Chapter 1 - late

3K 168 10
                                    


•••

Matahari terbit dari ufuk timur—bersamaan suara kicauan burung kini terdengar mengiringi pagi yang cerah di kota Seoul. Suara deru mobil bahkan telah memenuhi jalanan yang akan selalu terlihat ramai serta penjalan kaki yang kini kembali memulai aktivitasnya.

Namun, sepertinya hal itu tidak berpengaruh pada seorang gadis yang kini masih sibuk bergulat didalam selimut tebal itu—bahkan hampir menutupi seluruh tubuh mungilnya.

Tidak peduli ketika cahaya mentari berhasil menyelusup diantara tirai putih itu—kemudian perlahan memasuki ruangan yang didominasi olej warna coklat muda dan putih serta lampu tidur sebagai penerang minim yang kini masih menyala—bersamaan suara alarm yang telah berdering sejak satu jam lalu.

Tapi—suara alarm itu seketika berhenti terdengar, sebelum digantingkan dengan suara dering lain dari benda pipih yang terletak diatas nakas. Sempat membuat gadis itu menghela nafas dan berniat kembali melajnutkan tidurnya—namun suara dering itu kembali terdengar.

Gadis itu perlahan menggeliatkan tubuhnya—dengan tangan terulur untuk merabah nakas di samping tempat tidur untuk mengambil benda pipih yang terus berdering, lalu menggeser tombol hijau tanpa melihat nama seseorang yang menghubunginya.

"Yeobosyeo?."

Suara serak khas bangun tidur terdengar dan mencoba menjawab telepon dengan kesadaran yang belum terkumpul sepenuhnya. Hingga suara teriakan dari seberang sana berhasil membuat kedua matanya seketika terbuka sempurna—lalu memindahkan benda pipih itu menjauh dari telinganya untuk melirik jam yang jelas terletak di sana.

"Aku terlambat!!."

Dalam sekali gerakan—gadis itu melesatkan tubuhnya turun dari atas tempat tidur, kemudian langsung masuk ke kamar mandi setelah melempar sembarang benda pipih itu ke atas tempat tidur—dan tidak memerdulikan telepon yang masih terhubung serta suara teriakan, umpatan dari seseorang di seberang sana.

Beberapa menit kemudian—suara shower dan gemercik air terdengar dari dalam sana. Dengan aroma madu dan strawberry menyeruak memenuhi kamar mandi, sebelum pintu itu terbuka dan menampakkan seorang gadis yang telah mengenakan kaos putih selengan dan celana panjang hitam—dilengkapi cardingan berwarna biru langit.

Kedua kakinya melangkah tergesah-gesah ke depan cermin, dengan kedua tangan sibuk mengikat surai hitam panjangnya—lalu memoleskan sedikit perwarna dibibir cherry miliknya yang kini terlihat mengkilap dengan warna pink alami.

Kemudian melangkahkan kakinya keluar dari kamar, berjalan ke arah dapur dan mengambil buah apel diatas meja— yang setidaknya cukup untuk menganjal perutnya pagi ini, lalu mengambil susu pisang didalam kulkas.

Setelah merasa tidak ada yang tertinggal—gadis itu segera melangkah keluar dari apertemennya. Terus berjalan cepat menuju lift dan memencet asal tombol yang ada disana dan sebelah tangan nya kini mencoba meronggoh saku celana untuk mengambil benda pipih yang kembali berbunyi.

Mengeser tombol hijau itu sambil melangkahkan kakinya masuk kedalam saat pintu lift terbuka.

"Jungkook-ah kau dimana?!!."

Suara teriakan dari seberang sana kembali terdengar. Cukup membuatnya menjauhkan benda pipih tersebut dari telinga nya yang sedikit berdenging dan lebih memilih menghidupkan pengeras suara setelahnya.

"Hei kelinci buntal kau mendengarkan ku tidak!!."

Entah sudah berapa kali teriakan itu terdengar dari benda pipih tersebut—bahkan berhasil memenuhi seisi lift dengan suaranya. Namun, untungnya hanya terdapat dirinya sendiri di dalam sana.

The Wizarding World || Secret of the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang