•••
"Termasuk kekuatanmu, Azalea—"
—
"SERANG!!" Pasukan centaurus berlari begitu cepat menuruni bukit, setelah suara teriakan yang menjadi tanda—bahwa perperangan dipadang Ivy kembali dimulai, tepat ditengah gelapnya malam. Dengan pedang perak serta tombak perak menjadi senjata—dan kini mereka mulai menghabisi pasukan musuh bersama pasukan Victory.
Sementara para burung phoniex, terbang dan melesat begitu cepat menjatuhkan ribuan bebatuan kecil yang diselimuti api biru—tepat diatas pasukan musuh yang kini menjerit kesakitan ketika, bebatuan panas itu membolongi tubuh mereka—seperti sehelai daun yang dimakan abis oleh ulat-ulat kecil.
"LEPASKAN!!" Sekali tarikan, ribuan anak panah dilesatkan ketika panades berteriak begitu lantang—memimpin sebagian pasukan centaurus yang menjadi pemanah. Dan sekali hentak ribuan anak panah itu menghujani sebagian besar pasukan musuh—yang kini tergeletak tidak berdaya dengan anak panah yang menancap tepat dijantung atau pun kepala mereka—dan detik berikutnya semua makhluk itu berubah menjadi abu bersama angin yang berhembus membawa abu itu pergi.
Panades menyeringai senang melihat hal itu, kemudian irisnya beralih melirik kearah cahaya kecil yang terbang mendekat kearahnya—dan detik berikutnya membuat panades terkejut ketika cahaya itu menghilang dan mempelihatkan seorang pixies yang sangat ia kenal.
"Ayanna!, apa yang kau lakukan disini!?" Ucap panades sedikit berteriak, karena suasana begitu riuh—dipenuhi suara jeritan, geraman, serta suara nyaring dari pedang yang saling beradu. Sementara sosok yang ditanya—hanya menghela nafas lalu bersedekap dada dihadapan panades yang kini memijiat pangkal hidungnya, saat pening melanda begitu saja.
"Tentu saja ikut perperang!" Pekik ayanna membuat panades menatap tidak percaya, kemudian ia menggelengkan kepalanya. Membuat sosok pixies itu terdiam dengan dahi berkerut. "Kita sudah bicara kan ini, pixies—" ucap panades, lalu mengehela nafas pelan. Seharusnya ia ingat, bahwa ayanna adalah salah satu pixies berkepala batu.
"Aku sudah meminta sebagian pixies untuk menangani pasukan Victory yang terluka—"
"Tapi kau tidak bisa bertindak seperti itu, ayanna!—" ucap panades setelah mendengar ucapan ayanna yang kini tampak menghela nafas kasar dengan iris kecil menatap tajam. "Kau meremehkan ku?!" Panades tersentak, kemudian ia langsung menggelengkan kepalanya bruntal. "Tidak!!, bukan seperti itu pixies!."
"Lalu!?, kau hanya menyuruhku untuk menunggu dibawah pohon diatas bukit—sementara kalian berjuang antara hidup dan mati disini!?" Ucap ayanna tajam dengan nafas bergemuruh, membuat panades menggeleng pelan lalu menundukkan kepalanya.
"Kau tau panades, aku melihat dengan mata ku sendiri—apa yang terjadi dimasa lalu. Tapi aku tidak bisa melakukan apapun saat itu" ucap ayanna pelan dengan iris menatap kosong, pada ribuan pasukan yang tengah berjuang antara hidup dan mati ditengah padang Ivy. Perperangan yang kembali terulang—sama seperti dimasa lalu. Namun Sang Raja sendiri yang menghadapi musuh pada saat itu, hingga rela berkorban demi Negerinya sendiri.
Kemudian ayanna beralih melirik panades lalu terbang mendekat dan mengulurkan tangan kecilnya untuk menyentuh pipi panades "Aku tidak ingin jungkook bernasib sama seperti Raja dixon—" lirih ayanna dengan senyum tipis, mampu membuat panades mengangkat kepalanya dan menatap iris kecil yang kini tampak berkaca-kaca dihadapannya.
"Aku berjanji pada diriku sendiri untuk melindunginya. Azalea segalanya bagi Teshuoland, panades—" sosok centaurus itu total terdiam setelah mendengar perkataan ayanna. Kemudian helaan nafas panjang terdengar dari panades yang kini menatap ayanna dengan senyum kecil "Kau masih bisa bukan—melakukan hal sama seperti dimagical stones waktu itu, Pixies?"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Wizarding World || Secret of the past
Fantasy[Completed!] Dunia itu tersembunyi di dimensi lain, hanya diketahui sebagai mitos dan dongeng sebelum tidur. Namun, terjebak atau takdirlah yang membawanya. Ketika sebuah portal terbuka ditengah gelapnya malam dan membawa masuk seorang gadis pemilik...