Happy Reading !!!_______________________
Deva meringis menahan perih yang baru ia rasakan pada lukanya. Tak lama, Andra keluar dari dalam apotek dan menghampiri Deva yang duduk di bangku depan minimart. Andra menatapnya dari atas sampai bawah lalu mengambil kapas yang sudah basah dengan alkohol
"Biar gue aja" ucap Deva namun tangannya yang terulur langsung di tahan oleh Andra. Ia jongkok di depan Deva mengobati luka pada lutut Deva dengan hati-hati. Sesekali ia meringis namun dengan sabar Andra mengobatinya.
Selesai mengobati tangan dan lututnya, Andra beralih pada luka di dahi Deva. "Ini mungkin lebih perih dari yang tadi. Tahan bentar" dengan lembut, tangan yang hampir sama besarnya dengan wajah mungil Deva memegang tengkuknya.
Wajah mereka sangat dekat dan mungkin mereka juga bisa merasakan hembusan nafas masing-masing. Andra menyentuh dahinya pelan dan benar kata Andra, luka ini lebih perih. Andra menatap Deva sekilas lalu meniup pelan dahinya dan melanjutkan dengan mengoles salep.
Dadanya sedikit berdebar dengan perlakuan lembut Andra. Ia tak menyangka bahwa bocah dingin yang selalu memasang wajah datar bisa selembut ini.
Tanpa sadar ia menatap lekat wajah Andra, mulai dari alis, mata coklat gelap, hidung mancung serta bibir tipis berwarna pink pucat.
Deva tak sadar jika Andra juga menatapnya. Andra meniup mata Deva membuyarkan lamunannya. "Gue tau gue ganteng" ucapnya santai lalu duduk di kursi sebelah Deva.
"Idih, pede banget lo" ucapnya lalu memalingkan wajahnya yang mungkin sudah merah seperti kepiting rebus sedangkan Andra hanya terkekeh kecil.
"Gue mau beli minum" Deva hanya mengangguk tanpa menoleh ke arah Andra.
Sebuah flash kamera mengejutkan Deva dan terlihat salah satu dari lima laki-laki terlihat gugup saat Deva menoleh ke arahnya. Ia berjalan perlahan ke arah mereka.
"Hp" ucapnya dingin. Namun laki-laki itu hanya menunduk. Deva menghela nafas kasar lalu mengulurkan tangannya merebut hp bocah itu dengan cepat ia berdiri meninggikan hpnya. Tiba-tiba Andra yang entah kapan datangnya merebut ponsel itu.
Ia membuka galeri yang tak terkunci lalu melihat foto Deva dengan pahanya yang terpampang jelas. Andra menoleh ke arah kaki Deva dan ia baru menyadari kalau gadis itu menggunakan celana pendek. Andra segera menghapus foto lalu melempar asal ponselnya.
"Mending lo pergi sebelum gue bawa masalah ini ke polisi" ujar Andra berhasil membuat mereka ketakutan lalu berlari meninggalkan Andra dan Deva.
Andra membuka jaket yang ia kenakan dan mengikatnya di pinggang ramping Deva. "Besok-besok gak usah pake celana kurang bahan kayak gini kalo tau bakalan pulang malem"
"Makasih"
"Gue antar pulang, jam segini gak ada tumpangan" Deva melirik jam tangannya yang menunjukkan hampir pukul 12, ia merogoh ponsel di sakunya yang sudah mati.
Tak ada pilihan selain menerima tawaran Andra. Dengan sedikit tertatih, Deva yang dibantu Andra berjalan menuju motor. Mereka tak sadar kalau sepasang mata memperhatikan mereka di bangku pojok dengan senyum jahil.
Kurang dari sejam mereka sampai di depan Deva. Satpam membuka gerbang dan terlihat orang tuanya berdiri di depan pintu rumah sedangkan Rian keluar dari mobil. Andra memasukkan motornya ke area rumah Deva karena mungkin gadis itu akan kejauhan jika berjalan dari gerbang.
Rian yang pertama kali menghampiri mereka dan menurunkan adiknya dari motor Andra. Semua terkejut melihat tampilan kacau Deva, terlebih kakaknya yang terlihat sampai jongkok melihat luka di kaki Deva.

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
RomansaFollow sebelum baca ! Devanatasya Kennan, seorang mahasiswi sederhana yang bekerja di sebuah cafe kecil. Kecuali sahabatnya, tak banyak yang tahu jika ia berasal dari keluarga berada termasuk kekasihnya. Dengan alasan perbedaan statuslah yang akhirn...