Chapter - 20

1.6K 77 0
                                    

  
Happy Reading!

🌻   🌻   🌻

   "Gue suka sama lo, Deva"

   Deva menarik cepat tangannya yang di genggam Andra. Ia mengerjap beberapa, mencerna kalimat yang baru saja keluar dari mulut Andra.

   "Dev"

   "Andra, asli lo udah gak waras" ucap Deva sambil terkekeh "Bercanda lo gak lucu Dra, lo bikin gue hampir jantungan"

   "Gue gak bercanda" Deva terdiam. Tak tahu harus berkata apalagi. Ia menatap wajah Andra di tengah remang cahaya untuk memastikan kalau Andra hanya bercanda

   "Andra, ini gak lucu. Gue gak suka joke lo" Deva bangkit lalu berlari meninggalkan Andra yang duduk memandang kepergian Deva

   "Hah, kenapa gue gegabah gini" ucapnya sendiri sambil memukul kepalanya. Ia kembali menatap Deva yang sudah menghilang sepenuhnya. Ia bangkit lalu berjalan hendak menyusul Deva

    Sesampainya di depan pintu kamar, Andra menatap pintu ragu. Niatnya tadi ingin menjelaskan pada Deva ia urungkan. Mungkin hari ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskannya. Dengan berat hati ia berbalik kembali ke kamarnya.

   Sementara Deva, sesampainya di kamar langsung masuk ke dalam selimut dan menutup seluruh tubuh mungilnya.

   Sesekali ia menyetuh dadanya yang berdebar keras. Mungkin ini efek dari lari tadi. Namun apakah ia yakin karena lari? Entahlah. Yang ingin ia lakukan sekarang adalah menutup mata dan tidur tenang.

   Kenyataannya malah berbanding terbalik. Ia tak bisa menutup matanya sama sekali. Deva mengambil ponselnya, terlihat di layar menunjukkan pukul 01.15. Tanpa sengaja matanya tertuju pada notifikasi yang masuk beberapa jam yang lalu.

BOCAH KUTUB
See u tomorrow. Good nite

   Dadanya kembali berdebar setelah membaca pesan singkat Andra. Deva meletakkan ponselnya di nakas dan kembali membungkus tubuhnya di dalam selimut. Dibandingkan kesal, ia lebih ke arah bingung dengan perasaannya.

   Ia tak menampik jika ia merasa nyaman berada di dekat Andra. Tapi ia merasa takut jika perasaan nyaman ini hanya sebatas pelampiasannya dari Melvin. Mulutnya bisa menampik jika itu hanya joke Andra, namun hatinya menolak demikian. Apakah ia berharap itu bukan suatu candaan?

   ✵   ✵   ✵

   Suasana canggung terasa sangat kental antara Deva dan Andra. Entah di sengaja atau tidak teman-temannya sampai ia berakhir semobil berdua dengan Andra.

   Sebuah notifikasi muncul di ponselnya yang berhasil membuatnya mengeram pelan. Ucapan 'Semangat Deva'  dari Namira yang membuatnya semakin kesal.

   Ia melirik Andra sekilas lalu menatap keluar jendela. Ia serasa ingin menenggelamkan diri di laut ketimbang harus disini dengan perasaan canggung.

   "Dev" panggil Andra. Deva sedikit tersentak namun tetap berusaha terlihat tenang.

   "Hm"

   "Mau makan dulu gak? Lo tadi kan gak sarapan"

   "Gue gak lapar" ucap Deva tanpa menoleh Andra.

   "Ice cream?" Deva menoleh cepat dan sedetik kemudian kembali menoleh ke arah jendela. Ia merutuki kebodohannya yang cepat terlena dengan godaan ice cream.

DEVANDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang