Hari libur seperti ini kegiatan yang pertama kali Bintang lakukan setelah dia bangun adalah mandi. Walaupun diluar masih gelap, tapi dia sudah mandi karena Bintang harus ke pasar tradisional yang jaraknya lumayan jauh dari rumah. Untuk membeli sayur-mayur selama satu minggu kedepan.
Sekitar jam setengah tujuh, setelah Bintang pulang dari pasar, dia langsung menyiapkan sarapan untuk Papa. Menu hari ini spesial, menu kesukaan Papa, meski Papa menyukai apapun masakan Bintang, lontong sayur.
"Cyren udah masakin masakan kesukaan Papa!" Ujar Bintang sambil tersenyum lebar."Lontong sayur!"
Papa tersenyum lebar, "Duh, udah lama Papa gak makan ini."
Sambil tersenyum Bintang menuangkan lontong sayur ke piring Papa. "Makan yang banyak, ya."
Dengan bahagia Papa menyuapkan lontong sayur itu kedalam mulutnya, lantas tersenyum lebar dan memberi jempol untuk Bintang. Masakan Bintang selalu mirip dengan masakan Mamanya.
"Enak, kayak biasa." Puji Papa.
Setelah memastikan Papa makan dengan lahap, barulah Bintang mulai memakan masakannya sendiri. Ternyata Papa tidak berbohong, masakan Bintang benar-benar enak.
Lalu setelah sarapan anak perempuan dan Ayahnya itu pergi ke suatu tempat. Bintang tersenyum sambil mendorong kursi roda Papa. Satu bulan ini tiba-tiba kesehatan Papa semakin memburuk, beliau bahkan sudah tidak bisa lagi berjalan dengan benar sehingga harus memakai kursi roda.
"Adnan gak ikut?" Tanya Papa yang sudah terbiasa dengan kehadiran Adnan dihidupnya.
Bintang menggeleng. "Hari ini Cyren mau ngedate berdua sama Papa."
Papa terkekeh mendengar jawaban putri semata wayangnya itu. Tidak terbayangkan bagaimana jika dia harus pergi nantinya.
----
Mereka berdua sudah sampai di pemakaman Mama. Hari ini tepat 12 tahun meninggalnya Mama Bintang. Sambil membawa dua tangkai bunga gerbera, Bintang dan Papa ada dipemakaman Mama.
"Hai Ma, udah 12 tahun Mama gak nemenin Cyren." Seperti biasa, Bintang mulai bercerita. "Dan selama 12 tahun itu, Cyren tumbuh jadi anak yang baik, Ma. Tanya aja sama Papa."
Papa tersenyum sambil mengangguk.
"Gimana kabar Mama disana?" Tanya Bintang lagi, tentu saja tidak ada yang menjawab.
Mata Bintang mulai berkaca-kaca. "Cyren rindu sama Mama. Maaf kadang Cyren suka iri ngeliat temen-temen Cyren yang masih punya Ibu sedangkan Cyren udah enggak."
Papa yang duduk disebelah Bintang mengelus punggung putri kesayangannya itu.
"Tapi gapapa, setidaknya Cyren masih punya Papa. Cyren masih punya Papa yang bisa jadi Mama buat Cyren."
Bintang mengusap perlahan batu nisan Mamanya itu. "Ma, jaga diri baik-baik ya disana, Cyren juga bakal jaga diri baik-baik disini. Jangan cepet-cepet jemput Papa, Cyren gak mau sendirian disini."
Papa menatap Bintang saat anaknya itu mengucapkan kalimat terakhir. Lalu, seperti biasa Bintang akan beranjak pergi, memberikan ruang pada Papa untuk bercerita pada Mama.
Sepeninggalnya Bintang dari pemakaman Mama, Papa mulai mengelus batu nisan Mama. "Dian, anak kamu udah tumbuh besar sekarang. Dia jadi perempuan yang menganggumkan, dia mirip sama kamu. Sangat mirip." Papa mulai bercerita sambil menatap Bintang yang ada digerbang pekuburan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Dua dan Bintang
Подростковая литератураNama laki-laki itu Adnan Gerdapati Maharaja, laki-laki paling tampan dan populer seantero SMA Merpati. Dia juga adalah ketua geng Dionysus, salah satu geng motor yang sudah berdiri sejak lama dan memiliki reputasi mengerikan. Adnan dicap sebagai ana...