Chapter - 22

1.4K 77 0
                                    

  
Happy Reading!

🍀 🍀 🍀

   Pukul 01.49, Melvin terbangun dari tidurnya dengan rasa pening yang amat sangat serta tenggorokannya yang terasa kering.

   Dengan sisa tenaga yang ada, ia berusaha bangun dari kasur king sizenya lalu berjalan menuju dapur. Ia meringis ketika membuka kulkasnya yang hanya di penuhi dengan minuman keras. Ia terduduk dengan kulkas yang masih terbuka. Sejak kapan ia menjadi maniak minuman keras?

   Ia memandang sekitar, terlihat ruangan yang samar-samar itu di penuhi oleh sampah makanan, kaleng miras dan sisa batang rokok. Ia menjambak kepalanya frustasi.

   Melvin akui, tanpa gadis itu disisinya ia kehilangan arah dan dunianya. Ia merindukan gadis galak dan menyebalkan itu. Gadis yang tak henti-hentinya mengomelinya, gadis yang selalu memperhatikan dan selalu mensupport apapun yang ia lakukan.

   Ia membuka ponselnya dan wajah lucu Deva tengah menikmati ice cream favoritnya masih terpasang pada layar Melvin. Namun bayangan penghianatan gadis itu kembali terlintas di kepalanya. Ia meremas ponselnya sampai buku tangannya memutih.

   Melvin bangkit lalu berjalan menuju kamar mandi. Ia duduk di bathtub dengan air yang terisi penuh sambil memandang foto Deva di layar ponselnya dengan senyum kecil.

   "Thanks udah jadi pelangi di hidup aku. Cukup sampai disini" Melvin melepas ponselnya dari genggamannya dan bersamaan dengan itu, ia menutup matanya dan menenggelamkan dirinya dengan senyum  yang terukir di wajahnya.

✵ ✵ ✵

   "Gimana?" Bastian menggeleng. Kino menggaruk kepala frustasi. "Kemana sih nih anak anjing!" Kino menekan bell dengan panik di barengi Bastian yang menggedor pintu seperti kesetanan

  Untung saja di lantai ini hanya ditinggali Melvin, kalau tidak mungkin mereka sudah di seret security.

   "Telpon terus Bas"

   "Ini juga gue lagi telponin" ucapnya panik.

   "Wey Melvin anak bangsat! Buka anjing!" umpatnya sambil terus menerus memencet bell "Gak bisa nih, kita mesti dobrak pintunya" ucap Kino yang sudah siap-siap hendak menerobos pintu namun di hadang Bastian

   "Lo kira nih pintu dari triplek? Yang ada badan ceking lo yang remuk duluan" ucap Bastian kesal.

  "Terus kita harus ngapain?"

   "Lo bego apa gimana? Apa gunanya ada resepsionis sama satpam di depan? Pajangan doang? Minta tolong sama merekalah, goblok banget lo"

   "Oh iya. Ya udah ayo kita turun" sebelum mereka meninggalkan tempat itu, tiba-tiba terdengar suara pintu terbuka. Muncul seseorang sambil menenteng sampah sambil bersenandung.

  Bastian dan Kino mendengus kesal sekaligus lega karena sahabat mereka masih berdiri sehat di hadapan mereka. Ditambah penampilan laki-laki itu terlihat jauh lebih baik dari sebelumnya walaupun tubuhnya masih kurus.

  Melvin terkejut kedua sahabatnya berdiri di depan kamarnya. "Lo berdua ngapain disini?" Tanya Melvin sembari melepas earphone di telinganya.

   Kino yang sudah tak bisa menahan diri bergerak cepat menuju Melvin lalu menjepit kepala laki-laki itu di bawah lengannya "Lo ya bangsat! Masih berani lo nanya seenteng itu setelah lo bikin gue sama Bastian jantungan dan ke sini kayak orang gila"

   Seperti kata Kino, karena pesan 'I'm done' dari Melvin yang membuat dirinya dan Bastian datang ke apartemen dengan pakaian seadanya, ditambah mereka sama-sama belum mandi. Yang paling parah adalah Bastian. Laki-laki itu hanya datang dengan mengenakan kaos oblong serta celana boxer doraemon. Untung saja mereka mengendarai mobil, kalau tidak mungkin mereka akan viral di medsos.

   Setelah beberapa lama Melvin meronta minta di lepas, dengan kasar Kino melepas sahabatnya dari himpitan ketiaknya. Sungguh tidak adil, mereka berdua datang seperti gembel tapi penampilan Melvin malah lebih mencolok dari mereka.

   "Lain kali jangan bikin kita panik dengan pesan konyol lo!" Bentak Kino. Melvin hanya terkekeh.

   "Sorry. Kalian mandi di sini. Nanti pake baju gue"

   "Ogah, gue pulang. Gue cuma mastiin lo gak jadi mayat" sarkas Bastian "Gue balik" ucapnya lalu berpamitan.

   Tersisa Kino, laki-laki itu tanpa permisi masuk ke apartemen Melvin. Kino sedikit terkejut dengan keadaan ruangan itu. Terakhir ia hanya melihat sampah di mana-mana. Tapi sekarang jauh lebih baik.

   Kino menoleh ke arah Melvin yang baru kembali dari membuang sampah. Ia berlari lalu memeluk sahabatnya erat "Welcome back besti"

   Dengan jijik Melvin mendorong tubuh Kino "Apa sih lo najis bangsat! Sana mandi"

   "Akhirnya masa galau lo berakhir kawan"

   Melvin hanya mengedikkan bahu lalu berjalan menuju dapur "Lo pesen makan, gue laper"

   "Kenapa gak lo sendiri"

   "Ponsel gue rusak"

   "Oh" Kino tak bertanya lagi. Ia menekan ponselnya lalu memesan beberapa makanan.

   "Tentang pertunangan itu.. Gue bakal lanjut"

   Sontak ponsel Kino terlepas dari genggamannya "Lo yakin?" Tanya Kino tak percaya

   "Hm"

   "Terus, masalah lo sama Deva"

   Melvin tampak menghela napas pelan "Kayak yang gue bilang. I'm done"

   "Yakin?"

   "Hm. Gue yakin, ini keputusan yang terbaik No" Kino hendak menyanggah ucapan Melvin namun ia urungkan.

  Jangan bilang sama siapapun sampai Deva ngasi persetujuan

   Ucapan Namira terngiang di kepalanya. Sebenarnya ia tak enak, namun ini mengingat ini bukan ranahnya, ia memilih untuk diam. Biarkan semua berjalan apa adanya.

   "Gue selalu dukung apapun keputusan sahabat gue. Dan gue juga berharap itu adalah keputusan terbaik buat lo kedepannya" ucap Kino yang di balas Melvin anggukan.

🍁  🍁  🍁

Thank you 💜

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang