelarang kenapa gue malah sibuk ngelarang dia? Kembali ke poin pertama"

Kayla dan Jia geleng-geleng kepala mendengar jawaban yang sangat logis dan realistis tapi lebih terdengar tidak punya hati dari Bintang.

"Jadi lo mau jadi siapa-siapanya Adnan?" Tanya Jia.

Bintang tertawa lantas menggeleng. "Bukan gitu maksud gue. Maksud gue adalah kenapa gue harus repot-repot ngurusin dia." Jawab Bintang sambil mengangkat kedua bahunya.

Jia dan Kayla hanya mengangguk-angguk saja.

----

Bersamaan dengan bel istirahat yang berbunyi nyaring, sebuah teriakan juga membahana dikoridor IPA. "Bintang, main yuk!" Adnan berteriak kencang dan membuat semua orang menoleh padanya.

"Sumpah tu cowok malu-maluin banget!" Komentar Farel sambil geleng-geleng kepala.

Tapi urat malu Adnan itu memang tidak ada, bukan sudah putus. Jadi dia kembali berteriak, dengan nada seperti anak kecil yang berteriak didepan pintu rumah temannya untuk mengajak bermain. "Bintang, main yuk!"

"Duh si bodoh itu ngapain sih?!" Kayla bertanya kesal.

"Lo berisik banget sinting!" Teriak Jia pada Adnan yang sekarang memasuki kelas mereka.

Titik Dua dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang