Happy Reading!
_______________Hari ini adalah pertandingan antara SMA Tunas Bangsa melawan SMA Angkasa. Sorak dari penonton terdengar riuh di lapangan di sisi lapangan yang tentunya teriakan para kaum hawa yang paling mendominasi.
Pertandingan selesai dengan skor 3-1 yang tentu saja di menangkan oleh SMA Angkasa. Selama tiga tahun terakhir tim basket SMA Angkasa sudah kembali dari keterpurukannya, namun semenjak ketua tim digantikan oleh Andra Putra Dirgantara, siswa IPA 1 yang memiliki cukup banyak penggemar entah dari sekolahnya sendiri maupun sekolah lain.
Setelah bersalaman dengan tim lawan, Andra dan timnya berjalan ke pinggir lapangan. Andra menatap tak minat ke arah siswi yang meneriaki namanya lalu duduk membelakangi mereka.
"Wah pesona Andra emang gak bisa di ragukan. Murid dari Tubang aja sampai ikut neriakin Andra" ucap Dion, salah satu teman Andra yang di jawab anggukan oleh yang lain. Andra hanya melirik malas lalu membuka ponsel yang sedari tadi bergetar.
Bang HarisDimana Dra?
Abis tanding
Gak ke cafe? Udah lama lu gak nongol
Otw
Andra memasukan ponsel dan barang-barang ke tasnya. "Ikut gak?" Ucapnya tanpa menunggu jawaban dari teman-temannya ia langsung berjalan ke luar lapangan.Andra memarkirkan motornya lalu melangkah memasuki cafe diikuti oleh ketiga temannya. Mereka langsung duduk di meja pojok dekat jendela. Tak lama orang yang mengirimnya pesan muncul dari salah satu ruangan.
"Baru dateng lo" tanya Haris menyambut adik sepupu dan teman-temannya.
"Abis tanding ke toko buku bentar" ucapnya sambil memainkan ponsel.
"Permisi kak, ini pes.. LO!!" ujar Deva dengan suara yang sedikit meninggi dan sontak membuat Andra menoleh ke arahnya. Andra mengernyit memandang Deva dari atas sampai bawah.
"Nih orang ngapain disini?" ujar Andra sambil menatap sinis ke arah Deva.
"Dia pegawai baru, namanya Deva. Kalian udah saling kenal?"
"Nih anak yang bikin gue sial hari ini, bocah gak punya sopan santun!" ucap Deva tak kalah sengit. Deva merogoh uang di saku celananya lalu dengan kesal melemparnya ke wajah Andra.
"Nih ambil balik recehan lo, gue gak butuh! Dan perlu lo tau, gak semua hal harus lo selesaikan pake uang. Mending banyak-banyakin belajar tata krama, minimal tuh mulut bisa di pake buat minta maaf bukan cuma sekedar pajangan!"
Haris dan ketiga sahabat Andra, Dion dan Ben terkejut sekaligus takjub dengan keberanian Deva. Bagaimana tidak, belum pernah ada perempuan yang berani terang-terangan menghina Andra. Sungguh hari ini harga diri Andra sudah hancur.
"Sorry Ris gue bikin tamu lo gak nyaman, setelah ini terserah lo mau pecat gue, gue gak peduli" Andra menatap kesal ke arah Deva dan tentu saja ia membalasnya tak kalah sengit.
"Ya udah lo boleh balik Dev. Masalah ini ntar kita bisa omongin" tegas Haris lalu dengan perasaan kesal Deva berlalu meninggalkan Haris.
"Bisa-bisanya lo nerima orang kayak gitu disini"
"Gak ada hubungannya. Lagian lo juga ada gilanya. Lo tau tadi dia dateng dengan tampilan basah kuyup"
"Salah sendiri jalan gak pake mata" ujar Andra santai
"Kayaknya yang tadi nabrak itu lo deh Dra bukan dia. Kan dia cuma berdiri" ucap temannya Dion dengan anggukan setuju dari Ben dan Raka
"Bacot lo!"
"Udahlah kalo salah ya salah aja gak usah ngeles. Mending lo minta maaf sama Deva"
"Gak" tegas Andra. Haris hanya menghela nafas, tentu saja seorang Andra tak akan semudah itu minta maaf. Harga dirinya terlalu tinggi untuk melakukan hal seperti itu.
"Terserah lo lah, gue balik ke ruangan dulu. Kalian santai-santai aja dulu" Haris pamit meninggalkan Andra dan kedua temannya.
Di ruangan Haris, Deva duduk di sofa dengan wajah yang masih terlihat kesal. Haris hanya terkekeh dengan ekspresi Deva yang tak bisa menyembunyikan kekesalannya.
"Gak usah senyum-senyum, jijik gue liatnya!" ketus Deva
"Weh santai non, kenapa gue ikutan kena semprot"
"Lo panggil gue kesini mau di pecat kan? Ya udah buruan" sengitnya.
"Lah ngapain gue mecat lo?" Deva mengernyit heran dengan ucapan Haris. Bukannya dia sudah melakukan kesalahan yang cukup fatal. "Gue gak akan pecat lo, justru gue berterima kasih karena lo berani bentak tuh anak"
"Maksud lo?"
"Sekali-sekali tuh anak emang harus di kasi pelajaran biar gak seenaknya. Sorry kalau tuh anak bikin lo gak nyaman. Sebenernya Andra anak baik cuma ya sifatnya ya gitu, kegedean gengsi. Ya udah lo boleh balik, gak usah terlalu dipikirin"
"Hmm" ujar Deva singkat lalu melangkah keluar dari ruangan Haris.
✵✵✵✵✵
Suasana kelas yang tadi terlihat adem ayem sekarang berubah seperti pasar ketika ketua kelas mengatakan guru yang mengajar sedang berhalangan. Beberapa memanfaatkan jam kosong dengan mengobrol dan bermain game, sisanya belajar.
Andra dan Ben memilih tidur sedangkan Raka dan Dion asik memainkan ponsel.
"Gue masih gak nyangka ada cewek yang seberani itu sama lo Dra. Biasanya cewek-cewek berusaha bersikap lembut buat narik perhatian lo, nah ini beda. Dengan entengnya dia ngelempar uang di muka lo" ujar Dion
"Hmm bener juga ya, jarang banget ada yang nolak pesona Andra" imbuh Raka
"Tapi kalo dilihat-lihat tuh cewek cantik banget walaupun agak galak"
"Lo gak capek Yon dari kemaren ngomongin tuh cewek" ujar Ben yang tiba-tiba sudah membuka mata
"Gak gue cuma.."
"Bisa diem gak. Jangan sampai gue lempar lo dari atas gedung" ucap Andra dengan suara beratnya namun masih setia menutup mata. Dion langsung terdiam dan melanjutkan bermain ponsel.
"Hai semua" sapa gadis cantik dengan jepitan pink di rambutnya. "Ini undangan buat kalian. Pokoknya harus datang ya gak ada yang absen" seru gadis itu
"Pasti Key, asal ada makanan gratis kita pasti dateng. Ya gak Yon" ucap Raka semangat dan di dukung anggukan Dion
"Hmm kamu dateng juga kan Dra?" Tanya gadis itu lembut. Jangankan menjawab, matanya tak ada tanda-tanda terbuka membuat gadis itu tersenyum kecut.
"Ya udah aku bagiin undangan ke yang lain dulu ya" ucap gadis itu lalu berpamitan.
"Wah gue gak ngerti lagi sama ni orang. Banyak cewek yang deketin dia tapi dibikin mental. Lebih parahnya sejenis si Keyla aja masih gak mempan" ujar Dion
Andra membuka matanya yang langsung menatap Dion dengan tajam. "Lo lupa tadi gue bilang apa Yon". Dan sekali lagi Dion hanya bungkam sedangkan Ben dan Raka sudah menahan tawa melihat wajah takut Dion.
"Kita ke sana bareng aja pake mobil, ntar kumpul di rumah Andra gimana?" Ucap Raka
"Gak"
"Jangan gitulah Dra, masak kita pergi gak ada lo nya kan gak seru. Lagian kasian Juga Keyla, hargai dikit lah walaupun lo gak suka"
"Bener kata Ben, kita nongol bentar ajalah gak usah sampai ke acara inti" ucap Raka
"Terserah" Andra bangun dan keluar meninggalkan ketiga temannya.
"Siapa tau di sana dia nemu jodoh, biar gak gengsi mulu yang di gedein" ucap Dion dan disetujui oleh teman-temannya lalu menyusul Andra.
✵✵✵✵✵
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
Roman d'amourFollow sebelum baca ! Devanatasya Kennan, seorang mahasiswi sederhana yang bekerja di sebuah cafe kecil. Kecuali sahabatnya, tak banyak yang tahu jika ia berasal dari keluarga berada termasuk kekasihnya. Dengan alasan perbedaan statuslah yang akhirn...