[40] Senin dengan Sejarahnya

7.1K 658 93
                                    

"Ketika rasa sudah berbalas, maka seharusnya dilestarikan hingga menciptakan bahagia yang tak terhingga." – Raga.

Warung Tante Dangdut ramai diisi anak-anak futsal yang sedang istirahat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Warung Tante Dangdut ramai diisi anak-anak futsal yang sedang istirahat. Salah satunya Raga, Kenzo dan Arsan berada ditengah-tengah perkumpulan itu. Jika disaat seperti ini biasanya Raga merokok, namun sekarang tidak. Bahkan untuk membeli satu batang saja, rasanya dia enggan.

"Nggak nyebat, Rag?" tanya Arsan, dengan gaya khasnya, mengangkat satu kakin di kursi sembari menikmati bakwan beserta sambal dengan hikmat.

"Lo mancing gue mulu!" balas Raga, tatapannya menajam.

Mendapati tatapan membunuh dari Raga, Arsan cengengesan sendiri. "Nggak, Boss."

Sementara Kenzo, sibuk berkutat dengan benda pipihnya. Hingga beberapa waktu kemudian matanya membola, dengan bibir sedikit menganga. Tatapannya lalu beralih pada Raga yang fokus menikmati jus jeruk buatan Tante Dangdut. "Lo sama Nala baik-baik aja, kan?" tanya Kenzo tiba-tiba.

Sontak Raga menoleh, tatapannya datar. "Baik, kenapa?" tanya Raga balik.

"HOOO

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"HOOO..." Arsan bersuara dengan keras, ketika melihat apa yang disodorkan Kenzo. Cowok itu memperlihatkan layar ponselnya yang dimana ada Nala di postingan twitter Genta. Sedangkan Raga sudah mengepalkan tangannya dengan kuat, urat-urat dilehernya menegang.

Cowok dengan dua kancing atas seragam yang tidak terpasang itu bangkit. Matanya berapi-api menatap lurus ke depan. "Fuck!" umpat Raga , rahang kokohnya mengeras.

Melihat Raga yang sepertinya akan lepas kendali, Kenzo ikut berdiri, kedua tangannya menekan dua sisi bahu Raga agar duduk kembali. "Tenang! Selesaiin dengan cerdas bukan dengan adu otot," ujar Kenzo diangguki Arsan.

Menuruti perintah Kenzo, Raga mengembuskan nafas panjang lalu duduk. Sorot matanya masih sama, ada kebencian dan kemarahan disana. Bak gelas kaca diujung meja, disenggol sedikit akan pecah, begitu pula dengan Raga.

"Cowok kalau adu otot udah biasa, Rag. Bahkan bisa dikata, terlalu mainstream. Lo juga kalau marah sama Genta, bisa diketawain satu sekolahan. Dia ketua osis yang sangat di gilai oleh siswi-siswi SMASTARA, secara lo sama Nala juga gak ada hubungan apa-apa," terang Kenzo pelan, mencoba memberi pengertian pada Raga.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang