"Ketika kata maaf sudah tak berarti, maka hanya rasa menyesal yang tertinggal." – Raga.
Tempat favorit Raga akhir-akhir ini adalah rooftop sekolah. Sudah satu semester lebih semenjak dia menginjakkan kaki di SMA Wistara, semua sudut sekolah Raga sudah hafal, tapi tetap tempat ini pelariannya.
Dia menoleh ke kanan di mana ada pembatas rooftop, seolah dejavu Raga mengingat bahwa pernah ada gadis cantik yang mencoba bunuh diri disana. Layaknya hukum alam yang berjalan, menyesal memang selalu diakhir. Gadis yang selalu dia anggap hidupnya sempurna ternyata sedang menipu dengan sempurna.
"ARGGGHTTT!!" geram Raga mengacak kasar puncak kepalanya.
"Gue udah mau gila cuman karena kangen lo, Nal!" lirih Raga.
Tubuh Raga tiba-tiba merosok. Dua kakinya yang menopang terasa keram untuk berdiri. Percayalah bahwa cowok dengan rahang tegas itu sedang meneteskan buliran beningnya meski hanya setetes. "Gue minta maaf, Nal." Suara Raga serak mengatakan kalimat itu.
Dia merogoh ponselnya, lalu membuka aplikasi dengan logo surat disana. Harapan Raga setiap hari adalah mendapat balasan dari Nala, tapi mustahil cewek itu seperti hilang ditelan bumi. Raga benar-benar tak tahu harus melakukan apa. Sudah dipisahkan dengan jarak, diabaikan pula.
Jari-jemari Raga perlahan mengetikkan sesuatu di permukaan layar ponselnya.
102 hari tanpa Nalaka mengisi SMASTARA
me Raga Semesta
to nalakacmpkbumi@gmail.comNala lo itu rute penerbangan paling beda. Mendarat dengan selamat namun tetap hilang kontak. Gue harap lo baik-baik aja.
Nala, gue rindu. Rindu paling serius. Semoga lo percaya.
Nala lo hebat telah menciptakan rasa khawatir untuk gue yang beku.
Semoga ada pengabulan buat harapan-harapan gue ini:
1. Semoga Nalaka bahagia
2. Semoga Nalaka baik-baik saja
3. Semoga Nalaka sehat
4. Semoga Nalaka rindu juga
5. Semoga Nalaka cepat pulang
6. Semoga Nalaka masih jatuh cinta
7. Semoga Nalaka memaafkan RagaBantu gue aminin, setidaknya salah satu dari doa gue.
———
Jari Raga yang tadinya sibuk mengetik terhenti setelah menekan tombol send. Mungkin ini kali pertama dia mengetikkan pesan yang cukup panjang untuk gadis itu. Raga tak terlalu pandai merangkai kata. Jadi apa yang dia ketik adalah apa yang memang dia rasakan.Baru saja Raga sampai dirumahnya dan ingin masuk, namun Gita menghalangi langkah Raga. Kening cowok itu mengerut, bertanya-tanya maksud Gita. "Kenapa, Git?"
Gita mendengus kesal, seolah berat mengatakan sesuatu pada Raga. "Anterin gue nyari kado buat Mama, lusa Mama ulang tahun."
Raga tersenyum lalu mengangguk, tentu saja dia tidak akan menolak. Kesempatan seperti ini terlalu berharga untuk disia-siakan, hubungannya dengan Gita tak seakrab persaudaraan diluar sana. "Dimana?" tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...