Chapter 39 - Azalea

869 137 40
                                    

•••

Angin berhembus begitu tenang disepanjang padang rumput ilalang yang kini ikut mendayu, bersama suara kicauan burung yang terdengar menenangkan--seakan angin ikut membuat melodi bersama suara-suara kecil ditengah pandang rumput. Mata manolid itu terpejam dengan air mata mengalir dari sudut matanya serta wajah cantik yang kini terlihat begitu damai, dan perlahan kedua mata itu mengerjap pelan dengan kelopak mata terbuka kembali memperlihatkan iris hitam yang kini tampak begitu sayu.

Iris hitam itu menatap lurus dengan pandangan kosong serta helaan nafas terdengar begitu pelan bersama air mata yang kini mengalir semakin deras. Suara isakan perlahan terdengar, nafasnya bergemuruh dengan kedua tangan mengepal kuat. Posisinya kini masih terbaring diatas rerumputan halus dibawah sebuah pohon besar dengan warna daun yang berbeda dari warna daun biasanya.

Suara isakan itu terdengar semakin kuat dengan nafas tercekat, tangannya terulur untuk menarik kuat rambutnya sendiri—air mata semakin mengalir deras dan ia tidak peduli ketika angin dingin menerpa tubuhnya, hingga membuat jungkook tersentak dengan tubuh total menegang—ketika sebuah ingatan baru memasuki kepalanya.

Jantungnya berdetak begitu cepat dengan nafas tertahan, ingatan itu memperlihatkan bagaimana papa nya tampak begitu marah saat dirinya yang masih bayi terbunuh karena sebuah belati dan berakhir kedua orang tuanya berkorban untuk dirinya.

"Ti-tidak—"

"Hikss hikss..t-tidak..hikss—"

Jungkook meraung dengan air mata mengalir deras bersama angin yang kini berhembus kencang—jungkook perlahan bangkit berubah posisinya menjadi duduk dengan tangan terulur untuk memeluk erat kedua lututnya. Hatinya terasa begitu sakit seakan ribuan anak panah tepat munusuk dadanya. Kebenaran itu, kenyataan tentang orang tua dan jati dirinya—

Jungkook seakan tidak ingin mempercayai semua hal itu, semua hal yang ia lihat sendiri dengan kedua matanya—bahkan mamanya rela berkorban untuk dirinya. Takdir begitu hebat memainkan perannya, masa lalu Teshuoland yang selama ini menjadi misteri—tersembunyi begitu rapat, bahkan jungkook merasa enggan untuk mempercayainya.

Tangan jungkook terulur untuk memgusap kasar wajahnya yang kini dipenuhi dengan air mata—suara isakan masih terdengar dari kedua bilah bibirnya bahkan sesekali jungkook bergumam kata maaf—mungkin, jika ia tidak lahir dan tidak memiliki kekuatan itu—semua hal ini tidak alan pernah terjadi. Kedua orang tuanya mungkin masih hidup dan Teshuoland tidak akan pernah mengalami kehancuran seperti itu.

Namun membuat jungkook tersentak dengan tubuh menegang saat tiba-tiba angin menerpa lembut bagian belakang lehernya—angin yang sama saat jungkook mengalami mimpi waktu itu, saat ia berada diperpusatakaan, dan dilorong kerajaan Victory. Mampu membuat jungkook menghela nafas bergetar dengan mata terpejam ketika angin itu terasa berbeda—begitu hangat dan menenangkan bahkan jungkook kembali meneteskan air mata saat rasa rindu tiba-tiba terasa semakin membuncah dihatinya.

"M-mama—"

"Kookie—"

Jungkook total membeku dengan iris hitam membulat saat mendengar suara begitu lembut memasuki pendengarannya—air mata mengalir semakin deras dengan nafas tercekat. Jungkook perlahan berbalik hingga membuatnya menahan nafas dengan tubuh menengang ketika melihat sosok wanita yang kini tersenyum begitu cantik disana dengan gaun putih bersih serta iris biru safir tampak begitu indah ketika terkena cahaya.

"Tidak ingin memeluk mama?" Ucap wanita itu masih tersenyum begitu lembut dengan kedua tangan yang kini ia rentangkan—membuat jungkook terisak kemudian berlari dan memeluk erat sosok wanita itu yang tidak kalah erat memeluk dirinya.

"M-mama..hikss..ma-mama..hikss" lirih jungkook hampir seperti bisikan dengan suara isakan tertahan—membuat wanita itu tersenyum dengan tangan terulur untuk mengusap lembut surai hitam milik jungkook dan sesekali memberikan ciuman diatas kepalanya.

The Wizarding World || Secret of the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang