Chapter - 36

1.1K 59 3
                                    


Happy Reading!
________________

  "Kita mau kemana sih?"

  "Ikut aja" ucap Andra sambil memasang helm di kepala Deva. Gadis itu hanya bisa mengangguk dan mengekor saja. Toh kemanapun itu Andra tidak pernah mengajaknya ke tempat yang aneh-aneh. Kemanapun Andra membawanya, ia pasti akan menyukai tempat itu.

  Andra melaju dengan kecepatan normal. Deva menutup mata, menikmati angin yang meniup wajahnya. Memang lebih menyenangkan jalan-jalan menggunakan motor. Andra beberapa kali melirik kaca spion untuk sekedar melihat wajah cantik Deva. Dalam hatinya ia selalu mengagumi gadis yang tengah ia bonceng. Bahkan tak habis pikir bagaimana ia bisa sejatuh-jatuhnya pada gadis galak ini? Memikirkan hal itu saja sudah membuat perasaannya tak karuan.

  Mereka berhenti ketika lampu berubah merah. Sesekali mereka tergelak dengan obrolan absurd mereka sembari menunggu lampu berubah hijau. Tanpa sengaja dari arah spion lainnya, mata Andra mendapati dua orang laki-laki tengah tertawa cekikikan sambil memandang Deva. Namun anehnya mereka saling menunjuk ke arah belakang Deva. Kerut dahi Andra juga semakin dalam ketika mendengar kalimat tak senonoh yang mereka lontarkan dengan jari tangan mereka tengah membentuk sesuatu yang bisa di bilang cukup mesum. Terang-terangan Andra menoleh ke arah kedua laki-laki itu dengan sorot mata tajam.

  "Kenapa?" Tanya Deva lalu ikut menoleh ke arah mata Andra.

  Tanpa sepatah kata dari Andra, kedua laki-laki itu langsung diam mendapati sorot mata mematikan dari Andra. Tak ingin berlama-lama, mereka langsung tancap gas meskipun harus menerobos lampu merah. Deva sendiri di buat bingung. Bahkan ia bisa melihat bagaimana tadi rahang Andra yang mengeras serta tatapan tak santainya.

  Lampu berubah hijau, mereka kembali melaju. Namun belum semenit, Andra kembali berhenti di pinggir jalan. "Lo diem di sini" Deva yang tak mengerti akan situasi ini hanya mengangguk dan duduk di tempat. Andra berjalan ke belakang gadis itu dan dapat Deva dengar laki-laki mendengus kasar.

  "Anjing!" Umpatnya yang membuat Deva spontan menoleh.

  "Kenapa deh?" Andra tak memberi jawaban lalu ia membuka kemeja yang ia kenakan lalu mengikatnya ke pinggang Deva.

  "Lain kali jangan pake yang kayak gini lagi!"

  "Hah?"

  "Punggung lo. Gue gak suka lo jadi tontonan bajingan itu!" dengus Andra kesal.

  "Bakar ajalah bajunya! Kurang bahan gini juga"

  "Jaket lo juga! Kesel banget gue!" Dan masih banyak lagi omelan Andra. Deva sendiri hanya diam mendengarkan segala keluh kesah laki-laki itu. Namun ia mengakui, perhatian kecil itu sedikit membuat Deva tak bisa menahan senyum di wajahnya.

  "Gak usah senyum lo!" Dengus Andra.

  Tangan gadis itu terulur lalu menutup mulut Andra yang tak berhenti mengomel. "Iya bawel, iya. Udah ya ngomelnya. Daripada lo kasih gue ceramah mulu, mending lo kasih gue makan. Gue laper"

   Andra menghela napas berat. Sebenarnya ia masih belum puas mengeluarkan kekesalannya. Tapi melihat mata anak anjing Deva membuat Andra akhirnya luluh. Dengan perasaan yang masih kesal ia menaiki motornya.
 
  "Jangan pegang pinggang, pegang pundak aja. Gue gak mau baju lo ke angkat lagi"

  "Hm" Deva mencengkram pundak Andra seperti yang di katakan Andra.

  "Dev"

  "Apa lagi?" Andra tampak berpikir sejenak sebelum menghidupkan mesin motornya.

   "Apa gue jual aja nih motor?"

* * *

  "Andra, lo gila?! Ini mah karung goni!"

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang