Chapter 35 - Hope

826 133 46
                                    

•••

Hujan turun semakin lebat dengan angin yang berseru kencang serta ombak yang bergelung semakin tinggi— membuat sebuah kapal yang tengah berlayar dilautan lepas terombang-ambing begitu kuat—bersamaan kedua mata monolid yang mengerjap pelan dan kelopak mata yang terbuka—kemudian kembali memperlihatkan iris hitam mengkilap dengan sorot mata begitu sayu serta wajah cantik yang terlihat pucat dan bibir tipis hampir membiru.

Dadanya naik turun dengan hembusan nafas pendek terdengar dari kedua bilah bibir pucat miliknya. Mata monolid itu berkedip begitu cepat—hingga membuat iris hitamnya membulat dengan keringat dingin yang memenuhi pelipis serta jemarinya. Ketika jungkook menyadari dirinya berada didalam sebuah ruangan dengan pencahayaan remang yang dilapisi kayu sebagai dinding serta lantainya.

Namun jungkook mengerenyit bingung saat merasa tubuhnya bergerak sendiri kekanan kekiri—sedikit membuat kepalanya pening serta aroma air laut yang begitu kuat memasuki penciumannya. Jungkook mencoba untuk bangkit namun pergerakkannya terhenti bersama helaan nafas pelan saat menyadari kedua tangan nya diikat serta kakinya yang terasa begitu sakit.

Air matanya kembali menetes dengan nafas bergemuruh—jungkook terdiam dan perlahan menyandarkan tubuhnya pada dinding dibelakangnya, jemarinya kini mencengkram erat baju putih selutut yang ia kenakan. Iris hitamnya menatap lurus dengan pandangan kosong pada sebuah jendela berbentuk lingkaran kecil—yang memperlihatkan betapa tingginya ombak yang sedang menerjang bebas ditengah lautan lepas itu.

Jantungnya berdegup kencang dengan nafas tercekat—ketika kejadian didepan kamarnya serta dilorong istana kembali berputar diingatannya. Wanita bangsawan itu berucap penuh kebencian pada dirinya serta kedua pria berbadan besar mengangkat paksa tubuhnya kemudian memasukkannya kedalam sebuah kereta kencana sebelum kedua matanya tertutup dengan kesadaran yang menghilang.

Jungkook tidak mengingat apapun setelah itu, yang ia ketahui—saat ini dirinya sedang berada didalam sebuah kapal yang tengah berlayar dilautan lepas—yang akan membawanya pergi begitu jauh dari sosok pangeran yang sialnya sangat ia cintai dan jungkook tidak tahu apa dirimya bisa kembali ke Negerinya atau kembali bertemu dengan sosok pangeran itu.

Semua berjalan begitu cepat—tidak ada yang bisa jungkook lakukan saat ini. Tubuhnya terasa begitu lemas bahkan untuk bergerak pun begitu sakit. Air matanya semakin mengalir deras dengan dada yang terasa begitu sesak—jungkook ingin pergi, ia ingin kembali ke Negerinya namun bayangan wajah sosok pangeran itu semakin membuat hatinya berdenyut sakit.

Bohong jika jungkook tidak mencintainya, bohong jika jungkook tidak merindukan pelukkan hangat yang selalu pangeran itu berikan padanya. Namun dirimya sama sekali tidak berdaya—ia tidak pantas untuk menerima cinta yang begitu besar dari sosok pangeran yang sangat dihormati oleh seluruh penghuni Negerinya.

Pada kenyataan nya—bukan hanya jungkook yang tersakiti karena perasaan ini. Namun taehyung juga merasakannya—untuk pertama kalimya taehyung merasakan perasaan itu hadir didalam hatinya. Awalnya terasa begitu membahagiakan—namun seakan takdir menghempaskan keduanya begitu kuat—hingga hancur berkeping-keping.

Jungkook atau pun taehyung hanya bisa berharap—bahwa kisah cinta mereka bisa berakhir bahagia, seperti kisah dongeng yang semestinya berakhir bahagia.

"I always dream"
(Aku selalu bermimpi)

"That my life could be"
(Bahwa hidup ku bisa)

"Like a fairy tale, a perfect fantasy"
(Seperti cerita dongeng, fantasi yang sempurna)

Jungkook terisak kuat dengan nafas tercekat—hatinya mengingkan taehyung, ia mencintai taehyung—jungkook ingin hidup bahagia bersama taehyung. Namun bisakah takdir menyatukan mereka, menyatukan keduanya untuk bersama.

The Wizarding World || Secret of the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang