Chapter - 9

1.7K 104 6
                                    


Happy Reading !!

____________________________


"Deva"

Deva terus berjalan menyusuri lorong tanpa menoleh ke arah suara yang memanggilnya. Saat ini, ia tak ada keingininan untuk melihat wajah laki-laki yang sedari tadi memanggilnya.

Melvin berhasil menangkap tangan gadis itu namun segera ia hempas dengan kasar. Namun Melvin tak menyerah, ia menarik tangan Deva cukup keras hingga ia jatuh di pelukan Melvin.

"Lepasin!" ucap Deva sambil mendorong dan memukul dada Melvin, namun ia tak bergeming. Ia membiarkan kekasihnya memukul sesuka hatinya. Toh itu tak sebanding rasa sakit Deva padanya

"Sayang, dengerin aku dulu. Aku bisa jelasin semuanya"

"Gak ada yang perlu di jelasin" Deva berusaha melepas diri dari pelukan Melvin namun sia-sia. Melvin semakin mengeratkan pelukannya.

"Aku mohon, kasih aku kesempatan buat jelasin semuanya. Aku gak mau kita salah paham Dev"

"Gak, lepasin.."

"Aku dijodohin" Deva langsung terdiam dengan pernyataan Melvin. Dijodohkan? Apa dia tak salah dengar? Namun sedetik kemudian ia kembali meronta melepaskan diri. Namun itu hanya buang tenaga karena Melvin sama sekali tak berniat melepas pelukan dari tubuh mungilnya.

"Aku minta maaf, aku salah Dev. Aku gak pernah cerita tentang ini. Aku salah gak jelasin dari awal" ucap Melvin lirih

"Sebenarnya kamu anggap aku apa?"

"Maaf, aku salah Dev. Aku takut kamu bakalan kecewa dan ninggalin aku"

Deva mendorong tubuh Melvin ketika pelukannya mulai mengendur. Deva menatap tajam ke arah Melvin.

"Justru keputusan kamu ini yang bikin aku kecewa. Kamu sendiri yang bilang untuk saling terbuka, tapi apa? Kamu sendiri yang ingkar"

Melvin hanya menunduk. Benar kata Deva, ia sendiri yang mengatakan untuk saling terbuka tapi ia sendiri yang ingkar. Deva ingin memeluk tubuh Melvin tapi egonya melarang untuk mendekat. Ia tetap berdiri sambil menatap wajah menyesal Melvin.

"Sejak kapan?"

"Tiga bulan lalu" Deva terbelalak mendengar ucapan Melvin. Selama itu ia menyembunyikan masalah ini dari Deva.

"Jadi.. kamu terima perjodohan itu?"

Melvin langsung menggeleng kuat. "Aku gak akan pernah terima perjodohan ini. Aku cuma sayang sama kamu. Aku gak perduli kalau papa benci aku karena menolak perjodohan ini"

Melvin menarik tangan Deva dan di arahkan ke pipinya. Terlihat begitu jelas wajah penyesalan Melvin.

"Maaf sayang aku udah buat kamu kecewa, aku emang bodoh. Kamu boleh ngomelin aku, kamu boleh pukul dan nampar aku. Tapi aku mohon maafin aku. Kasi aku kesempatan Dev"

Deva masih menatap sebal Melvin. Namun ia tak bisa berbohong kalau ia menyayangi sekaligus kecewa dengan laki-laki di hadapannya.

"Sayang" ucap Melvin memelas, namun Deva hanya membuang muka. Melvin terkekeh dengan sikap marah Deva yang terlihat imut.

"Siapa yang suruh ketawa? Ada yang lucu" bentaknya sembari memukul keras lengan Melvin.

"Aw, sakit yang. Maaf maaf, abisnya kamu lucu kalo lagi marah" ucapnya lalu menarik Deva kembali ke pelukannya.

"Aku janji, apapun yang terjadi aku bakalan cerita sama kamu. Jangan tinggalin aku lagi ya" ucap Melvin lembut.


✵✵✵✵✵

Ajeng dan yang lainnya menatap aneh Deva yang sedari tadi senyum sendiri sambil memandang ponselnya. Tak lama Haris, Andra dan ketiga sahabatnya muncul dari pintu masuk. Keduanya terlihat bingung karena semua karyawannya berkumpul di ujung meja kasir.

"Kalian lagi ngapain?" Ucap Haris yang tiba-tiba sudah berada di belakang Ajeng. Sontak semua terkejut. Haris hanya cekikikan dan beralih pandangan ke arah Deva. Terlihat gadis itu asik dengan ponselnya.

"Tuh anak kenapa? Tumben banget nempel sama hpnya?"

"Biasalah, orang jatuh cinta mah bos" ucap Jerry, salah satu karyawan cafe.

"Jatuh cinta? Sama siapa? Bukannya dia baru putus sama pacarnya"

"Udah balik kak" ucap Ajeng

"Hah? Kapan? Kok gue gak tau?" ucap Haris tak percaya.

"Katanya sih tadi siang. Pas datang ke kampus udah nemunya kayak gitu"

Tentu ia sangat terkejut dengan berita ini. Baru kemarin ia cerita padanya tentang putusnya Deva dengan pacarnya Melvin tapi sekarang malah udah balikan. Sontak Haris menoleh ke arah Andra yang sedang menatap Deva dengan pandangan yang sulit di artikan.

Apakah Andra cemburu?

Haris menghampiri Deva yang masih cekikikan sambil menatap ponselnya. Haris mengulurkan tangan ke dahi Deva, sontak gadis itu mengangkat pandangan ke arah pemilik tangan.

"Eh bos, udah datang. Mau gue bikinin minum" Haris hanya mengernyit dengan sikap Deva. Tak biasanya ia selembut itu dengan Haris.

"Perasaan tadi gak panas, lo gak salah makan kan?"

"Ah si bos bisa aja. Eh ada Andra juga, gue bikin minum ya sekalian buat kalian bertiga juga" ucapnya sambil menunjuk ke arah tiga laki-laki di belakang Andra yang juga menatap aneh Deva.

Andra dan teman-temannya duduk di meja andalan mereka sementara Haris duduk di meja depan sambil mengecek beberapa list.

Deva keluar dari arah dapur membawa nampan. Ia menghampiri meja Andra yang tentunya dengan senyum di wajahnya yang tak luntur dari tadi. Ia menurunkan satu persatu gelas dari nampan.

"Silahkan dinikmati" ucapnya ramah dan berlalu meninggalkan keempat siswa SMA itu.

"Wah, ngeri ya kalo orang jatuh cinta. Cewek segalak itu bisa langsung berubah" ucap Dion sambil menyesap milkshake nya.

Entah kenapa, Andra terlihat tak suka dengan sikap Deva hari ini, itu sedikit mengganggunya. Tanpa ia sadari, ketiga sahabatnya sedari tadi menatap perubahan ekspresi Andra.

"Rada cemburu gak sih liat si dia senyum-senyum karena cowoknya" celetuk Raka yang langsung di tatap tajam oleh Andra.

"Maksud lo apa? Siapa yang cemburu?" Ucap Andra kesal.

"Lah, bukan siapa-siapa. Emang omongan gue ada nunjuk ke siapa?" ujar Raka santai.

Andra mendengus kasar lalu meneguk minumannya. Ben, Raka dan Dion hanya menahan tawa melihat sikap Andra. Sepertinya, si kulkas mulai jatuh cinta. Terlihat matanya tak berhenti menatap ke arah Deva yang sedang melayani pelanggan.

Seorang laki-laki muncul dari pintu menghampiri meja pemesanan. Andra mengernyit melihat sikap Deva yang menyambutnya dengan sangat bahagia. Ia memeluk laki-laki itu, berbincang sebentar lalu berlari ke arah ruang ganti pegawai.

"Panas ya boy" ujar Dion sambil mengibas wajahnya dengan tangan. Andra mengambil tas dan ponselnya lalu berjalan meninggalkan teman-temannya.

Andra menghampiri Haris untuk berpamitan, bertepatan dengan keluarnya Deva dari ruang ganti.

"Eh Andra, mau kemana lo?"

"Ntar kirim lewat email, gue balik" ujarnya tanpa menjawab maupun menoleh ke arah Deva. Ia berjalan dan tak sengaja beradu pandang dengan Melvin. Ia menatap sinis laki-laki itu lalu keluar cafe.

"Tuh anak kenapa?" Tanya Deva heran lalu beralih pandangan ke arah tiga teman Andra yang kelabakan menyusul keluar.

"Cemburu kali" ujar Haris terkekeh sedangkan Deva hanya mengernyit dengan ucapan Haris.


✵✵✵✵✵

Beri dukungan dengan tekan Vote kawan dan tinggalkan komentar juga ✌️

Thank you 💜

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang