34 : Dunia Dongeng

33 17 2
                                    

Bintang kira tidak akan ada orang yang benar-benar mencemaskannya selain Mama dan Papa yang sekarang tubuhnya sudah terkubur itu. Bintang kira, tidak akan lagi ada orang yang benar-benar ingin dia tetap hidup selain Jia dan Kayla. Bintang kira, semua orang tidak pernah tulus padanya.

Tapi ternyata selain orang-orang itu ada yang peduli pada Bintang, laki-laki yang sekarang sedang berdiri didepan bingkai pintu rumahnya sambil tersenyum lebar. Laki-laki yang dimatanya Bintang tidak pernah menemukan kebohongan hanya ada ketulusan.

Seorang ketua Dionysus yang kuat dan tangguh, yang juga pernah meneteskan air matanya didepan Bintang. Laki-laki itu, Adnan Gerdapati Maharaja adalah wujud dari ketulusan yang selama ini selalu Bintang cari.

Selama dua minggu masa pemulihan Bintang, Adnan-lah yang selalu berada di sampingnya. Laki-laki itu tidak pernah meninggalkan Bintang. Saat Adnan harus pergi pun dia akan menyewa suster dan satpam untuk menjaga perempuan kesayangannya. Sejak kejadian malam itu, Adnan benar-benar tidak akan meninggalkan Bintang sendirian lagi.

"Bin." Suara lembut Adnan itu berhasil membuat lamunan Bintang buyar.

Dia tersenyum pada Adnan dan berjalan masuk ke dalam rumah.

"Mikirin apa?" Tanya Adnan yang mengikuti Bintang dari belakang.

Bintang berhenti melangkah, menoleh ke belakang dan menjawab, "Mikirin lo."

Adnan juga ikut berhenti melangkah. Terkejut karena kejujuran Bintang.

"Jujur amat neng."

Bintang tersenyum. Dia mengambil piring, menaruh nasi dan lauk yang ia masak barusan kemudian menyerahkannya pada Adnan. "Masakan kesukaan lo."

Adnan tersenyum lebar menerima piring berisi nasi dan ayam asam manis itu. "Udah kuat masak?"

"Udah Nan, sebenarnya udah dari kemarin. Lo aja yang terlalu manjain gue."

"Kan...."

"Gue cuman gak mau lo terluka." Bintang mengulang kalimat yang selalu Adnan ucapkan selama dua minggu ini.

Adnan tergelak. "Lo kenapa pakai seragam?"

"Kan hari ini gue masuk sekolah, Nan."

"Emang hari ini? Bukannya besok."

Bintang menaruh sendok dan garpu, "Tuh kan lo gak inget."

Adnan kembali tertawa lebar. "Bercanda." Ucapnya. "Gue inget lah. Gue selalu inget apapun tentang lo, Bintang."

"Mulai deh gombal." Bintang tertawa.

Lalu dengan diselingi percakapan, mereka berdua menghabiskan sarapan bersama kemudian berangkat sekolah.

"Pulang nanti lo ngapain?" Bintang bertanya saat mereka sudah berada di atas motor.

"Nganterin lo."

"Kita mampir ke 'rumah' Mama sama Papa dulu, ya." Ajak Bintang.

Adnan mengangguk. "Your wish is my command!"

----

Hari pertama Bintang masuk sekolah setelah dua minggu tidak masuk berjalan lancar. Tidak ada halangan. Setengah hari ini Bintang lalui dengan suasana hati yang baik, dan itu berkat Adnan yang terus membuatnya tertawa. Adnan bahkan memperingati semua orang agar tidak bertanya apapun tentang kejadian semalam.

Titik Dua dan BintangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang