Chapter - 35

1.4K 69 0
                                    


Happy Reading!
______________

    Setelah kejadian di kafe komik. Andra kini lebih gencar mendekati Deva. Bahkan ia secara terang-terangan memberi perhatian pada Deva di depan semua orang, termasuk pegawai di kafe. Nada bicaranya pun tampak lebih lembut dari biasanya. Andra selalu menghujaninya dengan perhatian kecil yang bisa di bilang cukup membuat Deva terkesan.

  Seperti saat ini, mereka tengah duduk lesehan di rooftop. Andra telah menyiapkan semuanya mulai dari makanan berat hingga camilan. Kali ini ia yang memasaknya. Akhir-akhir ini mereka makin dekat, itu karena Andra sudah mendeklarasikan bahwa ia akan membuat Deva menyukainya hingga gadis itu tak bisa menyukai orang lain selain dirinya.

   Deva tergelak jika mengingat kalimat yang selalu Andra ucapkan ketika mereka tengah menikmati makan siang di rooftop. Cuma gue yang boleh gini sama lo. Kalaupun nanti ada yang kayak gini sama lo, perasaannya gak akan sama kayak gimana gue ngetreat lo.

   Kalimat yang terkesan arogan namun sangat membekas untuk Deva. Mendengar itu, perasaan hangat menjalar memenuhi dirinya. Seperti saat ini, Andra tengah menyiapkan beberapa makanan lalu memberikannya pada Deva. Gadis itu hanya tertawa geli dengan tingkah Andra. Ia masih belum terbiasa dengan sisi lain bocah kutub ini. Biasanya laki-laki itu akan memasang wajah dingin pada semua orang, tapi di depannya, ia tak lebih seperti anak anjing yang menggemaskan.

   "Ini beneran lo yang masak?" Ucap Deva tak percaya ketika satu suap masuk ke mulutnya.

  "Ya lo pikir. Nih liat" Andra menunjukkan luka bekas bakar yang tak cukup serius. Terlihat juga beberapa luka kecil yang mungkin terkena saat ia memotong sesuatu. Tangan gadis itu terulur menarik tangan besar Andra.

  "Jadi ini gara-gara gue ya?" ucap Deva sendu. Andra segera menarik tangannya. Tiba-tiba saja Deva merasa tak enak sedangkan Andra merasa menyesal telah menunjukkan luka itu. Niatnya hanya iseng, namun Andra tak menyangka justru membuat Deva sedih.

   "Gak gitu, gue cuma bercanda. Luka ini juga gue dapet pas praktek kemarin" ucapnya Andra asal. Entah gadis itu percaya atau tidak, tapi Deva hanya mengangguk dengan wajah murung.

   "Hey, gue cuma bercanda"

   "Iya gue percaya. Lo bohong pun gue percaya"

   Andra tampak mulai gelisah lalu berpindah duduk di sebelah Deva "Gue cuma bercanda. Jangan kayak gini" ucap Andra panik.

   Tak lama sebuah senyum kecil muncul di wajah Deva lalu ia pun  tertawa. Andra tampak kebingungan dengan sikap gadis ini. Apakah ini efek samping dari makanan yang ia buat? Pikir Andra.

   "Lo sehat?" Tanya Andra yang masih bingung dengan tawa tiba-tiba Deva.

   "Sumpah, lo harus liat muka lo Dra" ucap gadis itu di sela tawanya. Ia sampai memegangi perutnya karena tawa yang tak kunjung reda. Setelah beberapa saat akhirnya tawanya pun terhenti. Walaupun ia masih terkekeh melihat wajah Andra yang tengah kebingungan itu, ia menahan diri untuk tak meledak lagi.

   Deva tak tahan untuk mencubit gemas Andra. Entah kenapa itu adalah hal baru yang akan menjadi kebiasaannya mulai sekarang.

   "Cewek emang gitu ya, kalo gak nampol ya nyubit" Andra meringis, mengusap bekas cubitan Deva yang tak kira-kira.

   "Lo tuh ngegemesin tahu. Coba aja gue punya adik kayak lo, pasti seru"

   Andra berdecak kesal "Udah gue bilang gue gak mau jadi adik lo. Coba ubah mindset lo kayak 'coba aja gue punya pacar kayak lo', gak susah kan?"

  "Tapi lo kayaknya lebih cocok jadi adik gue deh"

   "Ogah!" Andra menarik kotak nasi di hadapannya dan mulai menyantapnya dengan kesal. Entah kenapa sikap laki-laki itu membuat Deva semakin gemas.

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang