Happy reading !!______________________________
Namira melangkah lebar dengan penuh emosi menuju salah satu ruangan. Sekali dorongan, pintu terbuka cukup keras. Ia mengedarkan pandangan mencari seseorang yang membuatnya marah hari ini. Matanya tertuju pada meja paling belakang, dengan langkah cepat ia menghampirinya.
Sebuah tamparan melayang di wajah laki-laki itu. Semua orang dalam ruangan terkejut termasuk kekasih Namira yang tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat.
"Beb, kamu kenapa?" Ucap Kino lalu menarik pelan tangan kekasihnya namun di hempasnya kasar. Ia melempar sesuatu yang ia pegang tepat di wajah laki-laki itu.
"Jangan ganggu Deva lagi. Gue gak sudi sahabat gue balik lagi sama cowok brengsek kayak lo! " Ucapnya penuh penekanan.
Melvin mengambil benda yang Namira lempar, ia juga tak kalah terkejut melihat sebuah undangan dengan namanya dan Vira yang tertera didalamnya.
"Gue bisa jelasin Ra, ini gak seperti yang lo pikir"
"Gue gak butuh penjelasan lo anjing!" ucapnya lalu berbalik meninggalkan kelas Melvin tanpa menggubris panggilan Kino.
Melvin meraih ponselnya dan mencoba menelpon Deva namun tak di angkat. Ia berlari menuju kelas Deva tapi sudah kosong. Ponselnya masih menempel di telinga, namun tetap saja tak ada jawaban dari Deva.
Baru saja ia memperbaiki hubungan dengan Deva tapi sekarang ada lagi masalah. Ia terdiam sejenak dan memandang undangan yang masih ia pegang.
Dimana Deva bisa mendapatkan benda sialan ini? Lalu ia terpikirkan satu orang. Dengan wajah penuh amarah ia berlari menuju parkiran.
Sesampai di rumah sakit, ia membuka pintu cukup keras dan menghampiri papanya yang sedang berkutat dengan laptop.
"Papa ngomong apa sama Deva"
"Sayang kamu tenang dulu ya, ingat kondisi papa"
"Aku udah bilang, aku sendiri yang akan bicara sama Deva, kenapa papa ikut campur dan membuatnya semakin rumit"
"Mau sampai kapan nyuruh papa nunggu? Sampai papa masuk liang kubur?" Ucap Bara sembari menutup laptopnya. "Sudah cukup Melvin. Papa sudah muak dengan hubungan kalian yang tak jelas ini. Sama sekali tak ada masa masa depan"
"Papa bukan Tuhan yang bisa memprediksi masa depan aku. Lalu papa pikir kehidupan aku dan Vina akan memiliki masa depan, hah?"
"Tentu papa yakin. Vina jelas gadis yang pintar, berpendidikan dan sebentar lagi di usia delapan belas akan melanjutkan perusahaan papanya, sedangkan Deva, apa kelebihannya? Latar belakangnya tak jelas dan ia cuma pelayan cafe, apa yang bisa di banggakan?" Ucap Bara dengan nada remeh.
"Dia cewek mandiri pa dan Melvin cinta sama Deva"
"Apa cinta bisa bikin perut kenyang? Pikirkan baik-baik Melvin. Sudah jelas kalian memang tidak ditakdirkan. "
Melvin menatap papanya penuh amarah. Kalau saja ia tak ingat keadaan papanya, ingin sekali ia menumpahkan segala emosinya tanpa tersisa sedikitpun. Dengan kesal, ia melangkah keluar dan menutup kasar pintu ruangan.
✵✵✵✵✵
Deva meringis ketika Haris mengoles salep pada tangannya. Haris menghentikan kegiatannya dan menatap khawatir Deva.
"Pulang aja ya, jangan di paksain lagi" ucap Haris yang di jawab gelengan. Haris menghela nafas dan berlanjut mengoleskan salep.
"Ris"

KAMU SEDANG MEMBACA
DEVANDRA
Storie d'amoreFollow sebelum baca ! Devanatasya Kennan, seorang mahasiswi sederhana yang bekerja di sebuah cafe kecil. Kecuali sahabatnya, tak banyak yang tahu jika ia berasal dari keluarga berada termasuk kekasihnya. Dengan alasan perbedaan statuslah yang akhirn...