Chapter 3 - Saksi bisu

1.3K 149 7
                                    


•••

Mengerjapkan pelan iris hitam bulat miliknya berusaha menyesuaikan cahaya putih yang masuk di retina matanya. Menatap sekeliling dengan tatapan bingung ia hanya bisa melihat padang rumput ilalang sejauh mata memandang.

Sinar jingga yang memanjakan penglihatannya angin yang berhembus menerpa surai hitam panjang dan gaun putih selutut yang digunakannya. Angin yang menerpa wajah cantiknya membuat ia menutup mata menyembunyikan iris hitam bulat segelap langit malam itu.

Ia perlahan bangkit melangkah kan kakinya menyusuri padang rumput ilalang bersama angin yang berhembus seolah-olah angin itu yang membawanya. Menatap sekeliling hingga iris bulatnya berfokus pada pohon besar yang tumbuh ditengah-tengah pandang rumput.

Melangkah kan kakinya berjalan mendekat ke pohon besar yang letaknya cukup jauh dari tempat ia berdiri saat ini. Dapat ia lihat dari kejauhan sesuatu yang melingkar di batang pohon itu dengan sinar disekelilingnya.

Kakinya bergerak hingga hembusan angin menerpa lehernya. Tubuh berjengit merasakan hembusan yang sama saat dirinya berada di perpustakaan kemarin. Tetapi kenapa ia berada disini sekarang, padang rumput luas yang mengelilingnya tidak ada seorang pun disana. Atensi nya teralihkan pada cahaya yang tiba-tiba muncul dibalik pohon besar itu.

Berjalan mendekat menghampiri sinar yang semakin membesar mengelilingi pohon besar itu. Langkahnya terhenti tidak jauh dari pohon besar yang dikelilingi dengan sinar putih dan keemasan. Membulatkan matanya saat melihat dengan jelas sesuatu yang melingkar apik di batang pohon itu.

Patung naga emas yang melingkar di batang pohon itu memunculkan sinar yang menyatu dengan sinar putih yang mengelilinginya. Sebuah mawar putih tumbuh dengan batang dan daun kristal. Perlahan sinar itu menghilang membuat jungkook membuka matanya menatap bunga mawar yang tumbuh dengan cantiknya.

Menekuk lututnya mengulurkan tangannya mengusap kelopak mawar yang membuat nya tersentak saat cahaya putih dan emas merambat ke lengannya. Matanya membulat detak jantung yang berpacu saat mendengar bisikan lembut memenuhi pendengarannya, cahaya yang semakin merambat ke seluruh tubuhnya dan bisikan yang semakin memekakkan telinganya.

Badannya semakin lemas, detak jantung yang berpacu cepat, dan suara bisikan yang semakin memekakkan telinganya. Meraung kesakitan menutup rapat telinganya berharap rasa sakit dan bisikan itu menghilang. Jika orang-orang yang melihatnya tatapan iba yang pasti dberiakan tapi sayang, tak ada seorang pun disana yang bisa menolongnya.

-

"Hentikan!!" Terbangun dengan nafas terengah-engah, keringat yang membasahi wajah cantiknya air mata yang meluncur dari sudut mata. Iris hitam bulat yang dipenuhi dengan ketakutan meremas selimut yang menutupi setengah badannya mencoba melampiaskan rasa takutnya.

Hingga benda pipih diatas nakas menyadarkan dirinya mengambil benda tersebut mencoba memperbaiki nafasnya dan membuang rasa takut hanya karna mimpi dialaminya seolah itu nyata.
"Ada apa lis?-"

"Sudah bangun-?, baguslah cepat bersiap jangan sampai kau terlambat lagi kelinci buntal"

Jungkook menganggukan kepalanya tidak peduli lisa melihatnya atau tidak. Memutuskan sambungan telfonnya menatap tirai putih yang masih tertutup dengan cahaya yang berusaha masuk diselah-selah kecil disana.

Bangkit perlahan menggulurkan tangannya membuka tirai putih itu langsung menghadapkan nya pada jendela kaca besar yang memperlihatkan pemandangan pagi kota Seoul yang selalu sibuk dengan mobil yang melaju kencang. Suara burung berkicau membuat jungkook sedikit tenang namun kembali teringat mimpi yang menekakkan telinganya.

The Wizarding World || Secret of the pastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang