[2] Nalaka Cempaka Bumi

13.5K 861 7
                                    

"Menjalani hidup bebas adalah caraku untuk bertahan." – Nalaka.

Mata sayu milik Nala yang terlihat mengantuk, harus dipaksa terbuka lebar karena matahari telah menerbitkan sinarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mata sayu milik Nala yang terlihat mengantuk, harus dipaksa terbuka lebar karena matahari telah menerbitkan sinarnya. Nala menatap malas sarapan yang tersaji di meja. Hanya sepiring nasi goreng dan telur serta segelas susu sebagai pelengkap. Kembali lagi seperti hari biasa Nala akan sarapan sendirian.

Hidup di mansion super megah bak istana tidak menjamin kebahagiaan untuk Nala. Terlahir sebagai anak konglomerat menjadikan Nala mudah untuk mendapatkan apa yang dia inginkan. Namun, satu yang sangat sulit terealisasikan, dia butuh kehangatan keluarga. Rasa-rasanya itu mustahil, bagi kedua orang-tua Nala memanjakan anaknya dengan materi saja sudah cukup. Mereka tetap sibuk sampai lupa bahwa ada seorang putri yang butuh kasih sayang.

Dengan gerakan lambat Nala meninggalkan meja makan tanpa menyentuh nasi goreng buatan maid. Hal itu tak luput dari penglihatan Mbok Arum – pengasuh Nala sejak kecil.

"Non, kok nasi gorengnya nggak dimakan?" tanya Mbok Arum mendekati Nala.

"Aku mau makan bubur ayam, Mbok."

Mbok Arum menepuk jidatnya, membuat kening Nala mengernyit. "Kenapa Mbok?"

"Maaf, Non. Mbok lupa kalau hari selasa kan biasanya Non makan bubur. Non Nala tunggu disini aja, yah. Biar Mbok yang beliin bubur di depan."

Nala mengangguk lalu duduk. Dia memperhatikan pergerakan Mbok Arum yang telaten mengurusnya. Bahkan Mbok Arum sangat hafal makanan apa yang disukai Nala dan tidak disukai Nala. Sedangkan kedua orang tuanya, tidak perlu dipertanyakan Nala yakin seratus persen jika mereka tak mengetahui apa-apa tentang Nala.

Sembari menunggu Mbok Arum, Nala mengecek jam di ponselnya. Sudah menunjukkan pukul 08.13, itu artinya Nala sudah terlambat, tapi Nala tak sedikit pun merasa panik. Memang selalu begitu bangun kesiangan, lama berhias, dan datang terlambat. Nala membuka notifikasi yang masuk lalu jari-jarinya mengetikkan sesuatu disana.

NATURAL KILLER 🔥

Pilar : Nal, kamu kok blm datang?

Lena : Pasti msh molor nih anak

Indi : Terlambat kok gk ngajak2

Nalaka : Gk sengaja kesiangan

Dara : Lo mah tiap hari kesiangan

Lena : Nal, cowok yg kemarin ternyata anak IPA juga, sebelahan kelas kita.

Nalaka : Dia Raga Semesta?

Lena : Yoi

Pilar : Nal, cepetan kesini!

Dara : Iya, Nal. Bu Gendut udah mau kesini

Lena : Nal, cepetan. Mapel pertama udh mau mulai!

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang