"Selalu berharap orang yang aku cintai saat ini, akan menjadi pelengkap masa depanku. Meski sekarang belum bisa memiliki." – Nalaka.
Sudah dua kali tendangan Raga meleset, tampaknya sang kapten futsal tersebut sedang tidak fokus. Raga menyugar rambutnya ke belakang dengan kasar, saat dia mengumpan bola untuk Kenzo namun tendangannya mengarah ke arah lain.
PRIIT!!
Pak Arif meniup peluit, menyuruh muridnya untuk beristirahat sejenak. "Raga kamu ini kenapa? Dari tadi kok kelihatan nggak fokus," tanya Pak Arif pada Raga.
"Maaf, Pak."
Pak Arif menggeleng-geleng kepala. "Kalian istirahat dulu. Raga kamu tenangkan pikiran, final tinggal tiga hari lagi loh, kalau kamu masih kayak gini saya bisa suruh Genta untuk gantiin posisi kamu." Setelah mengomeli Raga, Pak Arif meninggalkan lapangan.
"Genta lagi, Genta lagi," monolog Raga kesal.
"Rag, kalau ada masalah cerita," ujar Arsan ikut berselonjor di tengah lapangan.
Kenzo mengangguk menunggu Raga bercerita.
"Kabar dia?" tanya Raga tak jelas.
Kening Kenzo dan Arsan mengernyit bersamaan. "Kabar siapa?" tanya Arsan.
"Dia semalam sendiri. Mbok Arum atau maid yang lain dilarang nemenin dia," timpal Kenzo seolah mengerti arah pembicaraan Raga.
"Dilarang?" cicit Raga.
"Gue udah bilang kalau hidup dia itu berat, Rag."
"Kalian ngomongin apaan sih? Apa yang berat, timbangan Bu Gendut?" cerocos Arsan membuat anak futsal yang lain tertawa.
Sedangkan Raga bangkit dari duduknya. Ke warung Tante Dangdut dan merokok sejenak, mungkin bisa menghilangkan segala sesuatu yang mengganjal pada dirinya akhir-akhir ini.
Raga merogoh benda pipih di tas ranselnya. Membuka locksreen kemudian mengklik aplikasi WhatsApp. Sangat jelas sekali daftar paling atas ada nama Nala dengan puluhan chat yang masuk. Perlahan Raga membukanya.
+62 812-60xxxxxx : Selamat pagi, Raganteng. Semangat latihannya.
Itu kalimat terakhir dari Nala setelah banyaknya pesan yang menumpuk di atas. Raga memang belum menyimpan nomor Nala, namun dia sudah hafal setiap digit dari nomor itu. Secara Nala memenuhi notifikasi ponsel Raga setiap saat.
Baru saja Raga ingin memasukkan benda pipih tersebut dalam tas, akan tetapi ada dua notifikasi beruntun yang mencegah pergerakannya.
+62 812-60xxxxxx : sent a pictures.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAGNALA
Teen Fiction[Jangan lupa follow sebelum membaca] Ini tentang Dia Raga Semesta. Cowok dengan julukan kulkas berjalan yang memiliki pahatan wajah hampir sempurna. Juga tentang Nalaka Cempaka Bumi, yang jatuh cinta terlalu cepat pada Raga. Nala pernah berharap jik...