Happy Reading!
______________Hari ini Deva benar-benar kehilangan fokusnya. Beberapa kali ia membuat kesalahan dalam pekerjaannya. Tak sedikit ia menerima komplain dari beberapa pelanggan.
"Kak, aku pesan ice blend coffee bukan milkshake"
"Kak ini kan harganya segini, kok kembaliannya segini?"
"Kak aku mau pesan, ini kok gak di respon"
"Halo, niat kerja gak sih??"
"Kak.???
Dan masih banyak lagi. Ajeng yang satu shift dengannya pun terlihat khawatir dengan keadaan sahabatnya. Beberapa kali Ajeng memberitahunya untuk istirahat tapi ditolak Deva.
Sampai akhirnya Haris turun tangan. Ia cukup lelah melihat sahabatnya yang terlalu memaksakan diri. Bukan karena takut akan rugi, ia sama sekali tak peduli. Bagaimana Deva mendapat ucapan yang menohok dari para pelanggan, cukup membuat Haris merasa terganggu.
"Jeng, kamu gantiin Deva ya. Deva, ikut gue" ujar Haris. Deva menarik napas pelan sebelum akhirnya ia mengekor di belakang Haris.
Di ruangan Haris, mereka duduk berhadapan di sofa. Mata laki-laki itu menatap lekat Deva. Haris membuka tutup botol lalu menyodorkannya pada gadis di hadapannya. Saat ini ia sudah pasrah dengan apapun keputusan Haris. Ia akui, kali ini kesalahan yang ia buat benar-benar fatal.
"Sorry" hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Deva.
"Kalo capek istirahat. Keren lo paksain kerja kayak tadi? Gak!" Deva enggan menjawab. Ia lebih tertarik pada botol di tangannya. Saat ini Haris sedikit menakutkan untuknya.
"Beresin barang lo terus pulang"
"Gue gapapa"
"Sumpah gue udah bosen banget dengar kalimat gapapa lo. Sekarang beresin barang lo terus pulang, istirahat. Gue antar"
"Gak perlu"
"Bisa gak sih lo nurut sekali aja!Harga diri lo gak bakalan jatuh Dev! Gue gak suka sama keadaan lo sekarang"
Deva terdiam, tak sepatah katapun keluar hanya untuk sekedar menyanggah setiap kalimat yang keluar dari mulut Haris.
Entah mengapa melihat Haris yang mengomel tiba-tiba saja ia teringat dengan sosok yang beberapa hari ini tak berkabar dengannya. Semenjak malam itu, Andra menghilang seakan sengaja menjaga jarak dengannya. Dan anehnya, ada perasaan kosong yang sangat tak nyaman yang Deva rasakan. Ketika Haris hendak bangkit, sosok familiar muncul dari balik pintu.
"Andra" Desis Deva. Tiba-tiba saja dadanya bergemuruh tak karuan karena sosok tersebut. Deva merasa sedikit lega melihat kondisi Andra yang baik-saja sekaligus sedih karena laki-laki itu seolah menghindar untuk sekedar bertatapan dengannya.
"Sorry, gue kira gak ada orang. Ya udah gue keluar..."
"Kemana? Gue mau minta tolong sama lo" ucap Haris
"Kenapa?"
"Gue minta tolong antar Deva pulang"
"Gue gak bisa" jawab Andra cepat. Sontak membuat Harus mendelik tak percaya dengan jawaban adiknya. Ada apa dengan bocah ini? Biasanya ia begitu semangat jika ada hubungannya dengan Deva. Namun kali ini, ia menolak. Dan secara terang-terangan ia menghindari tatapannya ke Deva.
Sakit, itu yang ia rasakan dengan sikap Andra saat ini. Tiba-tiba rasa bersalah menyeruak kala mengingat malam itu. Ya pantas saja Andra bersikap seperti itu mengingat apa yang telah ia lakukan.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
RomanceFollow sebelum baca ! Devanatasya Kennan, seorang mahasiswi sederhana yang bekerja di sebuah cafe kecil. Kecuali sahabatnya, tak banyak yang tahu jika ia berasal dari keluarga berada termasuk kekasihnya. Dengan alasan perbedaan statuslah yang akhirn...