Happy Reading!
________________
"Deva, tunggu dulu"Andra melangkah cepat mendahului Deva guna menahan kaki kecil Deva menuju pintu keluar. Tubuhnya langsung berdiri di ambang pintu menutupi jalan agar Deva tak bisa keluar.
"Ck! Minggir!" Kesal Deva. Ia mendorong tubuh Andra ke samping agar ia bisa lewat. Sayangnya tubuh Andra tak berpindah satu sentipun.
"Andra minggir!" Bentak Deva
"Gak"
"Andra jangan batu! Gue mau kerja. Minggir!"
"Jawab dulu pertanyaan gue"
"Gak ada yang perlu gue bahas. Udah sana minggir"
"Lo marah sama gue Dev? Lo gak mau lihat gue bentar?" Ya, sedari tadi Deva seakan menghindari bertatapan dengannya.
"Dev"
"IYA GUE MARAH SAMA LO! IYA! PUAS?" Bentak Deva.
"Lo gak liat ini badan gue udah gosong gini lo ajak ngobrol di rooftop. Mana matahari terik gini. Lo sehat?"
"Gara-gara itu?"
"Ya menurut lo? Lo pikir perawatan kulit murah? Emang ya lo..."
Sekali tarikan, tubuh Deva langsung masuk dalam dekapan Andra. Ia memeluk gadis itu begitu erat. Bahkan ia tak peduli jika Deva dengan jelas mendengarkan degup jantungnya yang tak karuan.
"Udah gak panas kan?"
"Iya gak panas, tapi pengap" Andra terkekeh dengan ucapan Deva.
"Gue marah sama lo. Lo tuh gak peka" ucap Deva dengan suara yang meredam namun masih bisa di dengar Andra.
"Gue bilang jangan di bahas bukan berarti gue gak suka. Sekarang ini gue lagi malu, tapi lo malah isengin gue" kesalnya sambil tangannya memukul punggung Andra. Wajah Andra yang semula terlihat takut langsung tersenyum mendengar penjelasan Deva.
"Lo gak liat ini muka gue udah merah banget, tapi lo ngebacot mulu. Bikin gue kesal aja" sambung Deva.
"Maaf gue gak peka. Jadi, tentang tadi.."
"Iya iya, apa yang lo denger itu beneran jadi gak usah di bahas lagi! Lo tuh senang banget mojokin gue ya!" Deva melepas pelukan Andra. Laki-laki itu tampak lebih sumringah dari sebelumnya. Entah kenapa Deva justru begitu kesal melihatnya.
"Berarti.."
"Belum. Jangan berasumsi terlalu cepat" potong Deva. Tentu saja Andra langsung mendengus ucapan Deva. Belum sejam ia merasa dibuat melayang kini langsung di banting begitu saja.
"Iya gue nyaman sama lo, tapi gue belum bisa nerima lo jadi cowok gue. Lo udah denger alasan gue tadi"
Andra tersenyum dengan tangannya mengusap lembut kepala Deva. "Gue pernah bilang kan, gue gak bakalan maksa lo buat secepatnya suka gue"
Deva tak tahan dengan tatapan lembut nan intens Andra ketika laki-laki itu menangkup wajahnya sehingga wajah keduanya kini berhadapan cukup dekat.
"Gue senang lo ngerasa nyaman sama gue Dev. Artinya gue berhasil ya?"
"Andra, jangan kayak gini. Gue gak mau bikin lo kecewa. Gue takut ini malah berbalik nyakitin lo"
Andra menggeleng kepala "Lo gak akan nyakitin gue"
"Kenapa lo bisa seyakin itu? Yang ngerasain kan gue bukan lo"
"Firasat gue gak pernah salah Dev"

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
عاطفيةFollow sebelum baca ! Devanatasya Kennan, seorang mahasiswi sederhana yang bekerja di sebuah cafe kecil. Kecuali sahabatnya, tak banyak yang tahu jika ia berasal dari keluarga berada termasuk kekasihnya. Dengan alasan perbedaan statuslah yang akhirn...