[13] Angan Tapi Nyata

8.6K 759 157
                                    

"Jangan berharap banyak, manusia itu gampang berubah." – Raga

"NALA!!" teriak Genta berlari menuju arah Kenzo yang membopong Nala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"NALA!!" teriak Genta berlari menuju arah Kenzo yang membopong Nala.

Saat Nala mengejar Raga di koridor, hal tersebut tak pernah luput dari pandangan Kenzo. Hingga ketika Nala tersungkur dan berguling di anak tangga, dengan sigap Kenzo mendatangi Nala. Namun, terlambat Nala sudah pingsan dan terluka.

Kenzo berjalan di depan Raga, melirik sekilas pada cowok itu. Bahkan, Nala sudah bertaruh nyawa tapi tak ada perhatian sedikit pun dari Raga.

"Nggak usah bawa ke UKS! Langsung ke rumah sakit," sahut Genta menghampiri Kenzo. Keadaan Nala yang miris membuat hatinya teriris.

"Lo bawa mobil?" tanya Kenzo.

Genta mengangguk, dengan gerakan kilat Genta berjalan ke area parkiran mobil. Berikut dengan Kenzo yang masih membawa Nala dengan gendongannya. Dari belakang Raga melihat itu semua, tak ada niat untuk beranjak dari tempatnya. Mengenai perasaan Raga sekarang sangat abu-abu, tidak khawatir tapi juga tidak tega.

PLAK!!

Indi menampar keras pipi Raga. Sosok Indi yang layaknya iblis keluar. Dia geram pada Raga.

"Shit!" cicit Raga sembari mengusap pipinya. "LO KENAPA NAMPAR GUE!?" bentaknya pada Indi.

"GUE YANG HARUSNYA NANYA! LO APAIN TEMEN GUE, HA?!" Suara Indi tak kalah keras.

"Gue mau apain dia? Nyentuh dia aja gue nggak sudi!"

Raga memutar badan namun dengan cepat Indi menghalangi pergerakannya. "Trus kenapa dia sampai jatuh?" tanya Indi muak.

"Dia yang jatuh, kenapa gue yang disalahin?"

Indi menggeleng tak habis pikir, ternyata ada juga spesies semacam Raga. "Lo emang nggak punya hati. Hidup Nala itu udah berat, jangan lo buat tambah berat!" Indi menatap nyalang manik mata Raga.

"Itu resiko karena dia suka sama gue," balas Raga lalu meninggalkan Indi dengan emosi yang masih memuncak.

Dara mengusap kedua bahu Indi guna memberi ketenangan pada sahabatnya. "Sabar, Di. Cowok kayak gitu nggak baik diladenin."

"Kita nysusul Nala, yuk!" ajak Pilar dengan raut khawatir.

"Kalau sampai Nala kenapa-napa, gue penggal kepala tuh cowok!" geram Indi mengepalkan kedua tangannya.

***

Raga berjalan di koridor perpustakaan dengan wajah yang memerah, membuat siapa pun yang melihatnya akan merinding ketakutan. Aura cowok itu benar-benar menyeramkan. Raga masuk di perpustakaan, langkahnya langsung tertuju pada gadis berkepang satu yang duduk dengan tumpukan buku di depannya.

"Hapus foto gue!" perintah Raga dengan suara berat.

Dania menoleh sembari membenarkan kacamatanya yang bertengger. "Foto apa, Raga?" tanya Dania kebingunan.

RAGNALATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang